42 dimaksudkan agar tidak mengurangi aspek kejiwaan dan kemanusiaan
dalam proses pembinaan itu sendiri. 3. Program Pembinaan Akhlak
Program pembinaan akhlak merupakan metode direktif dalam pelaksanaan pembinaan akhlak.Dimana dalam pelaksaannya
narasumber memberikan solusi dalam pemecahan masalah yang bersifat mengarahkan yaitu keterampilan narasumber guru BP yang
mengatakan kepada siswa agar lebih mengerti permasalahan yang dihadapi dirinya informasi tentang dirinya sendiri, menyakinkan
klien untuk berbuat sesuatu katarsis, tanpa memaksa, tidak bersifat otoliter dan menuduh pada saat klien mengungkapkan masalahnya.
Dengan demikian, itulah metode pelaksanaan pembinaan akhlak ada dalam teknik pemecahan masalah yang digunakan pembina dan para
guru Madrasah Tsanawiyah M.Ts Jihadul Khair Segaramakmur- Tarumajaya. Bekasi, dapat dikatakan sesuai dengan metode yang bisa
dipakai dalam pelaksanaan pembinaan akhlak secara umum. Meskipun dalam setiap penggunaan sebuah metode tergantung pada sarana,
tujuan, sasaran, dan kemampuan masing-masing pelaksana.
1
A. ANALISIS DATA
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Madrasah Tsanawiyah Jihadul Khair Segaramakmur–Tarumajaya, Bekasi ini penulis menemukan
bahwa ibu Agustina selaku guru BP sebelum melakukan pembinaan terhadap siswa-siswinya beliau melakukan observasi terlebih dahulu
dengan melakukan beberapa pertanyaan kepada siswa dari hasil pernyataan yang diajukan oleh guru BP di atas ternyata para siswa yang
suka melakukan bolos sekolah adalah 13 10 orang, yang suka tidak mengerjakan PR adalah 25 20 orang, dan yang perna terlibat narkoba
adalah 2,5 2 orang melihat tingginya angka-angka tersebut maka ibu Agustina selaku guru BP pembina ingin mengajak kepada orang tua
wali murid untuk ikut serta dalam mengawasi anak-anaknya dirumah dan
1
www. Konseling.com.id, Hadynur, Menjadi Konselor Ternyata Tidak Mudah. 05 Dec 2009
43 menanyakan kepada anaknya apabila pulang lebih awal dari pada jam
sekolah yang telah di tentukan oleh pihak sekolah. Untuk itu ibu Agustina meminta izin dari kepala sekolah H. Zaenal Abidin. S. Ag untuk
memanggil orang tua siswa yang bermasalah untuk diminta kerja samanya dalam memperhatikan anak-anaknya dirumah. Selain itu ibu Agustina
selaku guru BP memberikan suatu peringatan kepada siswa yang bermasalah yang sering melakukan bolos, tidak mengerjakan PR dan
yang pernah terlibat kasus narkoba agar tidak mengulangi perbuatannya itu kembali, kemudian ibu Agustina selaku guru BP membuat suatu
program pengawasan ketat kepada seluruh siswa dengan memeriksa daftar kehadiran siswa ketika masuk, istirahat dan pulang, mengadakan
bimbingan belajar selepas pulang sekolah dan mengadakan kegiatan keagamaan seperti: tadarus al-qur’an pada jam pertama pelajaran, shalat
duha bejamaah pada jam istirahat, yasinan dan istigosah pada hari kamis ba’dah ashar Dengan melaksanakan program ini besar harapan ibu
Agustina selaku guru BP pembina bisa mengurangi angka kebolosan, angka tidak mengerjakan PR dan siswa tidak lagi terlibat dengan narkoba.
Dan dari program yang dilakukan ibu Agustina selaku guru BP memupuk hasil yang cukup memuaskan baru dijalankan program tersebut selama
satu bulan saja angka kebolosan siswa sudah mulai menurun hingga 70 yang tidak mengerjakan PR bekurang menjadi 33 dan yang terlibat
narkoba bekurang mejadi 0. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan selama tiga bulan angka kebolosan siswa menurun hingga 99 siswa
yang tidak mengerjakan PR berkurang hingga 4 dan yang terlibat
44 narkoba 0 mingkin itu disebabkan karena pengawasan yang dilakukan
sekolah terutama guru BP cukup ketat sehingga siswa merasa mendapat perhatian penuh dari sekolah. Suatu hasil yang sangat memuaskan bagi
sekolah sebab banyak sekolah yang melakukan bentuk-bentuk pembinaan yang gagal atau tidak berhasil dalam menjalankan programnya namun
karena keuletan dan semangat yang dimiliki oleh ibu Agustina han rekan- rekan seprofesinya yang membantunya dalam memberikan pembinaan
akhlak ini maka dapat memetik hasil yang sangat memuaskan dan dari situ penulis dapat mengambil suatu pelajaran bahwa dalam memberikan suatu
proses pembinaan akhlak harus dimulai dari diri pembinanya itu sendiri terlebih dahulu kalau itu sudah dilakukan maka barulah bisa memberikan
pembinaan yang baik kepada orang lain.
E. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat