BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Sejarah Ringkas Sakit Umum Dokter Pirngadi Medan
1. Masa Pra Rumah Sakit
dengan istilah sekarang Poliklinik atau Balai Pengobatan, yang terletak di Paleisn Weg simpang jalan Sulthan Makmur Rasyid, sekarang jalan
pemuda dan yang tepat di depan kantor Harian Waspada. Mengingat pesatnya perkembangan penduduk dan perlunya pelayanan
kesehatan yang lebih luas, maka Pemerintah Beelanda mendirikan rumah sakit yang terletak di jalan Serdang sekarang jalan Prof. H.
Yamin, SH yang menurut informasi adalah atas usul Dokter Messingh.
2. Peletakan Batu Pertama Pembangunan Rumah Sakit
Pembangunan rumah sakit yang baru telah disetujui oleh pemerintah Hindia Belanda, maka peletakan batu pertama pembangunan rumah
sakit tersebut dilaksanakan pada tanggal 11 Aguastus 1928, seperti tertulis dalam prasasti yang terletal didinding pintu masuk pintu
gerbang rumah sakit. Tulisan yang tertera pada prasasti tersebut adalah sebagai berikut :
DEZE STEEN WERO GELEGODAAR
MARIA CONSTANTIA MACKAY
11 Augt 1928 AUDSJAAR
58
Universitas Sumatera Utara
Terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia kurang lebih berbunyi sebagai berikut :
“Peletakan batu pertama pada tanggal 11 Agustus 1928 oleh seorang anak wali kota, yang bernama Gelego Daar Maria Constantia,” pada
waktu itu dikabarkan baru berumur 5 tahun. Pembangunan rumah sakit diselesaikan selama lebih kurang 2 tahun dan dipergunakan sejak
tahun 1930. tanggal yang pasti mulai digunakan rumah sakit tersebut tidak diperoleh datanya.
3. Gementee Zieken Huis
Pada tahun 1930 rumah sakit yang sudah selesai dibangun segera digunakan dan pada waktu itu nama rumah sakit tersebut adalah
Gemente Zieken Huis atau Rumah Sakit Kota. Pada waktu itu pemimpinnya adalah seorang dokter berkebangsaan Belanda yang
bernama Dr. R. PIRNGADI GONGGOPUTRO. Seperti disebutkan diatas bahwa tanggal peresmian penggunaan rumah sakit tidak
diketahui secara pasti, tetapi sebagai awal kegiatan mungkin dapat dipergunakan tanggal pertama kali Dr. R. Pirngadi Gonggoputro
bertugas di Gementee Zieken Huis. Menurut Surat Menteri Kesehatan RI Nomor 20 Menkes VII
1978 Tanggal 4 Juli 1978 yang ditujukan kepada ketua DPRD Tk. I Sumatera Utara dan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Sumatera Utara,
antara lain disebutkan bahwa masa kerja Dr. R. Pirngadi Gonggoputro selama 30 tahun sebagai dokter pada pemerintah, 18 lamanya
Universitas Sumatera Utara
mengabdikan dirinya di Kota Medan yaitu sejak tanggal 28 Maret 1930 sampai dengan tanggal 31 Mei 1948.
Sebagai kesimpulan sementara mungkin dapat dipergunakan sebagai awal berfungsinya Gementee Zieken Huis adalah pada tahun 28 Maret
1930. 4.
Syuritsu Bisino Intjo Periode kepemimpinan Dr. W. Bays sampai tahun 1939. Pada tahun
1939 sampai dengan tahun 1942 pemimpin rumah sakit dipegang oleh Dokter A.A. Messing.
Pada waktu jepang masuk ke Indonesia tahun 1942 pimpinan rumah sakit dipegang oleh tentara Jepang. Setelah pimpinan rumah sakit
ditangkap Jepang, maka pimpinan rumah sakit dipegang oleh Dr. R. Pirngadi Gonggoputro.
Pada bulan Nopember 1945 setelah terbetik berita Proklamasi Kemerdekaan dan Dr. A.A. Messing keluar dari tahanan dan
bermaksud kembali menduduki jabatan pimpinan rumah sakit. Tetapi Dr. R. Pirngadi tidak mau menyerahkan kepemimpinannya di rumah
sakit tersebut yang mendapat dukungan dari para lascar dengan menjaga keliling Rumah Sakit, maka akhirnya pimpinan rumah sakit
tetap dipimpin oleh Dr. R. Pirngadi sampai tanggal 21 Juli 1947. Pada waktu jaman Jepang nama Rumah Sakit : Syuritso Bisino Intjo.
