Islam sebagai Ideologi Negara menurut Mohammad Natsir.

3.2. Islam sebagai Ideologi Negara menurut Mohammad Natsir.

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia banyak pembenahan perangkat kenegaraan yang harus dipersiapkan untuk membangun suatu tatanan masyarakat yang kedepan sejahtera, adil dan makmur. Ideologi 4 Pembentukan majelis konstituante untuk menentukan dasar atau ideologi negara Republik Indonesia, maka didalam majelis tentu berbagai pemikiran bertarung untuk menghasilkan ideologi bangsa ini. Dari kesemua pemikiran memiliki kesamaan untuk memakai demokrasi sebagai salah satu acuannya. Demokrasi dianggap bisa membawa kemajuan bangsa dengan prinsip sebagai landasan dasar suatu negara untuk mengerakkan negara dan rakyatnya tentu menjadi penentu yang berpengaruh besar, jadi tidak mengheran dalam penentuan ideologi negara Indonesia juga mengalami pertarungan ide cukup dinamik dalam penentuannya. Pertarungan ini menjadi sebuah sejarah penting bagi rakyat Indonesia dimana ideologi tersebut menjadi acuan dalam menjalani hidup keseharian nantinya. Para pejuang bangsa Indonesia memiliki beberapa ideologi dalam melakukan perjuangan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, misalnya : Islam, Primordial, Sosialis, dan lain sebagainya. Setelah merdeka tidak mungkin kesemua itu dipakai secara bersamaan sebab dalam membangun negara harus memilih satu pilihan yang benar-benar menjadi pilihan dalam menjawab realitas masyarakat. Memang bukan hal yang mudah memilih satu diantara sekian pilihan untuk menjadi ideologi negara, apalagi ideologi tersebut telah mendarah daging disetiap penganutnya. 4 Ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan azas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup; prinsip-prinsip atau nilai yang mengarahkan secara sah tingkah laku masyarakat dan lembaga-lembaga politik. Ideologi mungkin digunakan untuk memelihara status quo kemapanan, atau sebagai pembenaran dari tindakan-tindakan yang ingin mengubah status quo B.N. Marbun, Kamus Politik, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002. Universitas Sumatera Utara kesederajatan, kebebasan, dan lain sebagainya. Ada tiga dasar yang dikemukakan komisi I yang akan dimajukan sebagai ideologi negara, yaitu Pancasila, Islam dan Sosial Ekonomi. Natsir seorang yang berpendirian terhadap konsep Islam sebagai ideologi negara Indonesia, Natsir dalam hal ini berjuang bersama kawan-kawan bersama partai Masyumi. Natsir mengemukakan bahwa Indonesia harus berdiri diatas ajaran Islam atau “Negara Demokrasi berdasarkan Islam”, inilah ide yang dibangunnya tentang konsep ideologi negara. Pengetahuan Islam memang sudah tidak asing lagi bagi Natsir lingkungan sekolahnya dikampung halaman, lingkungan keluarganya, akan tetapi perkembangan pemahamannya tentang Islam lebih dalam sejak dia di Bandung. Proses pencarian pemahaman tentang Islam semakin pesat ketika bertemu dengan A. Hasan seorang saudagar dari Pakistan yang memiliki wawasan yang luas tentang Islam, diskusi pemahaman keislaman semakin mendalam mereka lakukan hingga membuat pencerahan melalui media. Banyaknya persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia dan umat Islam Indonesia, membuat Natsir berpikir keras bagaimana penyelesaiannya dengan mengacu pada Al-qur’an dan Sunah Nabi. Beragam persoalan yang ada dijawab Natsir, dengan dasar pemikiran bahwa Islam adalah agama yang dalam arti memiliki nilai atau aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah hablum minal-Lah dan mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya hablum minan-nas. Hablum minal- lah berisi tentang aturan mengenai ibadah yang berhubungan dengan Allah seperti