Hubungan Label Gizi pada Produk Makanan terhadap Minat Beli Konsumen

makanan kemasan dapat dilihat dari nilai gizi yang terkandung dalam label gizi yang disajikan pada sampul kemasan makanan. Kebanyakan label gizi pada produk makanan menyajikan kelebihan-kelebihan dan kebutuhan nilai gizi seimbang yang baik untuk dikonsumsi. Suyitno, 2000.

2.7 Hubungan Label Gizi pada Produk Makanan terhadap Minat Beli Konsumen

Menurut Engel, dkk 2004, proses keputusan konsumen membeli produk seperti produk makanan dapat dipengaruhi oleh label yang terdapat dalam produk tersebut. Contoh saja label gizi yang ada pada kemasan dapat membuat konsumen membeli atau tidak membeli produk makanan tersebut. Bagi konsumen, proses keputusan konsumen merupakan suatu kegiatan yang penting karena dalam proses tersebut memuat berbagai langkah yang terjadi secara berurutan sebelum konsumen mengambil keputusan. Minat Pembelian menurut Belch dan Belch 2007 adalah menyesuaikan motif pembelian dengan atribut dan karakter dari merek termasuk didalamnya, motivasi, persepsi, pembentukan sikap, dan integrasi. Konsumen memiliki lima sub- keputusan sebelum menentukan pembelian, yaitu brand, dealer, quantitiy, timing, dan cara pembayaran. Minat beli pada sebuah produk makanan sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari produk yang dihasilkan. Konsumen di dalam proses dalam keputusan pembelian sebenarnya dipengaruhi oleh adanya model rangsangan yang ditawarkan dari produk tersebut. Contoh seorang ibu yang ingin membeli produk makanan untuk Universitas Sumatera Utara balitanya, maka ia akan mempertimbangkan nilai-nilai gizi yang dibutuhkan oleh balitanya yang dapat diperolehnya dari informasi yang disampaikan pada label gizi. Seorang ibu akan meninggalkan produk makanan balita jika dia merasa bahwa produk yang ditawarkan padanya tidak memberi manfaat dan dianggap merugikan baginya. Persepsi yang melekat secara positif bagi konsumen yang membeli produk makanan tertentu akan tetap mengingat dan akan memberitahukannya kepada yang lain dan akhirnya dapat juga mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen lainnya. Oleh karena itu sebaiknya desain yang ditampilkan dalam kemasan produk makanan memberi kepastian dan keyakinan pada konsumen demi pemuasan pelanggan. Selanjutnya Kotler 2005 juga menyatatakan bahwa proses pengambilan keputusan pembelian dipengaruhi oleh karakteristik yang melekat dalam diri individu. Berdasarkan hal ini sebaiknya produsen mampu membaca pengguna produk dipasaran dengan berbagai macam tingkatan dan kebutuhannya. Hal ini perlu karena masing-masing kelompok manusia memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri dan ini berpengaruh pada proses pengenalan produk, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Proses pembelian juga dapat berasal dar rangsangan eksternal seperti ketika seseorang melewati sebuah swalayan sering terpikir untuk melihat-lihat produk makanan yang dibutuhkan oleh ibu atau anggota keluarga dan terangsang untuk Universitas Sumatera Utara menilai setiap jenis iklan yang terpampang dalam produk tersebut termasuk label gizi yang ada. Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Pencarian informasi dapat dibagi ke dalam dua level rangsangan yakni : situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level ini orang akan hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin mulai aktif mencari informasi: mencari bahan bacaan, menelepon teman dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Informasi tersebut bisa bersumber dari pribadi keluarga, teman, tetangga, sumber komersial iklan, tenaga penjual, pedagang perantara, dan lain-lain dan sumber umum media massa, organisasi penentu peringkat konsumen, serta sumber pengalaman penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk. Dalam memproses informasi tentang pilihan merk untuk membuat keputusan akhir konsumen, tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu konsumen dalam semua situasi pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model terbaru yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif, yaitu model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merk-merk yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat untuk Universitas Sumatera Utara membeli merk yang paling disukai. Tujuan pembelian juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor keadaan yang tidak terduga. Konsumen membentuk tujuan pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti: pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Pada saat konsumen ingin bertindak, faktor-faktor keadaan yang tidak terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan membeli. Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan atau ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya. Derajat kepentingan kepuasan pasca pembelian menunjukkan bahwa para penjual harus menyebutkan akan seperti apa kinerja produk yang sebenarnya. Beberapa penjual bahkan mungkin menyatakan level kinerja yang lebih rendah sehingga konsumen akan mendapatkan kepuasan yang lebih tinggi daripada yang diharapkannya. Pembelian untuk produk yang digunakan setiap hari melibatkan lebih sedikit keputusan dan pertimbangan Kotler dan Keller, 2006 Tidak ada pembelian yang terjadi jika konsumen tidak pernah menyadari kebutuhan dan keinginannya. Pengenalan masalah terjadi ketika konsumen melihat adanya perbedaan yang signifikan antara apa yang dia miliki dengan apa yang dia butuhkan. Berdasarkan pengenalannya akan masalah, selanjutnya konsumen mencari atau mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang produk yang dia inginkan. Terdapat dua sumber informasi yang digunakan ketika menilai suatu kebutuhan fisik, yaitu persepsi individual dari tampilan fisik dan sumber informasi luar seperti Universitas Sumatera Utara persepsi konsumen lain. Selanjutnya informasi yang telah diperoleh digabungkan dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya. Semua input berupa informasi tersebut membawa konsumen pada tahap dimana dia mengevaluasi setiap pilihan dan mendapatkan keputusan terbaik yang memuaskan dari perspektif dia sendiri. Tahapan terakhir adalah tahap di mana konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak membeli produk.

2.8 Teori Health Believe Model