Peningkatan keterampilan menulis narasi sugestif dengan media foto pada siswa kelas x Madrasah Aliyah Attaqwa 03 Tarumajaya Bekasi: penelitian tindakan kleas

(1)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

Nur Famelia Pathiranisa

107013000442

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H./2011 M.


(2)

PENELITIAN TINDAKAI\ KELAS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarj ana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

Nur Famelia Pathiranisa NIM 107013000442

DiBawah Bimbingan

f1'*^,[{,,"^/

t _ l

Drs. Ramlan Abdul Gani. M..d NrP. 19610614 199203 | 002

JURUS$I PENDIDIKAI\ BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBTYAH DAFI KEGURUANI

T]NTVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432H".12011 M.


(3)

FOTO PADA SISWA KELAS X MADR,A.SAH ALIYAH ATTAQWA 03 TARUMAJAYA BEKASI: PENELITTAN TINDAKAN KELAS telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN syarif Hidayatullah Jakarta p"oi q Desember 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan dahasa dan Sastra Indonesia.

J akarta, 9 Desember 20 I 1 Panitia Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sasha Indonesia)

Dra. Mahmudah Firriyah ZA. M.pd NIP. 19640212 t99703 2 00r

Sekretaris Sidang Dra. Hindun. M.Fc!.

NIP: 19701215 2:"009122 00r

Penguji I

Dra. Mahmudah Fitriyah ZA. M.pd NIP. 19640212 199703 2 001

Penguji II

Nuryani. S.Pd.lvt.A.

NrP.19820628 200912 2 003

Tanggal 9-t2-2A11

9-12-2011

9-12-2011

9-12-20r1

Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu

Ti"Y"suruan


(4)

PENELITIAN TINDAKAh{ KELAS' yang disusun oleh:

Nama NIM Jurusan Fakultas

Nur Famelia Pathiranisa t07013000442

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Telah melalui bimbingan dan dinyatakan untuk diajukan pada sidang munaqasyah ditetapkan

sah sebagai karya ilmiah dan berhak sesuai dengan ketentuan yang telah

Jakarta 25 November 20lI Yang Menyatalran, Pembimbing Skripsi

ul


(5)

salah satu persyaratan memperoleh gelar stata I di tlIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di LJIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

dengan Foto pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah At-Taqwa 03 Tarumajaya Bekasi:Penelitian Tindakan Kelas. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini berawal dari permasalahan yaitu rendahnya kketermapilan menulis siswa , rendahnya respon menulis pada siswa, dan kejenuhan yang dirasakan oleh siswa yang disebabkan oleh pembelajaran yang sering diterapkan pada siswa sekadar teori saja tanpa menggunakan media pembelajaran.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah mengajar menulis narasi sugestif dengan menggunakan foto efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas X MA At-Taqwa 03 Tarumajaya Bekasi dan bagaimana respon mereka dengan penggunaan foto dalam pembelajaran menulis narasi sugestif. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2011 di MA At-Taqwa 03 Tarumajaya Bekasi.

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dengan tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis narasi sugestif, lembar observasi siswa dan guru, angket, jurnal siswa dan catatan lapangan.

Berdasarkan hasil penelitian, perolehan skor nilai siswa dalam menulis narasi sugestif mengalami peningkatan. Pada penelitian pendahuluan rata-rata nilai siswa yaitu 49,6 Pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah 62,5. Pada siklus II rata-rata nilai siswa mengalami peningkatan menjadi 72,28. Selanjutnya pada hasil akhir siklus III rata-rata nilai siswa kembali mengalami peningkatan menjadi 79,60. Demikian juga siswa merespon positif dengan penggunaan media foto dalam menulis narasi sugsetif. Berasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan foto dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf narasi sugestif pada siswa kelas X MA At-Taqwa 03 Tarumajaya Bekasi.


(7)

Raihlah ilmu karena yang meraihnya berarti berada di jalan Allah dan melaksanakan suatu amal yang saleh; yang membicarakannya berarti memuji allah; yang mencarinya berarti mencintai Allah; yang mengajarkannya berarti memberikan sedekah; yang menanamkannya kepada sasaran-sasarannya berarti berlaku setia kepada Allah. Ilmu memungkinkan pemiliknya untuk dapat membedakan apa yang dilarang dan yang tidak; ilmu adalah sinar ke surga; teman di padang pasir, sahabat di kesunyian, sahabat ketika kehilangan teman. Ilmu berguna sebagai baju baja terhadap musuh-musuh kita.... (Hadits)

Untuk Ayah dan Bunda

dan


(8)

(9)

ii

memberikan berbagai macam nikmat yang tak terhingga serta dengan iringan hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat bermahkotakan salam semoga selalu tercurah kepada nabi Muhammad Saw. beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang taat menjalankan sunah-sunahnya dalam menjalani kehidupan serta menjunjung tinggi segala yang dibawa dan diajarkan beliau.

Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak, Ibu, dan saudara-saudara di bawah ini:

1. Semua dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia .

3. Dra. Hindun, M.Pd. selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. Drs. Ramlan Abdul Gani, M.A. yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

5. Kepala Madrasah dan segenap dewan guru MA At-Taqwa 03 Tarumajaya Bekasi

6. Sahabatku Halimah Tusadiah, Ani, Hilda Nurul Mawaddah, dan Intan Febrina Wulandini yang selalu membantu dan memberikan motivasi kepada penulis serta teman-teman kelas A PBSI angkatan 2007.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan semoga dengan adanya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Amiin

Akhirnya, tiada kekuatan dan daya selain kekuatan Allah Swt. Yang Maha Perkasa.

Jakarta, 25 November 2011


(10)

(11)

iii

……….

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR TABEL……… v

DAFTAR GRAFIK……….. vi

DAFTAR LAMPIRAN……… vii

BAB I: PENDAHULUAN ……….. 1

A.Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Identifikasi Masalah ………. 4

C.Batasan Masalah……….. 4

D.Perumusan Masalah ………. 4

E. Tujuan Penelitian ……… 5

F. Manfaat Penelitian ……… 5

BAB II: LANDASAN TEORETIS ……… 6

A.Menulis ………. 6

B.Narasi ……… 12

C.Media Pembelajaran ………. 24

D. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ………. 34

E. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan………….. 37

F. Hipotesis Tindakan……… 38

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ……… 39

A.Tempat dan Waktu Penelitian ……… 39

B.Metode dan Rancangan Penelitian ……… 39

C.Subjek Penelitian ………. 41

D.Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ………... 42


(12)

iv

I. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ………….. 56

J. Analisis Data dan Instrumen Hasil Analisis ……… 57

K. Tindak Lanjut Pengembangan Perencanaan Tindakan……. 61

BAB IV: DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ……… 62

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ……… 62

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ………. 103

C. Analisis Data ………. 103

D. Interpretasi Hasil Analisis ……… 115

E. Pembahasan Temuan Penelitian……….. 116

BAB V: Simpulan dan Saran ……… 118

A. Simpulan ………. 118

B. Saran ……….. 118

DAFTAR PUSTAKA ………. 119


(13)

v

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Perbedaan Antara Narasi Ekspositoris dengan Narasi Sugestif .. 16

2. Tabel 3.1 Skor Penilaian Narasi Sugestif……… 53

3. Tabel 3.2 Aspek Penilaian Menulis Narasi Sugestif……… 53

4. Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Kemampuan Menulis Narasi Sugestif …… 56

5. Tabel 4.1 Kepala Madrasah MA. At-Taqwa 03 Tarumajaya……… 62

6. Tabel 4.2 Data Guru MA Attaqwa 03 Tarumajaya……… 63

7. Tabel 4.3 Daftar Tata Laksana MA At-Taqwa 03 Tarumajaya Bekasi... 64

8. Tabel 4.4 Jumlah Peserta Didik Tahun 2011/2012……… 65

9. Tabel 4.5 Hasil Angket Respon Siswa terhadap Penggunaan Media Foto ..101

10. Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa……….. 104

11. Tabel 4.7 Tabel distribusi frekuensi Pretest………. 106

12. Tabel 4.8 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Siklus I………... 108

13. Tabel 4.9 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Siklus II………. 110

14. Tabel 4.10 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Siklus III……….. 112

15. Tabel 4.11 Lembar Observasi Guru……… 113


(14)

vi

DAFTAR GRAFIK


(15)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Pedoman Wawancara(Pratindakan)……… 122

2. Lampiran 2 Pedoman Wawancara(setelah tindakan)……… 123

3. Lampiran 3 Format Observasi Guru...……… 124

4. Lampiran 4 Format Observasi Guru Siklus I…...……… 125

5. Lampiran 5 Format Observasi Guru Siklus II…...……… 126

6. Lampiran 6 Format Observasi Guru Siklus III……… 127

7. Lampiran 7 Lembar Observasi Siswa……….. 128

8. Lampiran 8 Catatan Lapangan Siklus ……… 129

9. Lampiran 9 Catatan Lapangan Siklus I ……… 130

10. Lampiran 10 Catatan Lapangan Siklus II (pertemuan ke-1)……….. 131

11. Lampiran11 Catatan Lapangan Siklus II (pertemuan ke-2)……….. 132

12. Lampiran 12 Catatan Lapangan Siklus III (pertemuan ke-1)……….. 133

13. Lampiran 13 Catatan Lapangan Siklus III (pertemuan ke-2)……….. 134

14. Lampiran 14 Jurnal Siswa Siklus ……… 135

15. Lampiran 15 Angket Penelitian ……… 136

16. Lampiran 16 Tabulasi Angket Penelitian……… 138

17. Lampiran 17 Hasil Angket Respon Siswa……… 140

18. Lampiran 18 Rekapitulasi Angket Penelitian……… 142

19. Lampiran 19 Hasil Siklus I……… 147

20. Lampiran 20 Hasil Siklus II……… 149

21. Lampiran 21 Hasil Siklus III……… 151

22. Lampiran 22 Rekapitulasi Hasil Penelitian……… 153

23. Lampiran 23 Rencana Pembelajaran Siklus I……… 154

24. Lampiran 24 Rencana Pembelajaran Siklus II……… 157

25. Lampiran 25 Rencana Pembelajaran Siklus III ……… 160

26. Lampiran 26 Media Foto Siklus I ……… 163

27. Lampiran 27 Media Foto Siklus II ……… 164

28. Lampiran 28 Media Foto Siklus III……… 166


(16)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup keterampilan mendengarkan,

keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

Keempat keterampilan tersebut selalu berkaitan. Di antara keterampilan tersebut

keterampilan mendengarkan dan keterampilan membaca merupakan keterampilan

reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan keterampilan menulis merupakan

keterampilan produktif.

Diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) oleh

pemerintah, menghendaki melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia, diharapkan (1) peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,

kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil

karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri; (2) guru dapat memusatkan

perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan

menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; (3) guru lebih

mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan

sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya; (4)

orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program

kebahasaan dan kesastraan di sekolah; (5) sekolah dapat menyusun program

pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta


(17)

sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan

daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.1

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia MA kelas X untuk

aspek menulis menyebutkan bahwa siswa harus mampu mengungkapkan

informasi dalam berbagai bentuk paragraf (narasi, deskripsi, eksposisi) dengan

salah satu kompetensi dasar yaitu menulis gagasan dengan menggunakan pola

urutan waktu dan tempat dalam bentuk paragraf naratif. Seperti yang telah

diketahui bahwa terdapat dua jenis narasi yaitu narasi ekspositori dan narasi

sugestif. Kebanyakan siswa dalam menulis karangan narasi khususnya narasi

sugestif sulit dalam memperoleh ide-ide cemerlang untuk bisa menuangkannya

lewat tulisan.

Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, tetapi harus melalui

latihan dan praktik yang banyak dan teratur.2 Keterampilan menulis paragraf

narasi sugestif bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau

penjelasan dari guru semata, akan tetapi sebagai salah satu keterampilan,

pembelajaran menulis paragraf narasi sugestif harus juga dilakukan dengan latihan

dan praktik yang dilakukan oleh para siswa.

Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan ketika menulis paragraf

narasi sugestif. Hambatan-hambatan tersebut dapat berasal dari faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal di antaranya intelegensi, perhatian, bakat,

1

BSNP, Standar Isi Untuk Satuan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA (Jakarta: BSNP, 2006), h. 107-108

2

Henry Guntur Tarigan, Menulis: Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa Group, 2008), h. 4


(18)

motivasi, ketertarikkan, kognitif, dan daya nalar. Sedangkan faktor eksternal

berupa pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan metode pembelajaran.

Faktor-faktor tersebut menyebabkan siswa malas untuk menulis.

Media merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

pembelajaran dan dapat dipandang sebagai salah satu alternatif strategi yang

efektif dalam membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam pengajaran

Bahasa Indonesia media pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan

empat aspek keterampilan berbahasa. Salah satu aspek keterampilan yang

menuntut siswa untuk lebih produktif dan kreatif adalah melalui keterampilan

menulis. Akan tetapi sering kita jumpai guru tidak menggunakan media

pembelajaran ketika mengajarkan paragraf narasi, padahal itu sangat penting

sebagai upaya siswa untuk berimajinasi.

Media yang digunakan dalam pembelajaran menulis paragraf narasi

sugestif adalah foto. Foto membantu siswa untuk berimajinasi sehingga dapat

menceritakan suatu peristiwa yang terjadi secara berurutan. Jika siswa sudah

mampu membuat paragraf narasi sugestif yang bagus, maka artinya proses

pembelajaran dikatakan berhasil. Media digunakan agar siswa tidak merasa jenuh

dan dapat merespon pembelajaran menulis paragraf narasi sugestif dengan baik.

Melihat kenyataan seperti itulah penulis ingin memberikan kemudahan

kepada siswa, di antaranya penulis ingin menerapkan penggunaan media foto

untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf narasi sugestif, terutama di

kalangan siswa kelas X MA. Bertitik tolak dari permasalahan di atas, penulis


(19)

Media Foto pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah At-Taqwa 03 Tarumajaya

Bekasi.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, terdapat masalah yang dapat diidentifikasi

yaitu:

1. Keterampilan siswa dalam menulis narasi sugestif rendah.

2. Respon siswa terhadap pembelajaran menulis narasi sugestif rendah.

3. Guru kurang kreatif dalam mengembangkan pelajaran menulis narasi sugestif.

4. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang tepat dan menarik

perhatian siswa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dipilih masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Keterampilan siswa kelas X dalam menulis narasi sugestif.

2. Penggunaan media foto.

D. Perumusan Masalah

Agar penelitian dapat berhasil secara optimal, perlu terlebih dahulu

merumuskan masalah yang diungkapkan dalam penelitian ini, dari berbagai uraian

terdahulu, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diungkapkan dalam


(20)

sugestif dengan menggunakan media foto pada siswa kelas X MA At-Taqwa 03

Tarumajaya Bekasi?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

“Meningkatkan keterampilan menulis narasi sugestif menggunakan foto siswa kelas X MA At-Taqwa 03 Tarumajaya Bekasi.”

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat baik secara teoretis

maupun praktis.

1. Manfaat teoretis

Sebagai bahan belajar bagi siswa atau pihak-pihak sekolah yang terlibat

dalam pembelajaran.

2. Manfaat praktis

a. Pendidik

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran menulis

khususnya menulis narasi.

b. Peserta didik

Dengan penggunaan media foto diharapkan peserta didik lebih tertarik dan

mampu menemukan ide-ide dalam menulis, khususnya menulis narasi.

c. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan alternatif untuk


(21)

(22)

6

1. Hakikat Menulis

Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa merupakan

keterampilan yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.

Halliday berpendapat bahwa menulis telah berkembang di masyarakat sebagai

hasil dari perubahan budaya yaitu menciptakan suatu komunikasi yang tidak

dapat dipenuhi oleh bahasa lisan/berbicara.1

Menurut Tarigan, “Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dikatakan ekspresif karena ketika menulis, penulis harus terampil

memanfaatkan struktur bahasa, kosa kata, dan grafologi.”2 Menurut Suparno dan Muhammad Yunus, menulis dapat didefinisikan adalah “Suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat

atau mediumnya.”3 Lado dalam Tarigan mendefinisikan “Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan

suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca

lambang-lambang grafik tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan grafik

tadi.”4

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis digunakan

1

David Nunan, Language Teaching Methodology: A Textbook for Teacher (New York: Phoenix ELT, 1995), h. 84

2

Henry Guntur Tarigan, Menulis: Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa Group, 2008), h.4

3

Suparno dan M. Yunus,Keterampilan Menulis (Jakarta: UT, 2007),h. 1.3

4


(23)

oleh seseorang (penulis) sebagai komunikasi tidak langsung kepada lawan bicara

dengan menggunakan simbol-simbol tulis (bahasa tulis) dengan tujuan agar lawan

bicara dapat menerima apa yang diutarakan penulis dengan bahasa tulis.

Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, tetapi harus melalui

latihan dan praktik yang banyak dan teratur.5 Keterampilan menulis bukanlah

sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau penjelasan dari guru semata,

akan tetapi sebagai salah satu keterampilan, menulis harus juga dilakukan dengan

latihan dan praktik yang dilakukan oleh para siswa.

Sebagai salah satu ragam komunikasi, dalam menulis terdapat empat

unsur yang terlibat yaitu (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atau

sesuatu yang disampaikan penulis, (3) saluran atau medium berupa

lambang-lambang bahasa tulis seperti huruf dan tanda baca, serta (4) penerima pesan, yaitu

pembaca, sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh penulis.

2. Fungsi Menulis

Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi

yang tidak langsung.6 Menulis mempunyai fungsi, fungsi menulis yaitu:

a. Fungsi personal yaitu mengekspresikan pikiran, sikap, atau perasaan pelakunya yang diungkapkan seperti buku harian, surat, dan sebagainya. b. Fungsi instrumental yaitu mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. c. Fungsi interaksional yaitu menjalin hubungan.

d. Fungsi informatif yaitu menyampaikan informasi, termasuk ilmu pengetahuan.

5

Ibid., h. 4

6


(24)

e. Fungsi estetis yaitu untuk mengungkapkan atau memenuhi rasa keindahan.7 Sedangkan menurut Canfirld dan Hansen yang dikutip oleh Hernowo,

“Fungsi menulis yaitu untuk menggali potensi diri.”8 Jadi, fungsi menulis selain sebagai alat komunikasi tidak langsung, menulis juga berfungsi sebagai sarana

untuk mengekspresikan diri, menjalin hubungan sosial, dan memberikan

informasi kepada orang lain.

3. Tujuan Menulis

Setiap kegiatan tentu saja akan mengandung tujuan. Begitu pula dalam

kegiatan menulis. Tujuan menulis menurut Tarigan yaitu:

a. Memberitahukan atau mengajar. b. Meyakinkan atau mendesak c. Menghibur atau menyenangkan.

d. Mengutarakan/ mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.9

Hugo Harig sebagaimana yang dikutip oleh Tarigan, mengemukakan

tujuan menulis adalah:

a. assignment purpose (tujuan penugasan) yaitu penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan karena kemauan sendiri.

b. altruistic purpose (tujuan altruistik) yaitu penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

c. persuasive purpose (tujuan persuasif) yaitu tulisan yang bertujuan untuk menyakinkan para pembaca dan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d. informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) yaitu tulisan yang bertujuan untuk memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.

7

M. Yunus, dkk., Menulis I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 1.4

8

Hernowo (Editor), Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis , (Bandung: Mizan Learning Center, 2003), h. 81

9


(25)

e. self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri) yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sebagai sang pengarang kepada para pembaca.

f. creative purpose (tujuan kreatif) yaitu tulisan yang bertujuan untuk mencapai nilai- nilai artistik dan nilai-nilai kesenian.

g. problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) yaitu tulisan yang bertujuan untuk mencerminkan atau menjelajahi pikiran-pikiran agar dapat dimengerti oleh pengarang.10

Jadi, tujuan seseorang menulis adalah untuk menghibur, mempengaruhi

seseorang, menyampaikan pendapat, dan memberikan informasi.

4. Manfaat Menulis

Akhadiat mengemukakan manfaat menulis, yaitu:

a. Dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita. b. Melalui kegiatan menulis kita mengembangkan berbagai gagasan.

c. Melalui menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis.

d. Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat.

e. Melalui tulisan kita dapat meninjau serta menilai gagasan itu sendiri secara lebih konkret.

f. Tugas menulis mengenai suatu topik mendorong kita belajar secara aktif. g. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta

berbahasa secara tertib.11

Graves salah seorang tokoh yang banyak melakukan penelitian tentang

pembelajaran menulis menyampaikan manfaat menulis sebagai berikut:

a. Menulis mengembangkan kecerdasan.

b. Mengembangkan daya inisiatif dan kretivitas. c. Menumbuhkan kepercayaan diri dan keberanian

d. Mendorong kebiasaan serta memupuk kemampuan dalam mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi.12

10

Ibid., h. 25-26

11

Sabarti Akhadiat, dkk., Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia (Jakarta: Erlangga, 1988), h. 1-2


(26)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan

manfaat menulis yaitu dapat memberikan informasi/pengetahuan kepada orang

lain, menggali potensi diri, dan membiasakan berpikir dan berbahasa secara

sistematis.

5. Menulis sebagai Proses

Keterampilan berbahasa bukanlah sesuatu yang diajarkan melalui uraian

dan penjelasan dari guru semata. Siswa tidak dapat memperoleh keterampilan

berbahasa dengan hanya duduk, mendengarkan, dan mencatat penjelasan dari

guru.

Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis memerlukan adanya

pembinaan secara bertahap dan terus-menurus dengan memberikan latihan-latihan

kepada siswa agar siswa memiliki empat keterampilan berbahasa tersebut. Dengan

demikian, kemampuan menulis diperoleh karena latihan. Tanpa latihan,

keterampilan menulis tidak akan bisa dimiliki.

Berbagai pendekatan dalam pembelajaran menulis yang dikemukakan

Proett dan Gill dalam M. Yunus, yaitu:

1) Pendekatan frekuensi menyatakan bahwa banyaknya latihan menulis atau mengarang, sekalipun tidak dikoreks akan mempertinggi keterampilan seseorang.

2) Pendekatan gramatikal berpendapat bahwa pengetahuan atau penguasaan seseorang akan struktur bahasa akan mempercepat kemahirannya dalam menulis.

3) Pendekatan koreksi berkeyakinan bahwa banyaknya masukan/ koreksi yang diperoleh seseorang akan mempercepat kemampuannya dalam menulis.

12


(27)

4) Pendekatan formal mengungkapkan bahwa perolehan keterampilan menulis terjadi bila pengetahuan bahasa, pengalineaan, pewacanaan, serta konvensi atau aturan penulisan dikuasai dengan baik.13

Kegiatan menulis itu merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan.14 Ini

berarti bahwa dalam kegiatan menulis memerlukan proses yaitu berupa

langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seseorang apabila ingin menyelasaikan

tulisannya. Bila proses tersebut tidak diikuti, maka hasilnya tidak akan

memuaskan. Terdapat tiga tahap dalam menulis, yaitu:

a. Tahap prapenulisan

Tahap ini merupakan fase persiapan menulis. Fase prapenulisan terdiri dari

sejumlah kegiatan, yaitu:

1) Menentukan topik

2) Menentukan tujuan masalah

3) Memperhatikan sasaran karangan

4) Mengumpulkan informasi pendukung

5) Mengorganisasikan ide dan informasi

b. Tahap penulisan

Setelah melewati fase prapenulisan, langkah selanjutnya adalah memulai

menulis karangan dengan mengembangkan gagasan-gagasan atau butir demi butir

pokok pikiran yang terdapat dalam kerangka karangan.

13

Yunus, dkk., Menulis 1 h 1.25- 1.26

14


(28)

c. Tahap pascapenulisan

Fase pascapenulisan merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan

karangan. Pada fase ini dilakukan kegiatan penyuntingan dan perbaikan.

Penyuntingan mengacu pada aktivitas membaca ulang, memeriksa, dan menilai

ketepatan isi, penyajian, maupun bahasa sebuah karangan. Tujuannya untuk

menemukan informasi mengenai unsur-unsur karangan yang masih memerlukan

perbaikan.

Sedangkan perbaikan (revisi) dilakukan berdasarkan hasil penyuntingan.

Kegiatan perbaikan dapat berupa penambahaan, penggantian, penghilangan,

pengubahan, atau penyusunan kembali unsur-unsur karangan.

Langkah-langkah untuk melakukan penyuntingan dan perbaikan ialah:

1) Membaca keseluruhan karangan

2) Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki atau memberikan catatan, hal-hal yang

harus diubah, diganti, ditambahkan, atau disempurnakan.

3) Melakukan perbaikan sesuai dengan temuan ketika penyuntingan dilakukan.

B.Narasi

1. Pengertian Narasi

Istilah narasi berasal dari bahasa Inggris narration (cerita) dan narrative

(yang menceritakan). Dalam kamus Oxford, Narration : “the act or process of telling a story, especially in a novel, a film/movie or a play (tindakan atau proses


(29)

bercerita, terutama dalam novel dan film).”15 Narasi adalah suatu cerita pendek dari pengalaman seseorang yang disusun dengan kronologi dari awal sampai

akhir. Narasi biasanya menceritakan semua kejadian dan diakhiri dengan suatu

pencerahan, wawasan, pelajaran, atau pemahaman.16 Atar semi berpendapat

bahwa “Narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan

menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia

berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.”17

Dari beberapa pengertian

narasi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa narasi adalah suatu paragraf yang

berisi tentang suatu cerita yang disusun secara kronologis sesuai dengan urutan

waktu.

Donald dan Santi Buscemi berpendapat, narasi adalah bentuk tertua dalam

komunikasi manusia. Kemampuan untuk memproses narasi tampaknya secara

genetik sudah terprogram dalam sistem otak manusia. Orang tua mengajarkan

bahasa kepada anak-anak mereka dengan menceritakan suatu cerita. Apalagi,

setiap orang menghabiskan sisa hidup mereka dengan bercerita. Dengan kata lain,

setiap kehidupan adalah narasi, sebuah kronologi (rentetan peristiwa).18

Tujuan menulis narasi secara fundamental ada dua, yaitu (1) hendak

memberikan informasi atau memberi wawasan dan memperluas pengetahuan

pembaca, menghasilkan jenis narasi informasional atau narasi ekspositoris dan (2)

15 A S, Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary: International Student’s Edition.

Sixth edition (New York: Oxford University Press), h. 881

16

Katherine Ploeger, Simplified Paragraph Skill (Lincolnwood (Chicago) : NTC Publishing Group, 1955), h. 200

17

Atar semi. Menulis Efektif (Padang: Angkasa Raya, 1990), h. 32

18

Donald Pharr dan Santi Buscemi, Writing Today: Contexts and Options for the Real World (New York: Mc Graw Hill, 2004), h.174


(30)

hendak memberikan pengalaman estetis kepada pembaca, menghasilkan jenis

narasi artistik atau narasi sugestif.