tauhid, shalat, sedangkan hablum minan-nas berisi tentang aturan kehidupan perorangan, kehidupan kekeluargaan, kehidupan masyarakat dan kehidupan Universitas Sumatera Utara kenegaraan. Dengan kata lain ketika kita menghadapi persoalan dengan hukum dalam bernegara tentu kita harus mengaitkannya dengan ajaran Islam sebab kita adalah hamba pengabdi. Natsir juga memiliki dasar pemikiran, bahwa ajaran Islam amat dinamis untuk diterapkan pada setiap waktu dan zaman. Dari sudut ini, ia jauh melampaui pemikiran Maududi ataupun Ibnu Khaldun yang melihat sistem pemerintahan Nabi Muhammad SAW dan khalifah yang empat, sebagai satu-satunya alternatif sistem pemerintahan negara Islam. 5 Islam mengatur dan menjawab persoalan manusia secara luas dan mengakar dapat kita berikan contoh, seorang yang menderita karena ditinggal mati oleh seorang yang dikasihi, dapat memperoleh penjelasan dan ketenangan. Kematian seseorang itu ada artinya dalam kehidupan, demikian juga bagi mereka yang ditinggalkan, perasaan yang ditinggalkan tidak dibiarkan begitu saja, sampai bagaimana kelangsungan hidup yang ditinggalkan diselesaikan. Keluasan Islam Tentu dalam pendekatannya juga berbeda jika Maududi lebih kepada ideal dengan acuan masa pemerintahan Rasulullah sedangkan Natsir melalui pendekatan realistis menuju idealistis dengan koridor Al-qur’an dan Sunah. Pertentangan dalam konsep kemanusiaan tidak mungkin dapat diselesaikan dengan pandangan manusia, keterbatasan manusia dalam pemakaian akal menyebabkan relatifitas dalam memahami sesuatu. Islam sebagai agama memberikan dasar yang tetap, semua yang bergerak dan berubah harus memiliki dasar yang tetap atau sering dikatakan sebagai titik tempat mengembalikan sesuatu. 5 Mohammad Natsir d, Op.cit., hal., 13. Universitas Sumatera Utara dalam memberikan tuntunan bukan hanya sebatas itu melainkan disegala bidang kehidupan, pikiran, perasaan, tindakan, dan lainnya. Islam memberikan dasar- dasar pokok yang sesuai dengan fitrah manusia, yang abadi dan tidak berubah, yang bisa berlaku pada semua tempat dan semua zaman, baik zaman dahulu maupun zaman sekarang. Islam mempunyai kaidah, mengenai soal ibadah, yakni hubungan manusia dengan Tuhan, semua dilarang kecuali yang diperintahnya. Dan mengenai soal muamalah, yakni hubungan dengan sesama manusia, semua boleh kecuali yang dilarangnya. Menurut istilah yurispundensi Islam, hal ini dinamakan “al-bara- atul-ashliyah” 6 Kehidupan sosial masyarakat dengan sikap saling tolong menolong yang menjadi salah satu falsafah hidup di masyarakat Indonesia, sikap ini juga sangat dipelihara dalam ajaran Islam dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Tatanan demikian dapat kita lihat pada perjuangan yang dilakukan Rasulullah dengan menjadi tauladan yang bersikap toleran terhadap siapapun tanpa mengenal ras, agama. Pembebasan kota Mekkah dengan keberhasilan tanpa pertumpahan darah Islam hanya memberikan dasar-dasar pokok tersebut, disamping itu Islam memberikan penjelasan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, mana yang patut dan tidak patut, dan sampai dimana batasannya. Diluar konteks itu maka manusia boleh menggunakan kreatifitas sendiri dengan penggunaan akal dalam menghadapi persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sosial. Selama tidak adanya benturan terhadap nilai pokok dalam Islam, maka kebebasan manusia tidak dikekang. 