Pasar Swalayan Landasan Teori

The Health Belief Model Individual Perceptions Modifying Factors Likelihood of Action Gambar. 2.5. The Health Believe Model

2.9 Pasar Swalayan

Pasar swalayan adalah sebuah toko yang menjual segala kebutuhan sehari- hari. Kata yang secara harfiah yang diambil dari bahasa Inggris ini artinya adalah pasar yang besar. Barang barang yang dijual di supermarket biasanya adalah barang barang kebutuhan sehari hari. Seperti bahan makanan, minuman, dan barang kebutuhan seperti tissue dan lain sebagainya. Selain supermarket dikenal pula minimarket, supermarket dan hypermarket. Perbedaan istilah tersebut adalah di format, ukuran dan fasilitas yang diberikan. Age, Sex, Ethnicity Personality Socioeconomics Knowledge Perceived Benefits Vs Barriers to Behavioral Perceived Susceptibility Seriousness of Disease Perceived Threat of Disease Likelihood of Behavioral Change Cues to Action • Education • Symptoms • Media Information Universitas Sumatera Utara Contohnya: minimarket berukuran kecil 100m 2 sd 999m 2 supermarket berukuran sedang 1.000m 2 sd 4.999m 2 hypermarket berukuran besar 5.000m 2 ke atas.

2.10 Landasan Teori

Berbagai kegiatan penyampaian informasi melalui tanda seperti sebuah label dilakukan produsen dengan tujuan agar dapat mendorong minat pembelian masyarakat terhadap suatu produk, sehingga akan meningkatkan jumlah penjualan. . Desain label khususnya label gizi merupakan salah satu strategi perusahaan untuk dapat menarik minat konsumen, selain itu untuk dapat menciptakan citra tentang kualitas produk makanan yang disajikan yang bertujuan untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya sehingga konsumen melakukan keputusan pembelian terhadap produk tersebut. Hal yang menjadi kelebihan desain label gizi dalam makanan balita kemasan yang memang sangat diperhatikan oleh konsumen sebagai bahan pertimbangan mereka dalam melakukan keputusan pembelian, yaitu informasi nilai gizi dan kebutuhan nilai gizi. Unsur-unsur tersebut dianggap begitu penting bagi konsumen, dengan demikian konsumenpun dapat merasa terangsang untuk melakukan keputusan pembelian terhadap produk tersebut dan perusahaan menginginkan agar konsumen merasa puas terhadap desain kemasan yang telah diberikan oleh perusahaan kepada produk mereka, maka mereka pun terus berusaha untuk dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Ratnawati 2002 mengemukakan permasalahan minat beli pada sebuah produk baik produk makanan kemasan harus mampu mendesain kemasan yang wajar, Universitas Sumatera Utara ekonomis, ramah lingkungan dan menyajikan informasi tepat bagi produk mereka Kotler et al., 2000. Produk-produk yang dijual memerlukan keputusan pengemasan untuk menciptakan manfaat-manfaat seperti perlindungan, penghematan, kemudahan, dan promosi. Para pemasar harus mengembangkan konsep pengemasan dan mengujinya secara fungsional dan psikologis untuk memastikan bahwa kemasan tersebut mencapai tujuan yang diharapkan dan sesuai dengan kebijakan publik. Produk-produk makanan membutuhkan pelabelan untuk identifikasi, penggolongan, penjelasan, dan promosi dari produk tersebut. Dengan adanya pelabelan konsumen mempunyai sarana untuk memberi penilaian bagi produk-produk yang tidak memenuhi syarat. Setidaknya konsumen bisa waspada untuk tidak lagi membeli produk dengan label yang sama setelah dikecewakan. Konsumen dapat meminta pertanggungjawaban produsen, karena tahu kepada siapa mereka harus meminta tanggung jawab. Mereka akan menjadi pelanggan lestari apabila sudah percaya terhadap mutu produk dengan label yang telah dipercayainya. Dengan demikian produsen memperoleh “hadiah” atas mutu yang mereka berikan kepada konsumennya. Konsumen akan merasa lebih aman membeli produk-produk mereka, dimana informasi ini mereka dapatkan dari label produk umumnya. Dengan pelabelan, baik produsen maupun konsumen dilatih untuk masuk dalam sistem yang secara langsung atau tidak langsung akan melibatkan adanya pengendalian mutu sekaligus penjagaan terhadap keamanan pangan. Persoalannya adalah bagaimana menggugah kedua belah pihak konsumen dan produsen berperan aktif dalamn sistem ini. Tanpa peran aktif keduanya tidak akan Universitas Sumatera Utara bermaknan apa-apa. Pada masyarakat kita masih tumbuh subur budaya “malas baca” sehingga jarang kita lihat konsumen dari masayarakat kebanyakan menaruh perhatian pada label-label dari produk yang dibeli.

2.11 Kerangka Konsep