Peran Guru dalam Strategi Pembelajaran

menumbuhkan dan mengembangkan motivasi belajar peserta didik. Berikut beberapa indikator yang harus dilakukan guru : a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai. b. Membangkitkan minat peserta didik. c. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. d. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan peserta didik. e. Berikan penilaian. f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan peserta didik. g. Ciptakan persaingan dan kerjasama. 7. Guru sebagai evaluator Peran guru sebagai evaluator adalah mengumpulkan data dan informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan pelajaran oleh peserta didik, dan ketetapan atau keefektifan metode pengajaran yang dipakai Mohd.Nasir, 2011: 24. Sebagai evaluator, guru memiliki fungsi sebagai berikut : a. Menentukan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan peserta didik dalam menyerap materi kurikulum. b. Menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan Sanjaya, 2012: 21-32. Selain urian peran guru di atas, penting juga untuk memastikan guru memiliki kompetensi dalam pembelajaran di satuan pendidikan. Standar kompetensi guru dikembangkan menjadi empat bagian, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Dalam tesis ini, memfokuskan pada salah satu kompetensi yaitu pedagodik. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tertuang bahwa salah satu unsur kompetensi pedagogik adalah menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Penguasaan teori dan prinsip pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 2. Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu. Permendiknas ini menegaskan bahwa guru harus memahami teori dan prinsip belajar dengan baik, sehingga proses penyampaian pengetahuan kepada peserta didik, baik dengan pendekatan, strategi dan maupun metode dapat dilakukan dengan mudah. Guru harus mempersiapkan diri sebelum memulai pelajaran di dalam kelas, dan bersedia mengembangkan dan berimprovisasi dengan kreatif terkait strategi pembelajaran yang dipakai. Jika dihubungkan dengan pendidikan agama Islam, maka sebagai guru harus memahami dan menyadari tentang ciri-ciri pendidikan agama Islam agar dapat menjalankan tugas mengajarnya sesuai dengan misi pendidikan itu sendiri. Dengan demikian, guru yang memiliki kompetensi mendidik yang baik, juga harus mengedepan keteladanan nilai-nilai keislaman agar peserta didik dapat memaknai dengan utuh bahwa pembelajaran dalam lembaga pendidikan Islam disampaikan dengan cara yang menarik sekaligus dicontohkan oleh gurunya. Dari pengertian di atas, dapat dimaknai bahwa guru harus memaksimalkan dalam memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Tidak ada unsur menyembunyikan ilmu yang dimilikinya, sehingga ada keengganan memberikan informasi secara utuh kepada peserta didik. Rasulullah SAW memesankan kepada umatnya untuk berbagi pengetahuan yang dimiliki. “Barangsiapa yang ditanya tentang ilmu kemudian menyimpannya ilmunya tidak mau megajarkannya, maka Allah akan mengekang dia dengan kekangan api neraka pada hari kiamat ” H.R. Abu daud dan Turmudzi. Menurut Mala Utsman, ciri-ciri pendidikan agama Islam berpusat pada pendidikan ketuhanan tauhidaqidah, yaitu : 1. Pendidikan yang bukan buatan manusia, melainkan berdasarkan kepada prinsip-prinsip yang diturunkan Allah SwT bersifat luhur dan sempurna. 2. Bertujuan untuk mewujudkan nilai-nilai kehidupan yang mulia. 3. Menyampaikan individu peserta didik kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Berikut Qs.Surat al-Baqarah ayat 201, yang secara inplisit menerangkan bahwa peserta didik belajar untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.               “Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka ” 4. Kesempurnaannya datang dari Allah SwT yang Maha Mengetahui terhadap kemaslahatan manusia dan memberi kebaikan kehidupan yang mulia bagi manusia. Berikut Qs.Surat At-Thin ayat 4, yang menerangkan bahwa manusia adalah makhluk paling sempurna diantara makhluk lain.       “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya.” Dalam Tafsir Ibnu Katsir menerangkan maksud ayat di atas adalah “Dan inilah yang menjadi obyek sumpah, yaitu bahwa Allah Taala telah menciptakan manusia dalam wujud dan bentuk yang sebaik- baiknya, dengan perawakan yang sempurna serta beranggotakan badan yang normal Ibnu Katsir, 2000: 501 ”. Dengan pengertian, bahwa manusia merupakan makhluk yang diciptakan dengan detail yang ditugaskan menjadi pengemban amanah khalifah di bumi. 5. Pendidikan Islam itu berdasarkan kepada Qs.al-Isra ayat 9 dan Qs.Az- Zumar ayat 23 Majid dan Dian, 2006: 163.                  “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. ” Q.S.al-Isra’ : 9 Dari ayat 9 surat al-Isra ini, dapat diketahui pesan secara inplisit bahwa pendidikan Islam mengajarkan pada manusia bahwa sumber belajar yang utama adalah Al- Qur’an yang menuntut manusia menjadi orang yang beriman, berakhlak dan berpengetahuan untuk kebahagiaan yang hakiki.                                      “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu Al Quran yang serupa mutu ayat-ayatnya lagi berulang- ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya. ” Qs.Az-Zumar : 23 Dalam Tafsir Al-Azhar menyebutkan ayat 23 ini bermaksud bahwa “orang yang beriman bertambahlah imannya dari sebab mendengar atau membaca ayat-ayat yang serupa-serupa atau berulang itu. Walaupun misalnya belum mereka paham makna dan isinya, baru mendengar bunyinya ketika dibaca saja, kalau bacaannya itu dilakukan dengan khusyu’, yang mendengarkan bertambah khusyu’ pula Hamka, 1982: 38. Dengan pengertian, melalui pendidikan Islam mengajarakan pada manusia untuk mengenal dan mengingat Tuhannya, dengan terus menerus membaca, belajar yang menandakan sebuah bentuk usaha memperoleh ilmu untuk mendapatkan pengetahuan tentang cara mendekatkan diri dengan-Nya.

F. Pengertian Pendidikan Agma Islam

Pendidikan agama Islam memiliki dua kata yang dipadukan menjadi satu, yaitu pendidikan digabung ke dalam agama Islam atau pendidikan dan Islam. Atau yang dikenal dengan pendidikan Islam, Pendidikan Islam direkomendasikan pertama kali pada Konferensi Internasional The First World Conference on Muslim Education yang diselenggarakan oleh Universitas King Abdul Azis di Mekkah pada tahun 1977. Dalam konferensi tersebut belum berhasil merumuskan dengan jelas tentang pendidikan dalam Islam, namun disimpulkan bahwa pengertian pendidikan Islam terkandung dalam istilah tarbiyyah, ta’dib, dan ta’lim Sutarman, 2012: 228. Pertama, Tarbiyah . Abdurrahman al-Nahlawi, istilah tarbiyyah yang paling tepat untuk mendefinisikan pendidikan. Kata “al-tarbiyyah” berakar dari tiga kata yakni, 1 “raba-yarbu” bertambah bertumbuh, 2 “rabiya-yarba” menjadi besar, dan 3 “rabba-yarubbu” memperbaiki menuntun menjaga memelihara. Pendapat ini diperkuat oleh Abdurrahman al-Bani, bahwa berdasarkan ketiga akar kata tersebut pendidikan terdiri dari empat unsur yaitu; pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa; kedua, mengembangkan se- luruh potensi; ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan dan keempat, dilaksanakan secara bertahap. Dengan demikian pendidikan Islam dalam arti at-tarbiyyah adalah sebuaah proses pendidikan menuju peningkatan pribadi seseorang dan dilengkapi dengan etika religiusitas Sutarman, 2012: 228. Kedua, Ta’dib. Sayid Muhammad al-Naquib al-Attas cenderung menggunakan istilah ta’dib yang lebih tepat untuk memberi arti pendidikan Islam. Menurutnya, pengertian pendidikan dalam Islam sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia, tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan wujud sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat. Dalam hal ini, Naquib al-Attas menegaskan bahwa kata ta’dib mencakup wawasan ilmu dan amal yang merupakan esensi pendidikan Islam. Dengan pengungkapan istilah itu, maka pendidikan Islam dalam arti ta’dib diperlukan adanya norma-norma agama yang dipatuhi disertai dengan kebiasaan dan keteladanan dalam rangka pembentukan adab moral. Ketiga, Ta’lim. Abdul Fattah Jalal cenderung menggunkan istilah ta’lim justru lebih universal dibandingkan dengan tarbiyyah. Ia menjelaskan kata ta’lim tersebut berdasarkan al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 30-34 dan 151. Dari ayat-ayat tersebut tampak bahwa proses ta’lim jangkauannya lebih luas dan universal. Menurutnya pula, bahwa proses pendidikan tidak terhenti sekedar membaca, namun membaca dengan perenungan yang berisi pemahaman, tanggung jawab dan amanah. Dengan demikian, pengertian pendidikan Islam dalam arti ta’lim mengi- syaratkan adanya tranformasi ilmu pengetahuan dan informasi wahyu Tuhan demi keberlangsungan hidup manusia Sutarman, 2012: 228. Keempat, Tahzib. Tahzib adalah pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru muhadzdzib kepada peserta didik mutahadzdzib untuk membersihkan hati dan pikiran peserta didik agar dapat menerima pengetahuan, keimanan, dan pengamalan ajaran agama dengan baik. Ada satu istilah lagi ditambahkan untuk mengartikan pendidikan yaitu riyadah. Riyadhah secara bahasa berarti pengajaran atau pelatihan. Dengan demikian, dapat diketahui pendidikan adalah usaha pengajaran atau melatih peserta didik menjadi lebih baik Mujib dan Mudzakkir, 2006: 10. Jadi, dari beberapa istilah yang dikemukan di atas dapat diambil kesamaan bahwa pendidikan dalam Islam merupakan usaha edukasi dan proses transformasi ilmu untuk peningkatan pengetahuan yang dapat membentuk kepribadian dan akhlak yang mulia. Menurut penulis, pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang mengajarkan bagi peserta didik untuk mampu memimpin dirinya sendiri sesuai dengan ideologi Islam demi keselematan di dunia dan di akhirat. Maka, bagi penyelenggara pendidikan sudah sewajarnya menyiapkan semua fasilitias pelayanan pendidikan secara baik, karena pembentukan kepribadian peserta didik yang bercorak ke-Islaman terbentuk dari semua aspek pembelajaran dan pendidikan, seperti suasana kelas yang kondusif, atmosfer sekolah yang membahagiakan, dan kualitas pembelajaran yang baik pula. Selanjutnya, bila dikembangkan lebih jauh lagi maka semakin banyak definisi yang kita pahami baik pendidikan dalam Islam, pendidikan Islam maupun pendidikan agama Islam itu sendiri. Pendidikan agama Islam merupakan usaha membelajarkan dan proses menyampaikan pengetahuan agama Islam pada peserta didik dalam rangka mewujudkan peserta didik yang paham akan agama dan mampu mempraktikkannya dalam kehiduan sehari-hari. Kata pendidikan dapat diketahui sebagai proses bimbingan dan pengajaran untuk mendapatkan pengetahuan yang ingin dimiliki, sedangkan agama Islam merupakan penanaman pemahaman dan ideologi nilai-nilai agama pada setiap manusia untuk keselamatan di dunia dan di akhirat. Pendidikan agama Islam dapat juga diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan atau pelatihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional Shaleh, 2010: 31. Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan agama Islam merupakan upaya membina dan mendidik peserta didik untuk menjadi insan yang mulia, yang mampu memahami ajaran agama Islam dengan baik dan dapat melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut penulis, peserta didik yang dibekali dengan pemahaman dan pegamalan agama dengan baik akan mampu tampil menjadi pribadi yang cerdas, berakhlak mulia dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Pendidikan agama Islam adalah kegiatan atau usaha-usaha dalam mendidikkan agama Islam kepada peserta didik. Kata „pendidikan’ mengikuti setiap mata pelajaran, seperti pendidikan matematika, pendidikan IPA, pendidikan IPS, dan begitu pula pendidikan Agama Islam. Maka, penamaan yang tepat adalah pelajaran Agama Islam, bukan pelajaran Pendidikan Agama Islam karena yang diajarkan adalah agama Islam bukan pendidikan agama Islam. Tentu ini berbeda antara pengertian Pendidikan Agama Islam dengan Pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah nama sistem, yaitu sistem pendidikan yang Islami, yang memiliki komponen-komponen yang secara keseluruhan mendukung terwujudnya sosok muslim yang diidealkan. Pendidikan Islam ialah pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan Al-Quran dan Hadis Muhaimin, 2006: 4. Pelajaran agama Islam yang disajikan oleh dewan guru di sekolah, secara khusus pada jenjang Sekolah Menengah Atas SMA haruslah berpedoman pada kurikulum yang sedang berlaku. Karena, pada kurikulum yang ditetapkan terdapat batasan dan ruang lingkup pelajaran agama Islam. Dengan begitu, usaha pembelajaran