Sebaran data tentang metode lisan menyampaikan keluhan pekerjaan kepada pimpinan adalah sebanyak 23 orang mengatakan mencukupi dan 7 orang
mengatakan metode lisan menyampaikan keluhan pekerjaan kurang mencukupi. Dari data tersebut, dapat diketahui hubungan antara metode lisan
menyampaikan keluhan pekerjaan dengan sikap dalam menanggapi keluhan. Dari 30 responden, sebanyak 22 orang mengatakan baik dalam menanggapi keluhan.
Karena rata-rata respondn mengatakan baik, maka inilah yang akan di bahas, seperti di bawah ini :
Mencukupi :
3 ,
53 100
30 16
= x
Kurang mencukupi :
20 100
30 6
= x
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat persentase responden yang mengatakan baik dalam menanggapi keluhan pasien. Sebanyak 53,3
mengatakan baik dalam menanggapi keluhan pasien karena metode lisan dalam menyampaikan keluhan pekerjaan kepada pimpinan sudah mencukupi. Jadi,
terdapat hubungan antara metode lisan menyampaikan keluhan pekerjaan dengan sikap dalam menanggapi keluhan.
IV.4 Analisis Korelasi
Analisis korelasi adalah bagian dari pengujian asosiatif dikarenakan analisis korelasi bertujuan mencari kekuatan, signifikansi, dan arah hubungan
antara dua variabel. 125
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.51 Hasil Analisis Korelasi menggunakan Piranti Lunak SPSS Versi 10.0
Koefisien korelasi adalah besaran yang dapat menunujukkan kekuatan hubungan antara dua variabel dan dapat diketahui besaran nilai r hasil analisis
korelasi. Selanjutnya, besar nilai r dapat diinterpretasi untuk memperkirakan kekuatan hubungan korelasi, seperti ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.52 Interpretasi Terhadap Nilai r Hasil Analisis Korelasi
Berdasarkan pada output korelasi dapat dijelaskan angka 0,494 atau yang ditampilkan dengan penulisan .494 adalah angka koefisien korelasi atau juga
dikatakan sebagai nilai r = 0,494. Angka tersebut menunjukkan korelasi yang cukup kuat karena terletak antara 0,401 – 0,600 lihat tabel 4.52. Dengan
demikian dapat diinterpretasikan bahwa hubungan antara komunikasi vertikal dalam kegiatan Sosialisasi dan peningkatan layanan RSUD Dr. Pirngadi Medan
cukup kuat. Interval Nilai r
Interpretasi 0,001 – 0,200
Korelasi sangat lemah 0,201 – 0,400
Korelasi lemah 0,401 – 0,600
Korelasi cukup kuat 0,601 – 0,800
Korelasi Kuat 0,801 – 1,000
Korelasi sangat kuat 126
Universitas Sumatera Utara
IV.3 Pembahasan
Dalam konteks organisasi, arus komunikasi mengalir secara formal mengikuti saluran formal sesuai disain struktur organisasi dimaksud. Salah satu
jaringan komunikasi formal dalam organisasi adalah arus komunikasi vertikal yang mencakup komunikasi ke atas upward communication dan komunikasi ke
bawah downward communication. Komunikasi vertikal melibatkan interaksi komunikasi antara pimpinan dan
karyawan dalam suatu organisasi. Agar pimpinan dan karyawan dapat bekerja dengan baik secara harmonis, dapat menempatkan diri secara tepat menurut
peranan dan tanggung jawabnya masing-masing, maka kesadaran dan tingkat pemahaman yang benar akan peran masing-masing dapat terus meningkatkan
kualitas diri melalui prestasi dalam bekerja yang dengan sendirinya mengakibatkan peningkatan pelayanan perusahaan kepada masyarakat luar juga
menjadi yang terbaik. Peranan komunikasi vertikal antara pimpinan dan para karyawannya dan
sebaliknya menjadi hal yang sangat penting. Satu tanggapan penting manajemen dan kepemimpinan terhadap tuntutan perubahan dalam dunia bisnis, adalah
semakin diterima secara luas dan populer. Fungsi-fungsi manajemen yang dapat dilakukan oleh para karyawan maupun pimpinan dalam organisasi seperti
perencanaan planning, pengorganisasian organizing, mengkomunikasikan communicating, pengawasan controlling, dan penilaian evaluating.
Praktek manajemen partisipasi yang sukses dan efektif akan tercermin terutama pada kondisi komunikasi organisasi yang efektif dan efisien.
