Sedangkan Pendekatan Analisis Konsep Hukum pada pokoknya mengedepankan analisis-analisis terhadap konsep-konsep hukum. Direksi PT, pihak investor dan ultra
vires merupakan konsep-konsep hukum. Analisis terhadap konsep-konsep ini ditekankan pengertian, hak dan kewajiban Direksi, PT, dan Pihak investor, serta
tidak ketinggalan adalah mengenai ruang lingkup dan perkembangan ultra vires. Akan tetapi karena bahan-bahan yang dianalisis juga berkaitan dengan bahan-bahan
yang diperoleh dari sistem hukum yang berlaku di negara lain, maka tidak tertutup kemungkinannya, usulan penelitian ini juga menggunakan Pendekatan Perbandingan
The Comparative Approach.
3. Bahan Hukum
Penelitian hukum normatif menggunakan Bahan Hukum Primer dan Bahan Hukum Sekunder. Bahan Hukum Primer dalam hal ini terdiri dari Asas Itikad Baik,
Asas Pacta Sun Servanda dan norma-norma hukum yang tersusun terutama dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan
pelaksanaannya,antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1998 tentang Nama Perseroan Terbatas. Sedangkan Bahan Hukum Sekunder meliputi buku teks
hukum legal text book, Jurnal hukum,karya tulis hukum yang memuat pandangan ahli hukum baik dalam bentuk buku maupun yang termuat dalam media masa,kamus
hukum, ensiklopedi hukum. Dalam penelitian ini digunakan juga bahan-bahan hukum yang diperoleh dari media internet yang berkembang dengan pesat dewasa ini seperti
definisi-definisi hukum.
4. Bahan Hukum Penunjang Data
Di samping bahan-bahan hukum baik primer maupun sekunder maka dalam penelitian ini digunakan pula bahan-bahan yang diperoleh dari praktisi hukum dalam
ini Notaris yang berpengalaman atau pihak lain yang memahami permasalahan mengenai tatacara menyelesaikan tanggungjawab Perseroan Terbatas terhadap pihak
ketiga. Bahan Hukum Penunjang dapat diperoleh melalui penelusuran jaringan internet yang menyediakan fasilitas informasi yang relevan dengan topik skripsi ini.
5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum atau Data
Penelitian ini tidak tertutup kemungkinan diperoleh bahan yang sudah tersusun dengan rapi baik berupa buku, laporan maupun bentuk-bentuk lain yang bersifat
tertulis dan terhadap bahan-bahan seperti ini tetap diterapkan cardsystem yang ditekankan pada pencatan mengenai informasi yang relevan dengan topik
permasalahan. 6.
Teknik Analisis Bahan Hukum atau Data
Untuk menganalisis data-data yang telah diterapkan teknik-teknik sebagai
berikut:
a. Teknik Interpretasi diterapkan terhadap norma-norma hukum yang tidak jelas
rumusannya sehingga harus ditafsirkan untuk memperoleh pemahaman yang
jelas dan dapat diaplikasikan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.
b. Teknik evaluasi yang berupa penilaian mengenai tepat atau tidak tepatnya suatu
informasi baik diperoleh dari Bahan Hukum Primer maupun Sekunder juga
diterapkan dalam penelitian ini untuk memperoleh hasil yang benar-benar sesuai
dengan topik yang dibahas.
c. Teknik argumentasi atau alasan-alasan yang merupakan hasil penalaran setelah
dilakukannya teknik evaluasi. Dalam pembahasan masalah penelitian ini sedapat mungkin akan dilakukan teknik argumentasi menurut kemampuan yang serba
terbatas.
d. Teknik Sistematisasi yang merupakan upaya mencari hubungan suatu norma
hukum antara peraturan perundang-undangan yang sederajat maupun antara yang
tidak sederajat.
e. Teknik Deskripsi merupakan teknik yang paling mendasar dan bersifat mutlak.
Hal ini mengandung pengertian, teknik ini harus dilaksanakan dalam pembahasan hukum agar pembahasan dapat dipahami oleh orang lain. Dalam
penelitian ini berdasarkan Teknik Deskripsi, isu-isu hukum digambarkan atau diuraikan secara lengkap dan jelas sehingga dapat diketahui duduk persoalannya
dan dapat ditentukan arahnya untuk mencapai suatu solusi. H.
Sistematika Penulisan
Penyajian skripsi ini akan disusun kedalam 5 lima bab. Dimana masing-masing bab akan terdiri dari beberapa sub-bab agar pembahasan yang dibahas dapat
menjawab permasalahan-permasalahan yang diteliti secara jelas dan komprehensif. Adapun urutan dan tata letak setiap bab dan pokok pembahasannya adalah
sebagai berikut:
1. Bab pertama dari penelitian ini adalah Bab Pendahuluan. Bab ini membahas
tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penelitian.
2. Bab kedua dari penelitian ini berkenaan dengan tinjauan umum tentang
perseroan terbatas serta kewenangan bertindak perseroan terbatas yang mengenai isi dari eksistensi organ-organ perseroan terbatas dan kompetensinya.
3. Bab investor dari penelitian ini berisikan peran hukum untuk melindungi hak
pihak investor dari tindakan ultra vires yang dilakukan oleh direksi perseroan terbatas.
4. Bab keempat dari penelitian ini berisikan tentang upaya perseroan terbatas
melekukan remedial terhadap pihak investor dalam sistem pertanggungjawaban perseroan terbatas terkait tindakan ultra vires.
5. Bab kelima berisikan kesimpulan dan saran terkait dengan penelitian yang
dibahas dalam skripsi.
23
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWENANGAN BERTINDAK PERSEROAN
TERBATAS DAN ULTRA VIRES
A. Pengertian Perseroan Terbatas dan Unsur-unsurnya
Menurut Achmad Ichsan dalam pengertian perseroan
“naamloos” merupakan suatu sebutan pada zaman Hindia Belanda untuk perseroan yang diatur dalam Kitab
Undang-undang Hukum Dagang Pasal 36 sd 56. Sebutan “naamloos” dalam arti
tanpa nama ini disebabkan karena N.V itu tidak mempunyai nama seperti firma dan pada umumnya juga tidak menggunakan salah satu nama dari anggota perseroannya
identifikasinya terletak dalam obyek perusahaan yang menjadi tujuan usahanya seperti Perusahaan Dagang Beras.
1
Hal ini dapat ditelusuri dari banyaknya definisi yang diberikan oleh para sarjana yakni M.H. Tirta Amidjaja mengemukakan bahwa perseroan terbatas itu ialah
perseroan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan modal yang tertentu, yang terbagi atas saham-saham dan tiap-tiap persero pemegang saham turut
serta didalamnya sebanyak satu saham atau lebih dengan tidak bertanggungjawab sendiri untuk persetujuan-persetujuan perseroan itu.
2
K.R.M.T Tirtodiningrat mengemukakan bahwa perseroan terbatas adalah suatu persekutuan dengan modal tertentu yang dibagi-bagikan dalam beberapa sero atau
saham, dimana tiap-tiap anggota mengambil bagian secara memiliki satu atau beberapa sero, sedang pemegang-pemegang sero bertanggungjawab atas pinjaman-
1
Achmad Ichsan, 1983, Hukum Dagang; Lembaga Perserikatan, Surat-Surat Berharga, Aturan-Aturan Angkutan, Pradnya Paramitha, Jakarta, h. 134.
2
M.H. Tirta Amidjaja, 1956, Pokok-Pokok Hukum Perniagaan, Djambatan, Jakarta, h. 108.