5. Rumah Sakit Kota Medan
Setelah Proklamasi Kemerdekaan dan pimpinan rumah sakit tetap dipegang oleh Dr. R. Pirngadi, maka di rumah sakit itu diadakan
Universitas Sumatera Utara
beberapa kegiatan yaitu Latihan Palang Merah serta Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
Rumah Sakit Kota Medan dijadikan Markas Palang Merah di Medan Timur. Pada tanggal 21 Juli 1947 terjadi Agresi Belanda I dan terjadi
penangkapan terhadap rakyat Indonesia yang berjiwa republik, termasuk Dr. R. Pirngadi dan beberapa pegawainya antara lain :
Leman Al Bakar, Linus Sihite, Bidan Marsaulina, Barhanuddin Noer dan Harum. Mereka dikumpulkan di Hong Glugur selama 21 hari
kemudian dibawa ke Belanda di Asrama Uni Kampung. Dr. R. Pirngadi dipindahkan ke Sabangdan para pegawai Rumah
Sakit Kota Medan yang ditahan dibebaskan pada bulan Desember 1947 dan kembali bekerja pada bulan Januari 1948. Sejak tahun 1947
pimpinan rumah sakit dipegang oleh DOKTER AHMAD SOFIAN yang memegang jabatan tersebut sampai dengan tahun 1955
6. Rumah Sakit Umum Medan
Pada tahun 1952 pada masa pimpinan Dokter Ahmad Sofian nama Rumah Sakit Kota Medan diganti dengan Rumah Sakit Umum Medan.
Dokter Ahmad Sofian adalah Presiden Rektor Universitas Sumatera Utara yang pertama. Pada tahun 1952 Rumah Sakit Medan mulai
dimanfaatkan untuk pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada tahun 1955 pimpinan rumah sakit diganti oleh
DOKTER H. A. DARWIS DATU BATU BESAR, yang memegang jabatan sampai dengan tahun 1958.
Universitas Sumatera Utara
7. Rumah Sakit Umum Pusat Medan
Pada tahun 1958 nama Rumah Sakit Umum Medan, diganti menjadi RUMAH SAKIT UMUM PUSAT MEDAN. Pimpinan rumah sakit
pada waktu itu adalah DOKTER M. ARIFIN, yang memegang jabatan sampai tahun 1965. Walaupun namanya menjadi Rumah Sakit Umum
Pusat Medan, namun pembiayaan rumah sakit masih tetap ditanggung pemerintah daerah.
Pengganti Dr. M. Arifin adalah Dokter PARUHUM DAULAY, yang memegang jabatan pimpinan rumah sakit sampai dedngan tahun 1969.
Pada tahun 1969 pimpinan rumah sakit diserahterimakan kepada DOKTER ZAINAL RASYID SIREGAR, SKM.
8. Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi Medan Provincial Top Referal
Hospital Pada tahun 1972 pada masa kepemimpinan Dokter Zainal Rasyid
Siregar SKM, nama Rumah Sakit Umum Pusat Medan RSUP diganti menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi Medan Provincial Top
Reveral Hospital, yang dijadikan pusat rujukan pelayanan kesehatan dari rumah sakit yang lebih kecil di Propinsi Sumatera Utara.
a. Kejadian yang penting dicatat sebagai sejarah adalah masuknya
Rumah Sakit Paru-Paru Medan, menjadi satu bagian dari RSUPP, pada tanggal 26 Januari 1972.
b. Pada tanggal 8 Maret 1975 diadakn penandatanganan Naskah
Kerjasama Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi Sumatera Utara Medan dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
9. Rumah Sakit Dokter Pirngadi Medan
Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 150 Tahun 1979 tanggal 25 Juni 1979, Rumah
Sakit Umum Pusat Propinsi Sumatera Utara Medan yang belum mempunyai nama, diberi nama RUMAH SAKIT DOKTER
PIRNGADI MEDAN. Pimpinan Rumah Sakit adalah Dokter Zainal Rasyid Siregar, SKM.
Proses pemberian nama: Rumah Sakit Dokter Pirngadi Medan. a.
Surat Menteri Kesehatan RI No. 220MenkesVII1978 tanggal 14 Juli 1978 yang ditujukan kepada Ketua DPRD Tk. I SU dan
Gubernur Kepala Daerah Tk. I Sumatera Utara, tentang usul pemberian nama Rumah Sakit Umum Medan menjadi Rumah Sakit
Dokter Pirngadi Medan. Beberapa alasan yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan antara
lain: •
Bahwa salah satu bentuk penghargaan Pemerintah kepada mereka yang dianggap cukup berjasa kepada masyarakat,
bangsa dan Negara ialah dengan mengabdikan namanya, baik dalam bentuk monumen atau bentuk pernyataan
lainnya. •
Berdasarkan catatan yang ada pada Departemen Kesehatan, almarhum Dr. Pirngadi Gonggoputro walaupun bukan asli
putera daerah semasa hidupnya dapat dianggap sebagai seorang yang mengabdikan dirinya kepada Daerah
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara dibidang kesehatan khususnya di Kota Medan.
• Selama tiga puluh tahun masa kerja almarhum sebagai
dokter pada pemerintah khusus selama delapan belas tahun mengabdikan dirinya pada kota Medan, yaitu sejak tanggal
28 Maret 1930 sampai dengan 31 Mei 1948. b.
Menteri Dalam Negeri dalam hal ini Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, dengan suratnya
Nomor : Bangda61135 tanggal 11 September 1978, menyetujui usul Menteri Kesehatan untuk memberi penghargaan kepada
almarhum Pirngadi Gonggoputro dalam ujud pengabdian namanya pada Rumah Sakit Umum Pusat Medan, sehingga nama Rumah
Sakit tersebut menjadi “Rumah Sakit dokter Pirngadi Medan”. Hal ini untuk mengingat pula pengabdiannya di Kota Medan sejak 28
Maret 1930 sampai dengan 31 Mei 1948. Surat Menteri Dalam Negeri ini ditujukan kepada Gubernur Kepala Daerah Tk. I
Sumatera Utara, dengan tembusan dikirim kepada Ketua DPRD Tk. I Sumatera Utara.
c. Proses berikutnya adalah di DPRD Tk. I Sumatera Utara melalui
sidang-sidangnya dan penelitian-penelitian terhadap usul yang masuk. Salah satu usaha yang dilakukan oleh DPRD adalah
mengadakan hearing tentang rencana perubahan pemberian nama Rumah Sakit Umum Propinsi Medan menjadi R.S. Dr. Pirngadi
Medan. 64
Universitas Sumatera Utara
Berbagai pihak diundang pada waktu hearing tersebut: •
Pimpinan dan Anggota Komisi E DPRD Tk. I Prop. SU •
Kadis Jarahdam II Bukit Barisan •
Pimpinan Angkatan 45 di Medan •
Pimpinan Perintis Kemerdekaan RI Sumatera Utara •
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Sumatera Utara •
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara •
Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi Medan •
Ka. Humas Gub KDH Tk. I Sumatera Utara Hearing tersebut dipimpin oleh Ketua Komisi E dan bersidang di
kamar 20, Gedung DPRD Tk. I Sumatera Utara pada tanggal 4 Oktober 1978.
Setelah melalui berbagai usaha penelitian dan hearing serta mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan usulan
pemberian nama Rumah sakit Dokter Pirngadi Medan maka DPRD Tk. I Sumatera Utara menyetujui usul pemberian nama RSUPP
menjadi RS Dr. Pirngadi Medan. Dewan Perwakilan Rakyat Tingkat I Sumatera Utara, dalam
suratnya nomor 93516KE3 tanggal 26 April 1979 mengusulkan agar nama RSUPP Medan dijadikan RS Dr. Pirngadi Gonggoputro.
Dalam surat tersebut antara lain disebutkan bahwa salah satu bentuk penghargaan Pemerintah kepada mereka yang dianggap
cukup berjasa kepada masyarakat, bangsa daan Negara ialah 65
Universitas Sumatera Utara
dengan mengabdikan namanya baik dalam bentuk monumen maupun bentuk pernyataan lainnya.