Universitas Sumatera Utara
Kesempatan yang tersedia bagi setiap karyawan relatif luas untuk mendiskusikan berbagai persoalan pekerjaan dan perusahaan. Juga manajemen mengembangkan
sikap terbuka dengan memberikan informasi relevan, aktual, dan berharga mengenai posisi keuangan, operasi, kebijakan, dan rencana-rencana perusahaan.
Berdasarkan hasil penghitungan menggunakan rumus korelasi Pearson antara dua variabel yaitu komunikasi vertikal dalam kegiatan sosialisasi dan
peningkatan layanan RSUD Dr. Pirngadi Medan, dengan memakai piranti lunak SPSS 10.0, maka diperoleh r sebesar 0,494. Sesuai dengan kaidah Pearson, yaitu
r 0, maka hipotesis diterima. Hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah
Ha Hipotesis Alternatif yaitu Terdapat hubungan antara pengaruh komunikasi vertikal dengan peningkatan layanan RSUD Dr. Pirngadi
Medan.
Untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan di antara variabel yang diteliti, digunakan tabel interpretasi terhadap nilai r hasil analisis korelasi.
Hasil r = 0,494 berada pada skala 0,401 – 0,600. Hal ini menunjukkan hubungan korelasi cukup kuat antara pengaruh komunikasi vertikal dengan peningkatan
layanan RSUD Dr. Pirngadi Medan. Sedangkan untuk peramalan indeks korelasi yang menentukan besar
hubungan variable X Komunikasi Vertikal terhadap variable Y Peningkatan Layanan RSUD Dr. Pirngadi Medan, digunakan rumus :
Kp = r
2
x 100 Kp
= 0,494
2
x 100 Kp
= 0,2440 x 100 Kp
= 24,40 128
Universitas Sumatera Utara
Untuk melihat hasil perhitungan tersebut, maka terdapat 75,6 faktor- faktor lain yang tidak diukur pada penelitian ini.
Di dalam sebuah organisasi, komunikasi merupakan dasar yang menyatukan semua fungsi yang terwujud. Dengan adanya saluran komunikasi di
dalam organisasi tersebut, setiap individu atau kelompok bukan saja dapat berinteraksi, memahami dan bertukar-tukar pesan antar satu dan yang lain, tetapi
juga dapat mewujudkan kerja sama yang berkesinambungan di kalangan anggota kelompok. Sebagai sebuah organisasi, Rumah Sakit Umum Daerah juga
menerapkan komunikasi organisasi atau lebih spesifiknya komunikasi vertikal antara pimpinan keperawatan dengan seluruh kepala ruangan dalam kegiatan
sosialisasi setiap hari rabu pagi. Seperti yang diketahui bahwa sosialisasi adalah penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan
bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat. Dari
pengertian tersebutlah dapat dijelaskan bahwa kegiatan sosialisasi yang dilakukan RSUD Dr. Pirngadi Medan sangatlah penting. Karena melalui sosialisasi
tersebutlah seluruh perawat yang menjadi kepala ruangan dapat belajar bagaimana cara bersikap dan bertindak terhadap masyarakat dan sadar akan fungsi sosialnya
sebagai perawat. Peneliti sempat mencoba untuk mengikuti kegiatan sosialisasi tersebut,
namun ternyata tidak diperbolehkan karena kegiatan tersebut lebih bersifat inherent, sehingga orang luar satu pun tidak diperbolehkan selama kegiatan
berlangsung. Namun, pada waktu menyebarkan kuesioner peneliti sempat bertanya sedikit tentang seputar kegiatan sosialisasi kepada sejumlah kepala
Universitas Sumatera Utara
ruangan. Dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan setiap hari rabu pagi tersebut setiap peserta diberikan kesempatan yang sama untuk menyampaikan berbagai
informasi seputar tanggung jawab mereka sebagai kepala ruangan termasuk mengatur para perawat yang menjadi anggotanya. Selain itu mereka juga
membahas berbagai masalah pekerjaan, menyampaikan keluhan, memberikan saran dan pendapat, menyelesaikan konflik.
Suatu organisasi akan berhasil mencapai tujuan organisasinya apabila terdapat hubungan yang baik antara pimpinan dan anggota maupun antara sesama
anggota dan apabila terdapat saling pengertian dan menghargai antara satu dan yang lainnya.
Berdasarkan hal tersebutlah, komunikasi vertikal ini sangat perlu sebagai salah satu jembatan penghubung komunikasi yang efektif antara pimpinan dan
perawat yang menjadi kepala ruangan dalam meningkatkan pelayanan. 130
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP