Pihak Pemegang Saham Pihak-Pihak Yang Dapat Dirugikan Akibat Tindakan Ultra Vires

a. Pihak Pemegang Saham

Pemegang saham sebenarnya merupakan sesuatu yang sangat sentral dalam Perseroan Terbatas, sehingga perlu diketahui deskripsinya kendati pun secara umum, akan tetapi dalam hal ini UUPT tidak mengatur mengenai pengertian pemegang saham tersebut. UUPT hanya menentukan pengertian Rapat Umum Pemegang Saham sebagai Organ Perseroan. Oleh karena itu pengertiannya ditelusuri pada sumber bahan hukum yang lainnya. Keuntungan-keuntungan menjadi pemegang saham meliputi penerimaan dividen yang ditentukan oleh Direksi, hak bersuara dalam RUPS bagi pemegang saham yang memenuhi persyaratan anggaran dasar, dapat melakukan tindakan derivatif berupa gugatan apabila perseroan tidak dijalankan dengan baik oleh Direksi, dan turut memperoleh bagian dari sisa hasil likuidasiapabila ada. Apabila dikaji dengan menggunakan Theory of the Corporation yang menekankan pemisahan secara ketat antara fungsi pendanaan dengan fungsi pengelolaan. 18 maka dapat dikemukakan bahwa kedudukan hukum para pemegang saham adalah sebagai pengembang fungsi pendanaan kegiatan usaha perseroan. Dengan demikian sudah tersedia cukup pertimbangan untuk mengemukakan bahwa para pemegang saham itu merupakan investor atau pemilik modal perseroan yang dibuktikan dengan pemilikan saham, dan sebagai pemilik modal berarti para pemegang saham itu merupakan pemilik perseroan yang bertanggungjawab terhadap kewajiban-kewajiban terbatas pada jumlah nominal saham yang dimilikinya. Semakin 18 Shareholder, http:legal-dictionary.com 22092013 : 10.31 WIB besar jumlah saham yang dimilikinya maka semakin besar pula tanggungjawab yang diembannya. Uraian di atas sebenarnya menunjukkan tanggungjawab para pemegang saham yang besar dan berat berkaitan dengan masalah keuangan perseroan.Kendati pun demikian penelusuran selanjutnya menemukan bahwa besar dan beratnya tanggungjawab para pemegang saham ternyata tidak seimbang dengan hak diperoleh misalnya dalam hal pembagian aset perseroan, walaupun yang bersangkutan merupakan pemegang saham dengan klasifikasi didahulukan. Sehubungan dengan pembagian aset yang tersisa misalnya setelah dilakukan likuidasi, sistem common law menempatkan para pemegang saham pada urutan bawah atau yang disebut dengan tunduk pada hirarkhi yang dibangun oleh perseroan yang mewajibkan pemegang saham menunggu setelah claim-claim yang lainnya terpenuhi. Sistem hukum perseroan Indonesia juga dijumpai konstruksi hukum yang serupa yaitu yang tertuang dalam Pasal 149 ayat1 huruf c dan d. Ketentuan tersebut pada pokoknya menempatkan para pemegang saham pada urutan setelah kreditur perseroan. Ketidakseimbangan tersebut masih harus ditambahkan lagi dengan persoalan yang dapat timbul dari kewenangan Direksi yang dikhawatirkan dipergunakan secara tidak benar atau tidak layak atau setidak-tidaknya tidak menguntungkan bagi para stakeholder dari suatu perseroan termasuk didalamnya para pemegang saham. 19 19 Munir Fuady, 2003, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Citra Aditya Bakti, Jakarta, h. 71. Bertumpu pada uraian di atas dapat dikemukakan bahwa para pemegang saham memiliki motivasi modal yang telah diinvestasi dalam saham dapat mendatangkan hasil berupa dividen dan maksud tujuan serta kegiatan usaha perseroan dapat dilaksanakan dengan baik oleh Direksi. Sehubungan dengan motivasi inilah maka para pemegang saham sangat berkepentingan agar terdapat pembatasan atau pedoman terhadap kewenangan Direksi supaya tidak menjadi ultra vires.

b. Pihak Kreditur