6 Ibid. hal., 60. Universitas Sumatera Utara dan ketika dikuasai Rasul mengatakan siapa yang berada tetap dirumah dijamin keselamatannya membuktikan sikap toleran yang tinggi bagi semua orang tanpa mengenal ras, agama, bahkan seorang kafirpun dijamin keselamatannya. Penguatan untuk saling tolong menolong ini dapa kita lihat dengan ayat al- qur’an yang berbunyi “……Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya 7 . Dari penggalan ayat diatas kita sebagai hamba pengabdi disuruh untuk saling tolong menolong dalam melakukan kebajikan dalam kehidupan keseharian, tentu ini juga berlaku bagi umat sebelum nabi Muhammad sebab Muhammad adalah penyempurna dari nabi-nabi sebelumnya. Sangatlah jelas sikap tolong menolong jauh sudah diadopsi dalam Islam, sikap ini telah menjadi acuan tauladan bagi seorang hamba Allah. Keberagaman masyarakat dalam suatu negara tentu sangat membuat variasi sendiri yang banyak menimbulkan kompetitif satu dengan lainnya, dimana ini nantinya akan mempunyai bias dalam membangun tanah air. Sikap chauvinisme, rasialisme, dan kenophobie, misalnya dapat menimbulkan keegoan berlebihan, merasa bangsa yang lebih tingi kedudukannya dari bangsa lain, ras yang lebih unggul dari yang lainnya 8 7 QS. Al-Maidah 5: 2. 8 Chauvinime adalah sikap nasionalime yang ekstrem dipelopori seorang tentara Napoleon bernama Nicolas Chauvin yang sangat terkenal karena kesetiaan tanpa batasnya terhadap pemimpin serta kekaisran Prancis. Rasialisme adalah rasa emosional atas keungulan dan kesempurnaan ras sendiri yang berdasarkan pra-anggapan bahwa ras lain jauh lebih rendah. Kenophobie adalah sikap terlalu takut pada negaragolongan lain yang tidak disenangi B.N.Marbun, S.H, Op.cit., hal., 94, 465. . Islam sebagai agama yang memiliki jawaban terhadap permasalahan sosial juga menjelaskan bagaimana kita harus bersikap dengan perbedaan demi membangun tanah air. “ Hai manusia, Universitas Sumatera Utara sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal 9 . Ayat diatas memberikan tuntunan bahwa kita sebagai manusia memang secara fitrahnya tercipta dengan keberagaman akan tetapi bagaimana keberagaman ini dipergunakan untuk saling mengenal, menghargai, dan bertujuan untuk menjalin kebersamaan dalam membangun bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai keadilan dan kemakmuran bersama. Problema dalam bermasyarakat, bernegara, sering terjadi akibat ketimpangan sosial yang tinggi dimana adanya dominasi golongan satu terhadap golongan lainnya. Pada kondisi seperti ini maka ada yang ditindas baik secara materi ataupun inmateri, dalam Islam diistilahkan dengan kaum tertindas mustad’afin. Kaum tertindas selaku bagian yang dirugikan tentu mengalami berbagai kesulitan dalam aspek kehidupannya. Disinilah Islam mengajak untuk membela mereka secara totalitas dengan spirit ilahi dengan pengorbanan yang tidak berbatas pada materi, akan tetapi sampai fisik, maupun spiritual. Proses pembelaan bukan semata-mata menyuruh membela orang yang lemah dalam arti biasa, tetapi mengajak mengangkat senjata 9 QS. Al- Hujaarat 13: 49. dan mempertaruhkan jiwa untuk melepaskan kaum lemah dari segala bentuk penindasan. Jika sekarang orang sering menyebut memberantas penindasan atau pemerasan manusia atas manusia, yaitu ucapan dalam bahasa lain disebut dengan istilah “exploitation of Universitas Sumatera Utara man by man” 10 Pola interaksi dalam masyarakat akan berjalan sebagai proses pembangunan akan berjalan dengan baik jika adanya suatu pemerataan disetiap masyarakat. Pemerataan terwujud dengan adanya sikap tidak mementingkan diri sendiri, memperkaya diri sendiri dengan menumpuk harta sebanyak-banyaknya, agar lihat orang tanpa melihat realitas masyarakat disekitarnya sering disebut . Pembelaan kaum tertindas telah dilakukan Islam sejak berabad- abad yang lalu, dengan proses demikian juga daerah kekuasaan Islam semakin luas hingga ke benua Afrika, Spanyol, dan lainnya. Nilai pembelaan kaum tertindas dalam Islam sangat tegas dikemukakan, hamba yang