Natsir juga banyak mendapatkan penghargaan diantaranya Bintang Penghargaan dari Tunisia dan dari Yayasan Raja Faisal Arab Saudi 1980. Dia
juga mendapatkan gelar Doktor Honorus Causa daru Universitas Islam Libanon dalam bidang sastra dan dalam bidang pemikiran Islam dari Universiti
Kebangsaan Malaysia.
18
Natsir adalah tokoh pejuang Islam angkatan 45 yang pernah memasuki pentas kehidupan kenegaraan merupakan orang yang terakhir hidup. Dia bukan
saja tokoh dan pemimpin bagi umat Islam, akan tetapi juga bagi bangsa Indonesia. Natsir wafat di Jakarta dalam usia 85 tahun pada tanggal 6 Februari 1993
bertepatan pada tanggal 14 Sya’ban 1413 H, beliau meninggal tanpa adanya sosok anaknya yang ingin meneruskan perjuangan sepertinya. Wafatnya beliau telah
berakhir pula perjuangan yang dilakukannya beliau adalah pemikir Islam yang kritis dan menunjukkan kecintaannya kepada Islam. Hal ini dibuktikannya sejak
muda hingga akhir hayatnya terlibat dalam kegiatan yang memiliki keberpihakan kepada Islam.
2.5. Metodologi Berpikirnya.
Natsir dikenal sebagai ulama intelektual, dia banyak melahirkan karya- karya monumental yang meliputi bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan
dakwah. Sebagaimana telah disebutkan dari awal bahwa Natsir hidup
dilingkungan Islam yang berparadigma kritis, hal ini berpengaruh besar pada pembentukan pola pikirnya. Keterlibatannya di JIB seta Persis menambah
keyakinannya bahwa Islam adalah Din Al-Rahmah.
18
Solichin Salam, Wajah Nasional, Jakarta, PSPI, 1990, hal., 132.
Universitas Sumatera Utara
Seorang yang mengaku aktivis khususnya yang berkecimpung dalam organisasi Islam tidak lengkap jika tidak mengenalnya dengan baik, demikian juga orang
yang ingin mengenal sejarah pertumbuhan Indonesia sebagai bangsa. Natsir tidak hanya dikenal sebagai tokoh Masyumi dan mantan Perdana Menteri, juga dikenal
sebagai pemimpin Islam yang paling tangguh dan piawai dengan pandangan- pandangannya berkualitas seorang ulama, negarawan dan sekaligus berbobot
intelektual.
19
Ciri khas berpikirnya yang kedua, penalarannya terhadap akal tanpa menempatkan akal diatas agama terbukti dengan penolakannya terhadap
pandangan negara sekuler. Natsir mengatakan salah satu tiang ajaran Nabi Muhammad SAW yang penting adalah penghargaan akal manusia, orang Islam
diwajibkan untuk memakai akal dalam memikirkan ayat-ayat Al-Qur’an agar mengerti maksud dan tujuannya. Islam sangat mencela orang yang tidak
Pernyataan diatas membuktikan Natsir seorang yang memiliki kematangan, dia tidak hanya politisi juga seorang negarawan, tidak hanya sekedar
intelektual tapi juga ulama, tidak mengherankan dia seorang yang amat dihormati dikalangan dunia Islam internasional. Metodologi berpikir Natsir menekankan
pada dua hal yaitu pertama, keterikatan sepenuhnya Al-Qur’an dan Al-Sunnah sebagai seutama-utama hujjah. Tulisan Natsir secara keseluruhan memang tidak
pernah meninggalkan keterikatan terhadap Al-Qur’an dan Al-Sunnah, corak berpikir seperti inilah yang menunjukkan Natsir sebagai tokoh yang hanya mau
diikat oleh Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Secara otomatis dia menjadi seorang yang merdeka dan terbebas dari bid’ah, khurafat, takhyul, serta taqlid.
19
Abdul Munir Mulkan, Ideologisasi Gerakan Dakwah Episod Kehidupan M.Natsir dan Azhar Basyir, Yogyakarta: Sipress, 1996, hal., 4.
Universitas Sumatera Utara
menggunakan akal yang telah diberikan Allah SWT, jelas akal sebagai nilai lebih manusia dibanding mahkluk lainnya.
20
DDII yang didirikannya cukup banyak memberikan kontribusi besar bagi perkembangan dan pertumbuhan dakwah di Indonesia. Ajakan dakwah yang
dilakukannya merata keseluruh lapisan mulai dari kalangan masyarakat awam sampai para birokrat. Dakwah yang dilakkannya tidak hanya memprioritaskan di
wilayah perkotaan tapi merambah sampai kedaerah tepencil, program pembinaan masyarakat terpencil melalui pengiriman da’i sampai kedesa terpencil. Para da’i
Natsir tidak hanya menceritakan tentang keistimewaan Islam dengan segala hal yang berkaitan dengannya, dia juga seorang aktivis yang menulis tidak
berpanjang lebar atau langsung penjelasan secara mendetail. Natsir juga bukan hanya sebagai sosok pemikir, akan tetapi dia juga mengaplikasikannya dalam
kehidupan kesehariannya, contohnya kegiatan dakwah bersama kawan-kawannya di DDII.
2.6. Peran Dakwahnya di Indonesia.