Di samping itu berdasarkan penelitian dan dengar pendapat yang telah dilakukan oleh DPRD, Dokter Pirngadi Gonggoputro telah
berbakti selama 30 tahun pada pemerintah dan 18 tahun lamanya alm. mengabdikan dirinya di kota Medan, yaitu sejak tahun 1930
sampai dengan 1948. Surat DPRD Tk. I SU No. 93516KE3 tanggal 26 April 1979 ini
ditujukan kepada Gubernur Kepala Daerah Tk. I Sumatera Utara yang ditandatangani oleh Ketua DPRD Tk. I SU yaitu Bapak H. M.
Sukardi. d.
Setelah ada persetujuan dari DPRD Tk. I SU, maka Gubernur Kepala Daerah Tk. I Sumatera Utara yaitu Bapak E.W.P.
Tambunan menerbitkan Surat Keputusan Nomor 150 Tahun 1979 tanggal 25 Juni 1979 Tentang Pemberian Nama Rumah Sakit
Umum Pusat Propinsi Medan menjadi Rumah Sakit Dokter Pirngadi Medan.
Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I US diterbitkan setelah membaca :
1. Surat Dewan Perwakilan Rakyat Propinsi Sumatera Utara tanggal 26 April 1978 Nomor 935 16 KE3 tentang usul pemberian
nama Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi Sumatera Utara Medan menjadi Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan.
Universitas Sumatera Utara
2. Surat Menteri Dalam Negeri tanggal 11 September 1978 Nomor 6 11 35 tentang persetujuan pemberian nama Rumah Sakit
Umum Pusat Propinsi Medan menjadi Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan.
3. Surat Menteri Kesehatan tanggal 4 Juli 1978 Nomor 220
Menkes VII 1978 tentang usul pemberian nama Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi Medan diberikan nama menjadi Rumah
Sakit Dr. Pirngadi Medan. Di samping itu juga diperhatikan surat-surat dari
masyarakat secara perorangan maupun organisasi yang umumnya megusulkan Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi Medan diberi nama
menjadi Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan. Pertimbangan yang diambil dalam menerbitkan Surat Keputusan
adalah Bahwa Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi Medan diberi nama dengan mengabdikan nama Dokter Pirngadi, seorang pejuang
angkatan 45 yang berjasa di bidang kesehatan di Sumatera Utara pada umumnya dan di kota medan khususnya.
Dan mengingat pula Undang-Undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok pemerintah Di daerah serta Undang-Undang
No. 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Di dalam Surat keputusan Gubernur dinyatakan bahwa sejak
tanggal 25 Juni 1979 mulai berlaku nama Rumah Sakit Dokter Pirngadi Medan. Isi Lengkap Keputusan terasebut adalah sebagai
berikut : 67
Universitas Sumatera Utara
Pertama :
Terhitung sejak tanggal surat keputusan ini Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi di Medan diberi nama
“Rumah Sakit Dokter Pirngadi Medan.” Kedua
: Bilamana dikemudian hari ternyata terdapat
kesalahan pada Surat Keputusan ini akan diadakan perbaikan seperlunya.
Ditetapkan di Medan pada tanggal 25 Juni 1979. Urutan Pimpinan Rumah Sakit Dokter Pirngadi Medan sejak tahun 1930 s.d 2009
1. dr. W. Bays
1930 - 1939 2.
dr. A. A. Messing 1939 - 1942
3. dr. Raden Pirngadi Gonggoputro
1942 - 1947 4.
dr. Ahmad Sofyan 1947 - 1955
5. dr. H. A. Darwis Datu Batu Besar
1955 - 1958 6.
dr. Mohammad Arifin 1958 - 1965
7. dr. Paruhum Daulay
1965 - 1969 8.
dr. Zainal Rasyid Siregar, SKM 1969 - 1983
9. dr. J. E. Sudibyo, Sp. B
1983 - 1986 10.
dr. Rahardjo Slamet, Sp. KJ 1986 - 1990
11. Prof. dr. Rizal Basjrah Lubis, Sp. THT 1990 - 1998
12. dr. Alogo Siregar, Sp. A
1998 - 2002 13.
dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA 2002 - 2009
Universitas Sumatera Utara
III.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Penelitian korelasional berkaitan dengan pengumpulan data untuk
menentukan ada-tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada-tidaknya hubungan dan apabila ada,
berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu.
1
Populasi merupakan keseluruhan universum dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa,
III.3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini diadakan di RSUD Dr. Pirngadi Jl. H. M. Yamin No. 47 Medan 20236.