2. Jenis Narasi

Narasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu narasi ekspositori dan narasi

sugestif.

a. Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris dikenal juga dengan narasi informatif adalah narasi

yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa

dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam

narasi ekspositoris, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang

sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan

mulai dari kecil sampai saat atau sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan

narasi ini diwarnai oleh eksposisi, dengan penggunaan bahasa yang logis,

berdasarkan fakta.19

Narasi ekspositoris pada dasarnya berkecenderungan sebagai bentuk

eksposisi yang cenderung menginformasikan peristiwa dengan bahasa yang lugas

dan konfliknya tidak terlalu kelihatan.20 Narasi ekspositoris lebih bersifat

objektif.21

Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat

generalisasi. Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha

19

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1982), h. 136

20

Atar Semi, Menulis Efektif, h. 35

21


(31)

menceriterakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali.

Sedangkan narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang

menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan

dapat pula dilakukan secara berulang-ulang.22

b. Narasi Sugestif

Narasi sugestif atau yang disebut juga dengan narasi artistik yaitu narasi

yang disusun sedemikian rupa sehingga mampu menimbulkan daya khayal

pembaca. Jenis narasi ini untuk memberikan suatu maksud tertentu,

menyampaikan suatu amanat terselubung (implisit), dan menimbulkan daya

khayal pembaca.23

Berbeda dengan narasi eskspositori, sasaran narasi sugestif bukanlah

memperluas pengetahuan seseorang tetapi berusaha memberikan makna atas

peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman.24 Karena sasarannya adalah

makna peristiwa atau kejadian, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya

khayal (imajinasi).

Sebagaimana yang dikemukakan di atas, bahwa narasi sugestif dapat

merangsang daya khayal pembaca, pembaca menarik suatu makna baru di luar apa

yang diungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah sesuatu yang

tersurat mengenai objek atau subjek yang bergerak dan bertindak, sedangkan

makna baru adalah sesuatu yang tersirat. Makna yang baru akan dapat dipahami

setelah narasi tersebut selesai dibaca.

22

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 136

23

Ibid., h. 138

24


(32)

Menurut Atar Semi, pada dasarnya narasi sugestiflah yang sesungguhnya

murni sebagai tulisan narasi. Narasi jenis ini umumnya berupa cerita pendek atau

novel. Narasi sugestif lebih bersifat subjektif.25

Perbedaan narasi ekspositoris dan narasi sugestif dikemukakan oleh Gorys

Keraf sebagai berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan antara Narasi Ekspositoris dengan Narasi Sugestif

No. Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif

1. Memperluas pengetahuan. Menyampaikan suatu makna atau

suatu amanat yang tersirat. 2. Menyampaikan informasi mengenai

suatu kejadian.

Menimbulkan daya khayal.

3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.

Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.

4. Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.

Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitik-beratkan penggunaan kata-kata konotatif.

3. Ciri-ciri Narasi

Menurut Gorys keraf , narasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan

25


(33)

b. Dirangkai dalam urutan waktu

c. Berusaha menjawab pertanyaan “apa yang telah terjadi”? d. Ada konfliks. 26

Sedangkan, Atar semi mengungkapan ciri-ciri narasi sebagi berikut:

a. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis.

b. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata atau gabungan keduanya.

c. Berdasarkan konfliks, karena tanpa konfliks biasanya narasi tidak menarik. d. Memiliki nilai estetika

e. Menekankan susunan secara kronologis.27

Narasi biasanya mempunyai pola, pola yang sederhana berupa adanya

awal peristiwa, tengah peristiwa, dan akhir peristiwa. Bagian awal biasanya

membawa pembaca ke dalam cerita dan menarik pembaca kepada suatu suasana

tertentu, atau menjelaskan tentang latar belakang peristiwa, mungkin pula berupa

pembayangan tentang apa yang terjadi di bagian tengah dan akhir. Bagian awal ini

mempunyai fungsi untuk memancing dan menggiring pembaca kepada kondisi

ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Bagian tengah narasi merupakan bagian yang menjelaskan secara panjang

lebar tentang peristiwa. Di sini biasanya konflik didramatisasi dan dibuat semakin

menajam. Sedangkan bagian akhir narasi merupakan bagian antiklimaks. Konflik

mulai menuju ke arah tertentu, walaupun belum tentu penulisnya menunjukkan

adanya penyelesaian secara jelas.

26

Ibid., h. 138-139

27


(34)

4. Prinsip-prinsip Narasi

Narasi dikembangkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi

sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi. Prinsip-prinsip

tersebut antara lain:

a. Alur

Setiap narasi memiliki sebuah alur atau plot. Plot merupakan unsur narasi

yang paling penting. Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam

sebuah cerita. Alur mengatur bagaimana tindakan demi tindakan saling bertalian,

bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan itu

secara wajar, dan bagaimana pula situasi dan kondisi batin tokoh yang terlibat

dalam tindakan itu terkait dalam satu kesatuan waktu.

Alur bersembunyi di balik jalannya cerita, tetapi jalan cerita bukanlah alur.

Jalan cerita hanyalah perwujudan/tempat/wadah/bentuk jasmaniah dari alur cerita.

Alur dengan jalan cerita memang tidak dapat dipisahkan. Jalan cerita adalah yang

memuat kejadian. Sementara itu suatu kejadian ada karena ada sebabnya, ada

alasannya. Penggerak kejadian cerita itu disebut alur.

Dalam alur ada yang disebut dengan peristiwa, konflik, dan klimaks.

Ketiganya merupakan tiga unsur yang amat esensial dalam pengembangan sebuah

plot cerita. Eksistensi plot sangat ditentukan oleh ketiga unsur tersebut. Demikian

pula halnya dengan masalah kualitas dan kadar kemenarikan sebuah cerita.28

28

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta :Gadjah Mada University Press), h. 117


(35)

Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan

yang lain. Berdasarkan pengertian itu kita akan dapat membedakan

kalimat-kalimat tertentu yang menampilkan peristiwa dengan yang tidak.

Konflik biasanya bersifat tidak menyenangkan yang terjadi atau dialami

oleh tokoh cerita. Konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada

pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan

aksi balasan. Konflik tidak perlu berupa konflik yang keras atau rumit, cukuplah

konflik yang berupa kesenjangan antara keinginan dengan kenyataan.29

Peristiwa dan konflik biasanya berkaitan erat, dapat saling menyebabkan

terjadinya satu persoalan dengan persoalan yang lain bahkan konflik pada

hakikatnya merupakan peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan

terjadinya konflik. Sebaliknya, karena terjadinya konflik, peristiwa-peristiwa lain

pun dapat bermunculan, misalnya sebagai akibat.

Unsur yang ketiga dalam plot yaitu klimaks. Terdapat kaitan erat antara

konflik-konflik dengan klimaks. Klimaks hanya dimungkinkan ada dan terjadi

jika ada konflik, namun tidak semua konflik harus mencapai klimaks.

Klimaks menurut Stanton sebagaimana yang dikutip oleh Burhan adalah

“Saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat (hal) itu

merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiaannya. Artinya, berdasarkan tuntutan dan kelogisan cerita, peristiwa, dan saat itu memang harus terjadi. Klimaks sangat menentukan (arah) perkembangan plot. Klimaks merupakan titik pertemuan anatara dua (atau lebih) hal (keadaan) yang dipertentangkan dan

menentukan bagaimana permasalahan (konflik) akan diselesaikan.”30

29

Atar Semi, Menulis Efektif, h. 33

30


(36)

Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam cerita. Alur

mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana

suatu kejadian mempunyai hubungan dengan kejadian yang lain, bagaimana

tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan-tindakan itu, dan

bagaimana situasi dan perasaan karakter (tokoh) yang terlibat dalam

tindakan-tindakan itu yang terikat dalam suatu kesatuan waktu.

b. Penokohan

Sering kita mendengar apa yang disebut dengan tokoh dan penokohan,

watak dan perwatakan, karakter dan karakterisasi. Istilah tokoh menunjuk pada

orangnya, pelaku cerita. Sedangkan menurut Jones sebagaimana yang dikutip oleh

Burhan, “Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.”31

Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh dan perwatakan

sebab penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan,

dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga

sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

Salah satu ciri khas narasi ialah mengisahkan tokoh cerita bergerak dalam

suatu rangkaian perbuatan atau mengisahkan tokoh cerita terlibat dalam suatu

peristiwa dan kejadian. Tindakan, peristiwa, kejadian, itu disusun bersama-sama

sehingga mendapatkan kesan atau efek tunggal.32

31

Ibid., h. 16

32


(37)

Tokoh-tokoh cerita dalam narasi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis

penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan, yaitu:

1. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh: tokoh utama dan

tokoh tambahan.

2. Berdasarkan peran tokoh : tokoh protagonis dan tokoh antagonis.

3. Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedaan ke dalam tokoh

sederhana dan tokoh bulat.

4. Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh dapat

dibedakan menjadi tokoh statis dan tokoh berkembang.

5. Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap manusia dari

kehidupan nyata, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi tokoh tipikal dan

tokoh netral.33

c. Latar

Latar merupakan tempat, waktu, dan keadaan sosial yang menjadi wadah

tempat tokoh melakukan dan dikenai suatu peristiwa. Dalam narasi terkadang

tidak disebutkan secara jelas tempat tokoh berbuat atau mengalami peristiwa

tertentu. Namun ada juga yang menyebutkan latar tempat dan waktu secara

pasti.34

33

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 176-190

34


(38)

d. Sudut pandang

Sudut pandang sering disebut juga dengan pusat pengisahan (point of view). Pada sudut pandang kita dapat melihat pertalian antara pengarang dengan tindak-tanduk atau peristiwa yang berlangsung dalam cerita.35

Macam-macam sudut pandang.

a. Sudut pandang persona ketiga: “Dia”

1) Terbatas hanya pada seorang tokoh saja. “Dia” mahatahu: cerita

dikisahkan dari sudut “dia”, namun pengarang dapat menceritakan apa saja yang menyangkut tokoh “dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya.36

2) “Dia” terbatas, “Dia” sebagai pengamat: pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun

terbatas hanya pada seorang tokoh saja.

b. Sudut pandang persona pertama: “Aku”

1) “Aku” tokoh utama: Si “Aku” mengisahkan berbagai peristiwa yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam dirinya sendiri, maupun

fisik, hubungannya dengan sesuatu di luar dirinya.

2) “Aku”tokoh tambahan: tokoh “Aku” muncul bukan sebagai tokoh utama,

melainkan tokoh tambahan.

c. Sudut pandang campuran, penulis menggunakan sudut pandang campuran

yaitu sudut pandang persona ketiga dan sudut pandang persona pertama.

35

M. Yunus dkk., Menulis 1, h. 1 8.33

36


(39)

5. Langkah-langkah Menulis Narasi

Dalam menulis narasi diperlukan adanya tahap-tahap dalam mewujudkan

ide-ide yang terdapat dalam dalam pikiran kita. Tahap-tahap penulisan ini sangat

penting untuk mengarahkan kita dalam seluruh kegiatan menulis.

Adapun tahap-tahap menulis narasi sebagai berikut:

1) Tahap prapenulisan merupakan tahap perencanaan atau tahap persiapan

menulis yang mencakup beberapa langkah kegiatan, (1) menentukan topik, (2)

membatasi topik, (3) menentukan tujuan penulisan, (4) menentukan bahan

atau materi, dan (5) menentukan atau menyusun kerangka karangan.

2) Tahap penulisan mulai membahas setiap masalah yang dicantumkan dalam

tahap prapenulisan.

3) Tahap revisi, membaca kembali tulisan untuk diperbaiki atau disempurnakan.

C.Media Pembelajaran

Saat ini teknologi berkembang dengan pesat. Kemajuan teknologi dapat

dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu guru dalam proses

belajar mengajar.

Seiring perkembangan zaman, guru dituntut untuk lebih profesional dalam

mengajar. Selain berperan sebagai tenaga pendidik dan tenaga pengajar, guru juga

harus berperan sebagai seorang administrator, fasilitator, pembina, dan

pembimbing. Sebagai upaya untuk menambah keprofesionalan tersebut, guru


(40)

antaranya meliputi penggunaan metode, teknik, dan media pembelajaran yang

diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.

Manusia tidak bisa dilepaskan dari komunikasi, begitupun dengan

mengajar sebagai proses pentransferan ilmu yang dimiliki guru kepada anak didik

pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi. Salah satu penunjang

kegiatan komunikasi adalah dengan penggunaan media. Media yang berkembang

saat ini dalam bentuk audio, visual, dan audio-visual.

Media pembelajaran dapat membantu para guru dalam menyampaikan

materi pembelajaran. Media sebagai alat bantu pengajaran berguna dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pembelajaran.37

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat terwujud jika media pembelajaran

tersebut dipilih, dirancang, dan dijalankan dengan baik.

1. Pengertian Media Pembelajaran

Secara etimologis, “media” berasal dari bahasa Latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berarti “tengah, perantara, atau pengantar”. Dalam

Bahasa Arab, media disebut “wasail” bentuk jamak dari “wasilah” yakni sinonim

al- wasth” yang artinya juga “tengah”.

Menurut Asyhar Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara

37

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswad Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 122


(41)

pendidik dengan peserta didik. Di sini media pembelajaran berperan untuk

menyampaikan pesan-pesan pembelajaran.38

Setelah memahami pengertian media dan pembelajaran secara terpisah,

dapat disimpulkan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang didesain secara

terencana oleh pendidik agar pesan yang disampaikan oleh pendidik sampai

kepada peserta didik.

2. Penggunaan Media Pengajaran dalam Proses Belajar-Mengajar

Proses belajar-mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

melaksanakan kurikulum suatu pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada

dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai

individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi

dengan lingkungn belajar yang diatur guru melalui proses pengajaran.

Lingkungan belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pengajaran,

bahan pengajaran, metodologi pengajaran, dan penilaian pengajaran. Unsur-unsur

tersebut biasa dikenal dengan komponen-komponen pengajaran.39 Tujuan

pengajar adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa setelah

ia menempuh berbagai pengalaman belajar.

38

Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran (Jakarta: Gaung Press Persada, 2011), h. 7

39

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran: Penggunaan dan Pembuatannya (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005) h. 1


(42)

Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas

fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari

kurikulum dan dapat menunjang ketercapaiannya tujuan pengajaran. Metodologi

pengajaran adalah metode dan teknik yang digunakan guru dalam melakukan

interaksinya dengan siswa agar bahan pengajaran sampai kepada siswa, sehingga

siswa mengusai tujuan pengajaran.

Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni

metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar.

Sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau menetukan taraf

tercapai-tidaknya tujuan pengajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedudukan media

pembelajaran sangatlah penting. Dengan penggunaan media dalam proses belajar

mengajar, maka materi (pesan) yang disampaikan oleh guru dapat dipahami oleh

anak murid.

3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki fungsi yaitu:

1. Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Sumber

belajar ialah segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta

didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.

2. Fungsi semantik dari media pembelajaran yaitu menambah perbendaharaan

kata (simbol verbal) yang makna dan maksudnya dapat dipahami oleh anak


(43)

3. Fungsi manipulatif, media pembelajaran dapat mengatasi batas-batas ruang dan

waktu dan kemampuan mengatasi keterbatasan inderawi.

Pertama, kemampuan media dalam mengatasi batas-batas ruang, yaitu:

a. Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit

dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti peristiwa bencana alam.

b. Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu

panjang menjadi singkat seperti proses metamorphosis.

c. Kemampuan media menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah

terjadi, seperti peristiwa Nabi Nuh.

Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi manusia, yaitu:

a. Membantu siswa dalam memahami objek yang sulit diamati karena terlalu

kecil, seperti molekul dan sel.

b. Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu lambat atau

terlalu cepat, seperti proses metamorfosis.

c. Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan

suara, seperti cara membaca Alqur’an sesuai dengan kaidah tajwid.

d. Membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks, misalnya


(44)

4. Fungsi psikologis

a. Fungsi Atensi

Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap materi

pelajaran. Media yang tepat digunakan guru agar bisa meningkatkan perhatian

siswa adalah media yang mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa.

b. Fungsi Afektif

Fungsi afektif yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan

atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Media pembelajaran yang tepat guna dapat

meningkatkan penerimaan siswa terhadap stimulus tertentu. Penerimaan tersebut

berupa kemauan siswa dapat dilihat dari kesediaan siswa menerima pelajaran.

c. Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif dari suatu media pembelajaran dimaksudkan bahwa media

tersebut memberikan pengetahuan dan pemahaman baru kepada peserta didik

tentang sesuatu. Hampir semua jenis media pembelajaran memiliki fungsi

kognitif.

d. Fungsi Imajinatif

Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi

siswa. Imajinasi ini mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai

rencana bagi masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi

(khayalan) yang didominasi kuat sekali oleh pikiran-pikiran autistik.

e. Fungsi Motivasi

Motivasi merupakan seni mendorong siswa untuk melakukan kegiatan


(45)

dengan cara membangkitkan minat belajar dengan cara memberikan dan

menimbulkan harapan. Salah satu pemberian harapan itu yakni dengan cara

memudahkan siswa dalam menerima dan memahami isi pelajaran yakni melalui

pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna.

5. Fungsi Sosio-Kultural

Media pembelajaran dapat mengatasi hambatan sosio-kultural antar

peserta didik. Anak didik yang banyak pasti mempunyai latar sosial budaya yang

beraneka ragam. Dengan penggunaan media pembelajaran, maka siswa akan

memperoleh rangsangan yang sama, pengalaman yang sama, dan menimbulkan

persepsi yang sama pula.40

4. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran dikelompokkan menjadi empat jenis. Keempat jenis

tersebut adalah media visual, media audio, media audio visual, dan multimedia.

a. Media visual yaitu jenis media yang mengandalkan indera penglihatan.

Dengan media ini, pengalaman belajar yang dialami pesrta didik sangat

bergantung pada penglihatan. Beberapa jenis media visual antara lain: buku,

modul, jurnal, gambar, dan poster.

b. Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses belajar

mengajar dengan melibatkan indera pendengaran. Pesan dan informasi yang

40

Yudi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 37


(46)

diterima peserta didik berupa pesan verbal seperti bahasa lisan, kata-kata, dan

lain-lain.

c. Media audio-visual, adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran yang melimatkan indera penglihatan dan indera pendengaran.

Pesan daan informasi yang disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan

verbal dan nonverbal. Beberapa contoh media audio visual adalah film, video,

program tv dan lain-lain.

d. Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan

secara terintegrasi dalam suatu proses pembelajaran. Contoh media

multimedia adalah komputer.

5. Foto sebagai Media Pembelajaran

Dalam kehidupan sehari-hari, foto tidak asing lagi bagi kita. Setiap hari

kita menggunakan foto untuk mengabadikan setiap momen dalam kehidupan kita.

Foto sebagai media pembelajaran tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Foto

merupakkan media visual yang dapat memvisualisasikan objek dengan lebih

konkret, lebih realistis, dan lebih akurat. Selain itu, foto juga dapat membatasi

ruang dan waktu misanya sesuatu yang terjadi di tempat lain dapat terlihat oleh

mata yang jauh dari tempat kejadian.

Gambar fotografi merupakan salah-satu media pengajaran yang amat

dikenal di dalam setiap kegiatan pengajaran. Hal itu disebabkan

kesederhanaannya, tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu


(47)

Gambar fotografi dapat mendorong dan membangkitkan minat siswa

dalam belajar. Gambar fotografi membantu siswa dapat mengingat-ingat materi

pelajaran, mengembangkan kemampuan berbahasa, bercerita, menggambarkan

atau melukiskan, berekspresi dalam kegiatan seni.41

Gambar fotografi termasuk kepada gambar tetap atau still picture yang terdiri dari dua kelompok, yaitu: Pertama flat opaque picture atau gambar datar tidak tembus pandang, misalnya gambar fotografi, gambar dan lukisan tercetak. Kedua adalah transparent picture atau gambar tembus pandang, misalnya film slides, film strips dan transparencies.

a. Kriteria dalam Memilih Gambar Fotografi

Ada beberapa kriteria dalam memilih gambar-gambar yang memenuhi

persyaratan bagi tujuan pengajaran. Dalam memilih gambar fotografi ada lima

kriteria untuk tujuan pengajaran, yaitu:

1) Gambar fotografi itu harus cukup memadai artinya pantas untuk tujuan

pengajaran yaitu harus menampilkan gagasan, bagian informasi atau satu

konsep jelas yang mendukung tujuan serta kebutuhan pengajaran.

2) Gambar-gambar itu harus memenihi persyaratan artistik yang bermutu.

pertama komposisi yang baik, Artinya gambar itu mempunyai pusat perhatian

yang jelas sehingga memberikan keseimbangan kepada gambar secara

keseluruhan, kedudukan dan arah garis-garis, pemakaina cahaya, bayangan

41

UPI. ”Foto Sebagai Media Pembelajaran,” Artikel ini diakses pada 9 Juni 2011 dari


(48)

serta pewarnaan, misi, pesan yang ingin dikomunikasikan bukan bersifat

fisik. Kedua pewarnaan yang efektif . ketiga teknik pemotretan.

3) Gambar fotografi untuk tujuan pengajaran harus cukup besar dan jelas.

Gambar yang tajam dan kontras mempunyai kelebihan karena ketepatan dan

rinciannya menggambarkan kenyataan secara lebih baik. Yang tidak kurang

pentingnya adalah besarnya gambar. Sehingga tampak jelas keseluruh siswa.

4) Validitas gambar, yaitu apakah gambar itu benar atau tidak? Gambar-gambar

fotografi yang melukiskan suasana dramatis atau mencekam, adegan yang

ideal, lebih pantas dipanjang dari pada untuk tujuan pengajaran

5) Memikat perhatian siswa. Memikat perhatian pda anak-anak cendrung

kepada hal-hal yang diminatinya, yaitu terhadap benda-benda yang akrab

dengan kehidupan mereka, misalnya binatang-binatang, anak-anak, kereta

api, perahu, kapal terbang, dan sebagainya.

b. Keuntungan dan Kelemahan Media Foto

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari gambar fotografi dalam

hubungannya dengan kegiatan pengajaran, antara lain:

1) Mudah dimanfaatkan di dalam kegiatan belajar-mengajar, karena praktis

tanpa memerlukan perlengkapan apa-apa.

2) Harganya relatif lebih murah daripada jenis-jenis media pengajaran lainnya,

dan cara memperolehnya pun mudah sekali tanpa perlu mengeluarkan biaya.

Dengan memanfaatkan kalender bekas, majalah, surat-kabar dan bahan-bahan


(49)

3) Gambar fotografi bisa dipergunakan dalam banyak hal, untuk berbagai

jenjang pengajaran dan berbagai disiplin ilmu. Mulai dari TK sampai dengan

Perguruan Tinggi, dari ilmu-ilmu sosial sam-pai ilmu-ilmu eksakta.

4) Gambar fotografi dapat menerjemahka n konsep atau gagasan yang abstrak

menjadi lebih realistik. Menurut Edgar Dale, gambar fotografi dapat

mengubah tahap-tahap pengajaran, dari lambang kata (verbal symbols)

beralih kepada tahapan yang lebih kongkret yaitu lambang visual (visual symbols).

Sekalipun demikian setiap media pengajaran selalu mempunyai

kelemahan-kelemahan tertentu, begitu juga halnya dengan gambar fotografi. Kelemahannya

antara lain:

1) Beberapa gambarnya sudah cukup memadai akan tetapi tidak cu-kup besar

ukurannya bila dipergunakan untuk tujuan pengajaran kelompok besar, kecuali

bilamana diproyeksikan melalui proyektor opek.

2) Gambar fotografi adalah berdimensi dua, sehingga sukar untuk melukiskan

bentuk sebenarnya yang berdimensi tiga. Kecuali bilamana dilengkapi dengan

beberapa seni gambar untuk objek yang sama atau adegan yang diambil

dilakukan dari berbagai sudut pemotretan yang berlainan.

3) Gambar fotografi bagaimana pun indahnya tetap tidak memper-lihatkan gerak

seperti halnya gambar hidup. Namun demikian, beberapa gambar fotografi

yang disusun secara berurutan dapat memberikan kesan gerak dapat saja

dicobakan, dengan maksud guna meningkatkan daya efektivitas proses


(50)

E. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian mengenai keterampilan menulis terutama menulis

narasi dengan menggunakan metode-metode dan media telah banyak dilakukan, di

antaranya yaitu:

Penelitian yang dilakukan Meliana Afriani (UPI), “Pemanfaatan Media Lagu Dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran Keterampilan Menulis Narasi

(Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas I SMPN 22 Bandung Tahun Ajaran

2005/2006)”. Berdasarkan analisis penelitian, diketahui bahwa kemampuan siswa menulis karangan narasi dengan menggunakan media lagu meningkat mulai dari

siklus I sampai siklus III dan nilai rata-rata siswa pun meningkat. Pada siklus I,

siswa yang memperoleh kategori nilai B sebanyak 12 siswa, nilai C sebanyak 15

siswa, dan siswa yang termasuk nilai D sebanyak 9 siswa. Adapun siklus II

jumlah siswa yang termasuk nilai A sebanyak 4 siswa, nilai B sebanyak 10 siswa,

nilai C sebanyak 20 siswa, dan nilai D hanya 3 siswa. Pada siklus III kemampuan

siswa meningkat, jumlah siswa dengan kategori nilai A sebanyak 9 siswa, nilai B

sebanyak 9 siswa, dan nilai C sebanyak 19 siswa. Adapun nilai rata-rata

kemampuan menulis narasi pada siklus I mencapai 67,44, siklus II meningkat

menjadi 70,81, dan meningkat menjadi 74,16 pada siklus III. Hanya sebagian

kecil siswa yang kemampuannya tetap pada siklus tertentu.42

42

Meliana Afriani, “Pemanfaatan Media Lagu Dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran Keterampilan Menulis Narasi (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas I SMPN 22 Bandung Tahun


(51)

Penelitian yang dilakukan Iman Firmansyah (UPI) dengan judul

“Penggunaan Media Gambar Berwarna Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi (Penelitian Tindakan Kelas terhadap

Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Bandung Tahun Ajaran 2006/ 2007)”. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kemampuan menulis karangan

deskripsi dengan menggunakan media gambar berwarna dalam setiap siklusnya

mengalami peningkatan. Kategori sangat baik (SB) tidak terdapat pada siklus

pertama dan siklus kedua, tetapi pada siklus ketiga menjadi 5, 71 %. Kategori baik

(B) pada siklus pertama tidak ada, sedangkan siklus kedua 47,22 % dan berubah

menjadi 62,86 % pada siklus ketiga. Kategori sedang (S) pada siklus pertama

54,05 %, siklus kedua 30,56 %, dan akhirnya menjadi 31,43 % pada siklus ketiga.