yang dilakukan guru dapat sesuai dengan perencanaan dan dasar yang jelas untuk terwujudnya tujuan pendidikan yang ditetapkan. Pendidikan agama Islam atau pendidikan ke-Islaman, yaitu upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life pandangan dan sikap hidup seseorang. Pengertian ini dapat dijabarkan menjadi dua bentuk; pertama, Segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu seseorang atau kelompok peserta didik dalam menanamkan atau menumbuhkembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan sebagai pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari. Dan kedua, Segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah tertanamnya atau tumbuhkembangnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak Muhaimin, 2006: 5-6. “Pendidikan agama Islam adalah pembentukan manusia yang bertaqwa dengan usaha secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta membangun fitrah kemampuan dasar peserta didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya setelah melalui tahap mengetahui, berbuat, dan mengamalkannya secara vertikal dan horisontal Arifin, 2005: 175. ” Dan pembentukan manusia sesuai dengan fitrahnya hendaknya dibangun atas dasar komitmen yang sungguh-sungguh dari semua pihak, mulai dari kepala sekolah, guru, peserta didik sampai pada orang tua wali. Pendidikan Islam yaitu usaha secara sadar untuk membina, memimpin peserta didik yang berlandaskan ajaran agama, untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadi jiwanya diwarnai oleh ajaran Islam. Penekanannya pada bimbingan sekaligus pengajaran yang mengandung konotasi yang lebih luas, maka peserta didik mempunyai ruang gerak yang cukup luas untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya Mustain, 2003: 139-140. Dengan begitu, dapat diketahui bahwa pendidikan agama Islam dimaksudkan adalah mata pelajaran agama Islam, sedangan pendidikan Islam adalah usaha untuk melakukan bimbingan dan penanaman nilai- nilai Islam pada peserta didik dalam suatu pembelajaran di satuan pendidikan. Menurut penulis, dengan mengetahui perbedaan ini akan memudahkan bagi guru untuk mengklasifikasikan fungsinya lebih memaksimalkan usaha dan perencanaan pembelajaran agama Islam dengan baik. Begitu pentingnya pendidikan agama Islam, sehingga menuntut bagi lembaga penyelenggara pendidikan yang ada di Indonesia di setiap jenjang, jenis dan jalur maka wajib memasukkan pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Penetapan tentang kebijakan pemuatan pelajaran agama Islam di sekolah merupakan bentuk perjuangan umat muslim untuk tetap menjaga peserta didik yang beragama Islam, dapat memahami pondasi agama sebagai bekal menjalani hidup yang baik, memfilter perihal yang benar atau salah, dan mewujudkan peserta didik yang kenal akan Tuhannya serta menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Pendidikan agama Islam wajib diberikan pada tiap jenjang pendidikan yang ada. Adapun jenis-jenis pendidikan agama Islam itu adalah : 1. Pendidikan agama Islam formal 2. Pendidikan agama Islam nonformal 3. Pendidikan agama Islam informal 4. Pendidikan agama Islam pada anak usia dini 5. Pendidikan agama Islam jarak jauh, dan 6. Pendidikan agama Islam berbasis masyarakat Arifin, 2005: 175. Pendidikan agama Islam di lembaga-lembaga pendidikan umum memberikan kesan kepada peserta didik bahwa ilmu Islam, atau pengkajian Islam, semata-mata adalah masalah normative-dogmatik belaka. Karena itu ia memberi pesan minor kepada semua bentuk pendidikan yang menggunakan predikat Islam, suatu bentuk pendidikan eksklusif yang hanya diminati oleh orang-orang tertentu. Untuk menghindari kesan eksklusif tersebut, hendaknya dalam kurikulum pengajaran muatan materi pelajaran di lembaga pendidikan Islam mencantumkan pelajaran dengan ilmu pengetahuan umum, seperti yang dipelajari di lembaga pendidikan umum Abdullah dan M.Rusli, 2004: 12. Menurut penulis, pelajaran agama Islam sudah sewajarnya disamakan atau setara dengan pelajaran umum lainnya. Karena pada prinsipnya setiap pelajaran baik agama maupun umum bertujuan untuk membekali peserta didik memiliki pengetahuan yang membawa perubahan menjadi lebih baik, berguna bagi agama dan bangsa. Menurut