beriman tentu akan menanamkan secara mendalam tentang nilai tersebut. Secara otomatis dia akan tergerak sendiri secara total untuk membantu orang yang membutuhkan pertolongan, tanpa pamrih sampai pengorbanan jiwanya. Konsep pembelaan kaum tertindas merupakan salah satu dasar kuat yang sering disebut “al-jihad”, metode pemberantasan ketertindasan dengan perlawanan sampai titik darah penghabisan. Apalagi dari beberapa golongan dalam Islam ada yang sampai melakukan bom bunuh diri tanpa keraguan didalamnya. Penggunaan spirit pembelaan kaum tertindas di Indonesia terbukti juga ketika para pejuang kemerdekaan melakukan peperangan terhadap penjajah. Pangeran Diponegoro seorang ulama termuka melawan penjajah dengan menanamkan semangat jihad kepada pasukannya, Tuanku Imam Bonjol melakukan perang melawan kaum adat dengan menggunakan metode jihad, lihat saja Sumatera Barat memiliki nuansa yang kental keislamannya. 10 Mohammad Natsir d, Op.cit., hal., 67. Universitas Sumatera Utara kaum kapitalisme. Keberadaan hak milik terhadap harta yang dicari diakui dalam Islam bahkan mencari nafkah adalah suatu kewajiban dalam mencari kesuksesan hidup didunia. Tapi, dalam Islam ditegaskan bahwa didalam harta setiap orang itu ada hak orang lain atau setiap harta yang kita miliki ada milik orang lain. Islam menegaskan bahwa harta yang dimiliki harus memancarkan faedah dan manfaat bagi golongan yang tidak memilikinya. Harta dan kepemilikan tidak boleh ditumpuk sekedar untuk memuaskan nafsu kemewahan sendiri, harta itu harus dimasukkan kedalam proses produksi untuk mempertinggi kemakmuran sehingga lebih merata untuk rakyat banyak. 11 Pemaparan tentang Islam dan beberapa nilai yang ada didalamnya hanya sedikit gambaran tentang Islam yang begitu luas cakupannya. Hal lain yang cukup penting tentang bagaimana Islam menanggapi sifat fanatisme 12 “ Aku diperintahkan oleh Tuhan supaya berlaku adil terhadapmu. Allah adalah Tuhan kami dan Tuhanmu. Bagi kami amalan kami. Bagi kamu amalan kamu. Tak ada persengketaan agama diantara kami dengan kamu. Allah yang mempertemukan kita dan kepada-Nya-lah kita semua kembali” , Islam menegaskan menentang konsep tersebut dengan sikap yang ditegaskan Rasulullah didepan ahli kitab yaitu pemeluk agama Nasrani dan Yahudi dengan mengatakan: 13 Pernyataan diatas menegaskan bagaimana Islam menghargai pemeluk agama lain untuk memeluk agama Islam, jika diteliti secara mendalam pernyataan 11 Mohammad Natsir d, Op.cit., hal., 69. 12 Fanatisme adalah keyakinan yang buta dan berlebihan, sehingga menjadi kepicikan yang tidak menggunakan akal-budi sehat, tetapi bertindak , membabi buta khususnya dalam bidang politik, kesukuan, agama dan ideologi B.N. Marbun, Op.cit., hal., 163. 13 Mohammad Natsir d, Op.cit., hal., 71. Universitas Sumatera Utara diatas juga memiliki makna yang jelas untuk memberikan kebebasan terhadap penganut agama lain menjalankan agamanya. Pemaksaan sangatlah mempunyai efek yang sangat riskan ketika agama sebagai pedoaman hidup, sebab itu yang diperlukan adalah keyakinan yang kuat dengan melakukan secara ikhlas. Sebenarnya banyak nilai-nilai ajaran agama Islam yang belum dipaparkan dan dijelaskan secara mendalam, dapat dilihat bersama begitu banyaknya persamaan nilai yang dituntun dalam Islam dengan falsafah atau kebiasaan bangsa Indonesia. Tidak mengherankan itu terjadi dikarenakan Islam merupakan ajaran yang cukup banyak dipakai masyarakat Indonesia yang latar belakang seorang hamba Allah. Jadi, tidak mengherankan kalau ajaran Islam dijadikan sebagai ideologi negara Indonesia, yang telah berurat dan berakar di dalam qalbu masyarakatnya.

3.3. Wacana Islam Sebagai Ideologi Dalam Politik Indonesia Kontemporer.