Kategori kurang (K) pada siklus pertama berjumlah 37,84 %, sedangkan siklus

kedua 22,22 %, dan pada siklus ketiga tidak ada. Kategori sangat kurang (SK)

pada siklus pertama sebesar 8,11 %, tetapi pada siklus kedua serta ketiga tidak

terdapat siswa yang termasuk dalam kategori ini.43

Iis handayani (UPI) dengan judul skripsi “Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Sugestif Dengan Strategi Field-Trip (Karyawisata) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran

2006/2007”. Berdasarkan hasil pengolahan data, perolehan skor nilai siswa dalam Ajaran 2005/2006),” (Skripsi S 1 Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia, 2006)

43

Iman Firmansyah, “Penggunaan Media Gambar Berwarna Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Bandung Tahun Ajaran 2006/ 2007),” (Skripsi S1 Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia, 2007)


(52)

menulis karangan narasi sugestif mengalami peningkatan yang signifikan. Pada

siklus pertama nilai rata-rata siswa hanya mencapai 61,2, pada siklus kedua

mengalami peningkatan menjadi 69,7 dan pada siklus ketiga kembali mengalami

peningkatan menjadi 73,1. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian di atas, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran menulis karangan narasi sugestif dengan

strategi Field-trip (karyawisata) berdasarkan pengalaman pribadi siswa efektif

meningkatkan minat menulis siswa.44

Penelitian yang di lakukan oleh Linda Lestari (UPI) “Penggunaan Model

Meaningful Instructional Design untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Sugestif Siswa Kelas X MAN I Bandung Tahun Ajaran 2009/

2010”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

model MID dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan

narasi. hal ini dibuktikan dari nilai karangan siswa pada tiap siklus yang selalu

mengalami peningkatan. Nilai terendah pada siklus I adalah 44, kemudian pada

siklus II meningkat menjadi 88. Nilai rata-rata siklus I adalah 66,5, sedangkan

pada siklus II meningkat menjadi 72,1. Berdasarkan hasil di atas, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran menulis karangan narasi dengan MID dapat

meningkatkan minat siswa dalam menulis.45

44Iis Handayani, “Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Sugestif Dengan Strategi

Field-Trip (Karyawisata) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Siswa Kelas VII Smp Negeri 1 Lembang

Tahun Ajaran 2006/2007,” (Skripsi S1) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia, 2007)

45Linda Lestari, “Penggunaan Model

Meaningful Instructional Design untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Sugestif Siswa Kelas X MAN I Bandung Tahun Ajaran 2009/ 2010,” Skripsi S1 Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia, 2010)


(53)

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas, dapat

disimpulkan bahwa penggunaan media dan metode pembelajaran dapat

peningkatan hasil belajar.

F. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Proses belajar-mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

melaksanakan kurikulum suatu pendidikan, agar dapat mengantarkan para siswa

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada

dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai

individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi

dengan lingkungn belajar yang diatur guru melalui proses pengajaran.

Tugas guru adalah memperhatikan para siswanya agar dapat mencapai

tujuan pembelajaran. Media pembelajaran dapat membantu para guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran. Media sebagai alat bantu pengajaran

berguna dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan

pembelajaran. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat terwujud jika media

pembelajaran tersebut dipilih, dirancang, dan dijalankan dengan baik. Salah satu

media yang dapat digunakan untuk memunculkan ide sehingga siswa dapat

berimajinasi dalam menulis narasi sugestif adalah penggunaan foto. Penggunaan

foto juga mampu meningkatkan respon siswa terhadap materi menulis narasi


(54)

G. Hipotesis Tindakan

”Media foto dapat meningkatkan kemampuan siswa Madrasah Aliyah


(55)

39

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah At-Taqwa 03 Tarumajaya Bekasi

pada siswa kelas X dimulai pada Juli 2011 – Oktober 2011 tahun pelajaran 2011/2012.

B. Metode dan Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penelitian tindakan

kelas, yang lazim disebut PTK. PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru,

bekerja sama dengan penelitian (atau dilakukan oleh guru sendiri yang juga bertindak

sebagai peneliti) di kelas tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan

atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.1

Penelitian ini sifatnya berbasis kelas, karena dilakukan dengan melibatkan

komponen yang terdapat di dalam proses belajar mengajar di dalam kelas, materi

pelajaran, dan media pembelajaran.Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian

kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif.2

PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran

serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran

1

Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 57

2

Wijaya Kusamah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Indeks, 2009) h.9


(56)

disekolah.3 Maksudnya adalah dengan PTK ini diharapkan dapat meningkatkan

kualitas berbagai aspek pembelajaran sehingga kompetensi yang menjadi target

pembelajaran dapat tercapai secara maksimal (efektif dan efisien).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki pembelajaran menulis

dan meningkatkan kemampuan menulis narasi sugestif. Diharapkan dari hasil

penelitian ini hasil belajar siswa dapat lebih maksimal.

Proses penelitian tindakan kelas ini direncanakan berlangsung dalam tiga

siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu a) perencanaan b) tindakan c)

pengamatan d) refleksi. Namun dalam hal ini, peneliti melakukan kajian awal berupa

refleksi awal sebagai studi pendahuluan sebelum melakukan perencanaan penelitian.

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui semua gejala atau informasi tentang

situasi-situasi yang relevan dengan topik penelitian.

Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti melakukan penyampaian materi dan

tes kemudian melakukan observasi terhadap kegiatan yang dilakukan. Tahap

berikutnya, berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan jurnal, peneliti merefleksi

kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

Permasalahan-permasalahan yang muncul dalam siklus I merupakan

permasalahan yang harus dipecahkan pada siklus II. Selanjutnya, kegiatan dimulai

lagi seperti kegiatan pada siklus I, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan

3

Masnur Muslich, Melaksanakan PTK itu Mudah (Class.Room Action Reseach): Pedoman Praktis Bagi Guru Profesional (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.10


(57)

refleksi dengan perubahan-perubahan untuk mengatasi permasalahan yang muncul

pada siklus I. Hal yang sama juga dilakukan pada saat siklus III, yakni perencanaan,

pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun prosedur pelaksanaan penelitian

tindakan kelas dapat gambarkan sebagai berikut.4

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, Subjek yang dikenai tindakan adalah

siswa kelas X MA At-Taqwa 03 Tarumajaya Bekasi. Peneliti memilih kelas X

4

Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas h. 74

Permasalahan

Permasalahan baru hasil refleksi

Apabila Permasalahan belumterselesaikan

Perencanaan tindakan I

Pelaksanaan tindakan I

Refleksi Pengamatan/

pengumpulan data I

Perencanaan tindakan II

Pelaksanaaan tindakan I

Refleksi II Pengamatan / Pengumpulan data II

Dilanjutkan ke siklus berikutnya


(58)

karena dalam KTSP materi tentang menulis narasi sugestif berada di kelas X MA

At-Taqwa 03 Tarumajaya Bekasi dipilih peneliti berdasarkan beberapa pertimbangan di

antaranya karena lokasinya dekat dengan tempat tinggal peneliti dan peneliti juga

mengajar di sana.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peran dan posisi peneliti sebagai pengkaji permasalahan,

pendiagnosis masalah, perencana tindakan, dan pelaku penelitian yakni berperan

langsung sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran menulis narasi sugestif

dengan menggunakan media foto. Peneliti bekerja sama (kolaborasi) dengan guru

Bahasa Indonesia kelas yang berperan sebagai observer. Guru Bahasa Indonesia kelas

membantu peneliti dalam membuat RPP, membantu peneliti dalam melakukan

refleksi dan menentukan tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus

selanjutnya, dan mengamati seluruh sikap dan respon siswa dalam belajar menulis

narasi sugestif dengan menggunakan media foto.

E.Tahap-tahap Penelitian

1. Penelitian pendahuluan

a. Wawancara dengan guru untuk memperoleh informasi tentang

kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran menulis untuk memperoleh

gambaran pembelajaran menulis yang selama ini dilaksanakan guru.


(59)

c. Memberikan materi tentang menulis narasi sugestif tanpa menggunakan

media foto untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum tindakan dilakukan.

2. Proses Tindakan Siklus I

Proses penelitian tindakan kelas pada siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu

perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Proses penelitian

tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Setelah peneliti melakukan studi pendahuluan/refleksi awal sebagai sebuah

awal/pendahuluan bertujuan untuk mengungkap masalah yang berkaitan erat dengan

pembelajaran narasi sugestif. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan

tersebut, peneliti memberikan alternatif pemecahan masalah yaitu dengan

menggunakan media foto.

Kegiatan dilanjutkan dengan perencanaan pembelajaran. Dengan adanya

perencanaan, tindakan pembelajaran yang dilakukan akan lebih terarah dan

sistematis.

Setelah menemukan masalah serta alternatif pemecahannya, peneliti mulai

dengan tahap pertama yaitu tahap perencanaan. Pada tahap ini peneliti melakukan:

1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar


(60)

2) Merencanakan strategi dan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan

menggunakan media foto.

3) Menentukan indikator-indikator ketercapaian keberhasilan dalam pembelajaran.

4) Menyusun instrumen penilaian untuk proses pengumpulan data yang terdiri dari

tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal tes mengarang sedangkan untuk nontes

berupa angket, lembar observasi, jurnal siswa, dan catatan lapangan.

b. Tindakan

Tahap kedua dalam penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan

implementasi atau isi rancanangan pembelajaran menulis narasi sugestif dengan

menggunakan media foto. Langkah-langkah tindakan yang dilakukan dalam

pembelajaran ini yaitu:

1) Memotivasi siswa dengan menjelaskan manfaat belajar dengan media foto

2) Menginformasikan kompetensi dasar yang akan dicapai

3) Apersepsi: Tanya jawab tentang narasi

4) Membedakan naratif sugestif dan ekspositori

5) Membaca contoh paragraf naratif.