III.4. Populasi dan Sampel III.4.1 Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa Inggris population, yang berarti jumlah penduduk. Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi, orang kebanyakan
menghubungakannya dengan masalah-masalah kependudukan. Hal tersebut ada benarnya juga, karena itulah makna kata populasi yang sesungguhnya. Kemudian
pada perkembangan selanjutnya, kata populasi menjadi amat popular, dan digunakan di berbagai disiplin ilmu.
1
Prof. Dr Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2006, hal 270.
Universitas Sumatera Utara
sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.
2
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel contoh yang
benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel harus representatif.
Berdasarkan data yang telah diberikan Kepala Badan Pelayanan Kesehatan RSUD Dr. Pirngadi Medan pada peneliti selama pra penelitian dilakukan, jumlah
perawat yang menjadi kepala ruangan yang terdaftar dan masih aktif bekerja sampai tahun 2009 sebanyak 53 orang.
III.4.2 Sampel
3
Teknik penarikan sampel ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan peneliti.
Berdasarkan data yang ada, jumlah perawat yang menjadi kepala ruangan yang terdaftar dan aktif adalah 53 orang. Demikian ditetapkan jumlah sampel
yang diteliti adalah 30 orang. Dengan alasan bahwa penarikan sampel bersifat purposive sampling dengan ciri adanya kesamaan terhadap objek penelitian yaitu
perawat yang menjadi kepala ruangan yang masih aktif di RSUD Dr Pirngadi Medan.
2
Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos, M.Si, METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hal. 99.
3
Prof. Dr Suharismi Arikunto, op.cit, hal. 131.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil
subjek, bukan didasarkan atas srata, random atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan tertentu.
4
Sampel bertujuan purposive dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya
tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga
tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.
5
a Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi. Syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu:
b Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang
paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi key subjectis
c Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan.
III.5. Teknik Pengumpulan Data
1. Penelitian Kepustakaan Library Research
Yaitu mencari dan mendapatkan informasi yang menunjang dan berhubungan dengan masalah yang diteliti melalui buku-buku referensi,
4
Rakhmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kencana, Jakarta, 2006, hal. 154.
5
Prof. Dr Suharismi Arikunto, op.cit, hal. 139-140.
Universitas Sumatera Utara
majalah, kamus, bahkan perkuliahan, hasil penelitian dan sumber bacaan lainnya yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti, seperti buku-
buku tentang komunikasi, komunikasi organisasi, buku tentang pelayanan, dan metode penelitian.
2. Penelitian Lapangan
Untuk menjaring data hasil penelitian, penulis menggunakan “PROJECTIVE QUETIONER” adalah suatu model alat ukur yang bersifat
tertutup, maksudnya responden tinggal memilih jawaban dari pertanyaan yang telah ditetapkan.
6
No Contoh :
PERTANYAAN JAWABAN
KODE 1
Jenis Kelamin 1. Pria
2. Wanita
III.6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan.
7
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam dua tahap analisa, yaitu:
6
Danandjaja, Metodologi Penelitian Sosial, Departemen Pendidikan Nasional Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Medan, 2006, hal. 58-59
7
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, LP3S, Jakarta, 1995, hal. 23.
Universitas Sumatera Utara
III.6.1 Analisis Deskriptif
Yaitu penelitian yang memberikan gambaran mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan
variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Data-data yang terkumpul baik lewat studi kepustakaan dan kuesioner
akan disusun dan kemudian disajikan dalam bentuk analisa statistik deskriptif atau tabel tunggal. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data
yang terdiri dari dua kolom, yaitu kolom sejumlah frekuensi dan kolom presentasi untuk setiap kategori.
8
Analisis korelasi adalah bagian dari pengujian asosiatif dikarenakan analisis korelasi bertujuan mencari kekuatan, signifikansi, dan arah hubungan
antara dua variabel.
III.6.2 Analisis Korelasional
9
Karena penelitian ini bertujuan untuk menguji ada-tidaknya hubungan antara dua variabel, maka untuk memudahkan penarikan analisis hasil
penelitian, digunakan aplikasi “SPSS For Window 10.0”.
8
Masri Singarimbun, I b I d, hal. 266.
9
Triton P B, SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametik, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2006, hal. 89.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN