Kepentingan  tersebut  sangatlah  beralasan  karena  perbuatan-perbuatan  yang bersifat ultra vires akan dapat menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi
kreditur. Disamping perjanjian kreditnya dapat  dinyatakan batal demi hukum,  untuk pelunasan  utang  seperti  itu  kreditur  secara  tidak  langsung  dipaksa  mengalokasikan
tenaga, perhatian, waktu yang panjang dan biaya yang tidak murah.
2.  Dampak  Tindakan  Ultra  Vires  Terhadap  Perjanjian  Antara  Perseroan  Dan Pihak Investor.
Mengenai  dampak  atau  pengaruh  yang  dapat  ditimbulkan  oleh  Doktrin  Ultra Vires terhadap perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh perseroan pada dasarnya sudah
disinggung  dalam  uraian  mengenai  pengertian  ultra  vires  itu  sendiri,  dimana dikemukakan bahwa perjanjian yang demikian adalah tidak sah ilegal.
Uraian  di  atas  sebenarnya  sudah  tampak  dengan  jelas,  dimana  Doktrin  Ultra Vires  memang  memiliki  pengaruh  terhadap  perjanjian-perjanjian  yang  dibuat
perseroan dengan
pihak ketiga.
Beberapa kepustakaan
pada pokoknya
mengemukakan,  perjanjian  ultra  vires  yang  dinyatakan  tidak  sah  itu  adalah  batal demi hukum dan dapat dimohonkan pembatalan.
Namun  yang  menjadi  persoalan,  bagaimana  uraiannya  sehingga  perjanjian tersebut  dapat  dinyatakan  demikian  atau  sebaliknya.  Dalam  Kasus  PT  DhaesengPT
Interland Kontra PT Usaha Sandang terdapat fakta dimana pada pokoknya Presiden Direktur  membuat  Surat  Pernyataan  Hutang  kepada  PT  Usaha  Sandang  untuk  dan
atas  nama  PT  DhaesengPT  Interland  badan  hukum  tanpa  persetujuan  Komisaris, sesuai dengan ketentuan di dalam anggaran dasar.
21
Selaku  penjelasan  di  atas  tindakan  yang  dilakukan  oleh  Presiden  Direktur  atau Direksi  sebenarnya  sudah  memenuhi  unsur-unsur  adanya  tindakan  melampaui
kompetensi atau ultra vires, karena dalam praktek sudah merupakan suatu kelaziman menuangkan  kedalam  anggaran  dasar  ketentuan  mengenai  kewajiban  Direksi  untuk
memperoleh  persetujuan  Komisaris  apabila  hendak  mengikatkan  perseroan  dalam perjanjian  hutang-piutang.  Ternyata  Direksi  tidak  menempuh  prosedur  tersebut
sehingga tindakannya itu dapat dikualifikasi sebagai ultra vires. Pengadilan  Negeri  yang  menangani  kasus  tersebut  pada  intinya  memutuskan
memang  benar  bahwa  hutang  tersebut  merupakan  tanggungjawab  pribadi  Presiden Direktur  PT  Dhasaeng,  dengan  hanya  menyebutkan,  oleh  karena  tindakan  membuat
Surat  Pernyataan  Hutang  itu  tanpa  persetujuan  komisaris,  maka  hutang  tersebut menjadi  tanggungjawab  pribadi  Presiden  Direktur  tersebut.  Putusan  itu  sama  sekali
tidak menyebut doktrin ultra vires.
22
Terlepas dari penerimaan secara substansial, hal ini  dapat  disebabkan  karena  istilah  ultra  vires  belum  begitu  populer  di  Indonesia.
Pada  tingkat  banding,  Pengadilan  Tinggi  bahkan  membatalkan  Putusan  Pengadilan Negeri.
21
Chatamarrasjid  Ais,  2004,  Penerobosan  Cadar  Perseroan  dan  Soal-Soal  Aktual  Hukum Perseroan, Citra Aditya Bakri, Bandung, h. 41
22
Chatamarrasjid  Ais,  2004,  Penerobosan  Cadar  Perseroan  dan  Soal-Soal  Aktual  Hukum Perseroan, Citra Aditya Bakri, Bandung, h. 47
Contoh  kasus  di  atas  pada  dasarnya  sudah  memperlihatkan  dampak  atau pengaruh tindakan yang ultra vires terhadap perjanjian antara perseroan dengan pihak
ketiga. Ada pun dampak yang dimaksudkan adalah sebagai berikut: 1.  Karena  tindakan  ultra  vires  merupakan  tindakan  melampaui  kompetensi  dan
bersifat  tidak  sah  sehingga  batal  demi  hukum,  maka  perjanjian-perjanjian  yang merupakan  hasil  perwujudan  nyata  dari  tindakan  ultra  vires  juga  bersifat  tidak
sah. 2.  Karena  perjanjian-perjanjian  yang  pada  awalnya  dimaksudkan  sebagai  ikatan
antara  perseroan  dan  pihak  ketiga  dinyatakan  tidak  sah,  dimana  hal  ini menimbulkan dampak berupa beralihnya tanggung jawab Direksi secara pribadi.
Dari  setiap  dampak  tindakan  ultra  vires  tersebut  pada  dasarnya  dapat menimbulkan  kerugian  pada  pihak  ketiga,  baik  yang  menyangkut  pelaksanaan
perjanjiannya  sendiri  maupun  kelangsungan  eksistensi.  Oleh  karena  itu  sangat berdasar apabila pihak ketiga membutuhkan perlindungan hukum.
65
BAB IV UPAYA REMEDIAL TERHADAP PIHAK INVESTOR DALAM
PERSPEKTIF SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN PERSEROAN
A. Sistem Pertanggungjawaban Dalam Perseroan
1. Kerugian Pihak Investor Akibat Tindakan Ultra Vires
Uraian  ini  berkisar  pada  kerugian  yang  dialami  oleh  pihak  ketiga.  Oleh  karena itu  untuk  memperjelas  maknanya  maka  perlu  diuraikan  terlebih  dahulu  pengertian
kerugian  itu  sendiri.  Berikut  ini  akan  dikemukakan  beberapa  pengertian  bahwa kerugian atau damage pada pokoknya sebagai berikut:
a. Kerusakan  atau  cidera  pada  harta  kekayaan  atau  orang  yang  mengakibatkan
pelemahan terhadap kemanfaatan atas kekayaan atau orang tersebut.
1
b. Kehilangan atau kerusakan yang terjadi karena cidera atau kecacatan pada orang,
harta kekayaan atau nama baik.
2
c. Cidera  atau  kerusakan  pada  orang,  harta  kekayaan  atau  nama  baik,  suatu
kehilangan yang mengurangi nilai kurang sempurna dan luka-luka.
3
d. Kerugian  atau  damage  pada  dasarnya  merupakan  suatu  kehilangan  atau
pengurangan  dari  apa  yang  dimiliki  orang  yang  terjadi  karena  kesalahan  orang lain.
e. Suatu  kehilangan  atau  kekurangan  yang  disebabkan  oleh  seseorang  terhadap
orang  lain  atau  terhadap  harta  kekayaannya,  baik  dengan  maksud  mencederai, karena  kelalaian,  dan  kekuranghati-hatian,  maupun  karena  kejadian  yang  tidak
dapat dielakkan.
4
1
Damage, http:www.thefreedictionary.com. 30092013 8:29 WIB.
2
Definition of Damage, http:www.merriam-webster.com. 30092013 8:35 WIB.
3
Definition of Damage, http:www.brainyquote.com 30092013 8:38 WIB.
4
Damage, http:www.lectlaw.com. 30092013  8:45 WIB.