6) Mengidentifikasi struktur paragraf naratif

7) Menyusun kerangka paragraf naratif

8) Menjelaskan fungsi media foto.


(1)

KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA

F I T K

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082 Tgl. Terbit : 1 Maret 2010 No. Revisi: : 01

H a l 1 t 1

S U R A T P E R M O H O N A N

I Z I N P E N E L I T I A N

Nomor : Un.01/F. I/KM.O1 .31 b.SJ4lz\tl

Lamp. : Outline/Proposal

Hal : Permohonan Izin Penelitian

Jakarta, 12Juh2011

Kepada Yth.

Kepala MA Attaqwa 03 Tarumajaya Bekasi di

Tempat

Ass alamu' alaikum wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama

NIM Jurusan Semester Judul Skripsi

Tembusan: l. Dekan FITK

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan

Nur Famelia Pathiranisa 1 0 7 0 1 3 0 0 0 4 4 1 PBSI

VIII

Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Sugestif dengan Menggunakan Media Foto pada Siswa Kelas X MA Attaqwa 03 Tarumajaya Bekasi adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu' alaikum wr.wb.

Bahasa Sastra Indonesia

4

itriiah zA,MPd 199703 2 001 Dsk4g;

n.i

$:'


(2)

YAYASAN

ATTAQWA

21 CAB.BOJONG

II{A.ATTAQWAO3 TARW

STATUS DIAKUI

SK. No. B.W|/MA/O1 2l2OO3

Jl. Raya Tarumajaya Kp. Bali, Ds. Segaramakmur Kec. Tarumajaya Kab. Bekasi Kode Pos l72ll E (021) 88990354 Fax. (021) 88990354

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : H. Jamaludin Abdullah MMPd.

Jabatan Kepala Madrasah

Tempat Tugas: MA. Attaqwa 03 Tarumajaya

Dengan ini menerangkan bahwa:

STJRAT KETERANGAI\

No.423.7

/ 421.3

I 375

lMA. 03

Nur Famelia Pathiranisa

1,07013000442

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

D( Nama

NIM Jurusan

Semester

Nama Mahasiswa tersebut di atas telah mengadakan penelitian untuk persyaratan pembuatan skripsi dengan judul: *PEI{INGKATAN KETERAMPILAN MENULN NARASI SUGESTIF DENGAI\ PENGGT]NAAN MEDIA FOTO PADA SrSWA KELAS X MA. ATTAQWA 03 TARUMAJAyA BEKAST: PEI\ELITIAN TINDAKAI{ KELAS' pada tanggal 23 Juli 2011 sampai dengan I Oktober 2011.

Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagimana mestinva.

4t

'.9


(3)

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Nur Famelia Pathiranisa

NIM :107013000442

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul : PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SUGESTIF DENGAN MEDIA FOTO PADA SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH ATTAQWA 03 TARUMAJAYA BEKASI: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

No. Judul Buku/ Referensi Paraf

I

Afriani, Meliana. "Pemanfaatan Media Lagu Dalam Upaya Meningkatkan Pembel ajnan Keterampilan Menulis Narasi (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas I

SMPN 22 Bandung Tahun Ajaran 2005/2006)" Skripsi S 1 Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni,

Universitas Pendidikan Indonesia 2006

ev

2. Arikuiito, Sriharsimi dlck. Penelilftiati Tindakari Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara, 2009

v

3 , Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatw

P e ndekat an Pr aktik. J akafia: Rineka Cipta, 2006

pv

4.

S, Hornby. Oxford Advanced Leatner's Dienona4i:

International Student's Edition. Sixth Edition New York: Oxford Universitv Press. 2000

A

ry

5 . Asyhar, Rayandra. Kreatd Mengembangkan Media

P e mb e I aj ar an. J akarla: Gaung Press Persad a, 20 | |

w

6 .

BSNP. Standar Isi Untuk Satuan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

SMA/ MA. Jakarta: BSNP. 2006

W

7 . Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswad Zain. Strategi Belajar

Mengaj ar. Jakarta: Rineka Crpta, 20 | 0

aJV/

8 .

Firmansyah, Iman. "Penggunaan Media Gambar Berwarna Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Bandung Tahun Ajaran 2006/ 2007) Skripsi Sl Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Universitas Pendidikan Indonesia. 2007


(4)

9 ,

Handayani, Iis. "Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Sugestif Dengan Strategi Field-Trip (Karyawisata) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Siswa Kelas VII Smp Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2006/2007" Skripsi S I Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni,

Universitas Pendidikan Indonesia, 2007

Pry,

1 0 .

Hernowo, ed. Quantum Writing: Cara Cepat non Bermanfaat untuk Merangsang luluneulnya Potensi

Menuli s. Bandung: Mizan, 2003

ou7

n

Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narssi. Jakarta: Gramedia, 2000

ry

12. Kusumah, Wrjaya dan Dedi Dwitagama, Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks, 2009

ary

1 3 .

Lestari, Linda. "Penggunaan Model Meaningful Instructional Design untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Sugestif Siswa Kelas X MAN I Bandung Tahun Ajaran 20091 2010" Skripsi S I Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia,

2010

v

14. Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekntan.

Jakarta: Gaung Persada Press, 2008

bv7

1 5 .

Muslich, Masnur. Melalcsanakon PTK itu Mudah (Class Room Action Reseach): Pedoman Praktis Bagi

Guru Profesional. Jakarta: Bumi Aksara,2009

v

16.

Nunan, David. Language Teaching Methodologt: A Textbook for teachers. New York: Phoenix ELT.

1995.

l"/

1 7 . Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengknjian Fiksi.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007

v

1 8 . . Pharr, Donald dan Santi Buscemi. Writing Today:

Contcxts and Options for the Rcal World, New York:

McGraw Hill Company. 2004

&v

t9. Ploeger, Katherine. Simplified Paragraph Skill.


(5)

1995

20. Rasyid, Harun dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar.

Bandung: CV. Wacana Pnma. 2009

fryz

21. Semi, Atar. Menulis Efehif. Padang: Angkasa Raya, 1990

W

22. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikun Jakarta:

Rajawali Pers,2009

ou7

23.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. Media Pengajaran: Penggunaan dan Pembuatsmcyo. Bandung: Sinar

Baru Algesindo. 2005

aM7

24.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekntan Kuantitatif Kualitatif, R & D. Bandung: Alfabeta

2006

W

25. Tarigan, Henry Guntur. Menulis sebagai Suatu

Ket er ampil an B erb ahasa. Bandung : Angkasa, 1 98 3

a*7

26. Yunus, M. dkk. Menulis 1. Jakarta: Universitas Terbuka,

2008

W

27. Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardit. Penelitian

Tindakan Kel as. Jakarta: Universitas Terbuka.20 I 0

ry

28. Wiiaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan

Kelas. Bantlrmg: PT Remaja Rosdakarya,2006

W

29. Za\nal Aqib dk{r. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:

Yrama V/idya, 2008

nM7

30. UPI. "Foto Sebagai Media Pembelajaran" diakses pada 9

Juni 20 1 I dari htto://kurtek.upi.edu/media/

V

Jakafie 23 November 20ll

Dosen Pembimbing


(6)

RIWAYAT PENULIS

Nur Famelia Pathiranisa, gadis kelahiran Bekasi, 13 Mei 1989 hasil buah cinta pasangan H. Jamaludin dan Hj. Maisaroh ini merupakan anak pertama dari tiga besaudara. Penulis mengenyam pendidikan di MI Attaqwa 34 (1995-2001), MTs. Attaqwa 07 (2001-2004), MA At-Taqwa Pusat Puteri (2004-2007), dan gadis yang bercita-cita sebagai ahli (praktisi) pendidikan ini memperoleh gelar S.Pd Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2011.

Saat mengenyam pendidikan di bangku sekolah penulis aktif di organisasi siswa intra sekolah (OSIS) sewaktu MTS dan MA. Semasa kuliah penulis aktif di BEMF dan BEMJ PBSI, Forum Lingkar Pena (FLP) Ciputat, Pramuka UIN Jakarta, Forum Komunikasi Mahasiswa Attaqwa (FKMA).


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 2 Karanganyar.

0 5 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 2 Karanganyar.

0 2 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS V Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kalangbancar Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan T

0 4 12

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MEDIA FOTO IDOLA PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Media Foto Idola Pada Siswa Kelas VII.8 SMP Negeri 2 Masaran.

0 3 16

PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Media Foto Idola Pada Siswa Kelas VII.8 SMP Negeri 2 Masaran.

0 3 5

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MEDIA FOTO IDOLA PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Media Foto Idola Pada Siswa Kelas VII.8 SMP Negeri 2 Masaran.

0 4 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN MEDIA TEKS WACANA DIALOG PADA SISWA KELAS VIIA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN MEDIA TEKS WACANA DIALOG PADA SISWA KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA.

0 0 14

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Media Animasi Slideshow (Primary Gambar Bergerak) pada Siswa Kelas X Animasi SMK Muhamadiyah I Semarang.

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN FILM ANIMASI.

1 1 5

PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DI SEKOLAH DASAR

0 0 9