LANDASAN TEORI Manfaat Penelitian
Berbeda dengan di atas, Rowntree dalam Wina Sanjaya menyampaikan bahwa strategi pembelajaran terbagi menjadi tiga bentuk,
yaitu : 1.
Strategi penyampaian penemuan Strategi pembelajaran ini dengan memberikan bahan pelajaran kepada
peserta didik dalam bentuk jadi dan peserta didik diupayakan untuk menguasai bahan pelajaran tersebut.
2. Strategi pembelajaran kelompok
Strategi pembelajaran ini dilakukan secara beregu, dimana sekelompok peserta didik diajarkan oleh seorang atau beberapa guru.
Bentuk kelompok tersebut dapat berbentuk pembelajaran kelompok besar atau kelompok kecil. Kelemahan strategi pembelajaran
kelompok adalah tidak memperhatikan kecepatan belajar secara individual karena setiap individu dianggap sama. Sehingga peserta
didik yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh peserta didik yang memiliki kemampuan standar, dan sebaliknya peserta
didik yang memiliki kemampuan rendah akan tersingkirkan oleh peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi.
3. Strategi pembelajaran individual
Strategi pembelajaran ini lebih diutamakan bagi peserta didik yang melakukan belajar secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan
keberhasilan belajar peserta didik sangat ditentukan oleh kemampuan individu peserta didik yang bersangkutan Sanjaya, 2012: 128-129.
Dari pendapat di atas, dapat ketahui bahwa bentuk strategi pembelajaran yaitu berpusat pada peserta didik, yang mana guru hanya
menjadi fasilitator dan evaluator terhadap hasil karya peserta didiknya. Beberapa fenomena yang tidak baik yaitu adanya guru yang
menganggap strategi pembelajaran bukanlah suatu hal yang penting untuk dipakai, mereka beranggapan bahwa penyampaian materi cukup
dengan pembelajaran yang biasa dilakukan saja, sehingga peserta didik kurang paham akan materi pelajaran atau bahkan peserta didik merasa
bosan dengan cara mengajar yang disampaikan guru.
Strategi pembelajaran yang tepat guna dan tepat fungsi selain dapat memberikan pemahaman dan pengalaman yang baik bagi guru
juga menjadi hal yang baik bagi pemahaan peserta didik, maka sudah sewajarnya bagi guru untuk selalu berlatih diri dan belajar memahami
berbagai bentuk strategi pembelajaran yang ada. Apalagi pada zaman
dewasa ini, para guru dituntut untuk mengimbangi pola dan perkembangan peserta didik di tengah informasi dan teknologi yang
terbuka luas, agar nantinya materi pelajaran tetap menjadi hal yang terbaik dan menarik bagi kebutuhan peserta didik dalam belajarnya.
Dalam artikel Saskatchewan Education dikemukakan bahwa strategi pembelajaran terbagi menjadi lima bentuk, yaitu :
1. Strategi pembelajaran langsung
Strategi ini berpusat pada guru, dan paling sering digunakan. Pada strategi ini termasuk di dalamnya metode-metode ceramah,
pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan. Strategi ini efektif digunakan untuk memperluas informasi dan
mengembangkan keterampilan langkah demi langkah.
2. Strategi pembelajaran tidak langsung
Strategi ini lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam melakukan observasi dan pembentukan hipotesis, sedangkan guru
menjadi fasilitator yang merancang kondisi belajar menjadi menyenangkan dengan melibatkan seluruh peserta didik agar aktif
memberikan umpan balik dalam pembelajaran.
3. Strategi pembelajaran interaktif
Strategi ini berbentuk diskusi dan saling berbagi di antara peserta didik, dengan dikembangkan rentang pengelompokkan dan metode-
metode interaktif, seperti diskusi kelas, diskusi kelompok kecil, dan kerja kelompok.
4. Strategi pembelajaran melalui pengalaman
Strategi ini berpusat pada peserta didik dan berorientasi pada aktivitas. Strategi ini menekankan pada proses belajar bukan pada
hasil belajar, sehingga guru dapat menggunakan strategi ini baik di dalam kelas dengan metode simulasi, maupun di luar kelas dengan
metode observasi, metode karyawista guna memperoleh gambaran pendapat umum.
5. Strategi pembelajaran mandiri
Strategi ini bertujuan membangun inisiatif individu, perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru Majid, 2013:
11-12.
Pada poin pertama di atas, penulis mengkorelasikan strategi pembelajaran langsung sama seperti yang dikemukan oleh kaum
esensialis. Konsep pendidikan esensialis memfokuskan pada
pembelajaran yang melatih peserta didik dapat berkomunikasi dengan jelas dan logis, seperti membaca menulis, berhitung. Oleh karena itu,
guru memiliki faktor lebih dan bertanggungjawab. “Menurut filsafat
esensialisme, pendidikan sekolah harus bersifat praktis dan memberi pengajaran yang logis yang mempersiapkan untuk hidup mereka, sekolah
tidak boleh mempengaruhi atau menetapkan kebijakan-kebijakan sosial Ma’ruf, 2014: 94.”
Dapat dimaknai bahwa konsep pendidikan esensialis menekankan pada ketetapan melaksanakan nilai-nilai budaya atau kebiasaan yang telah
ada, tentu kebiasaan ini adalah kebiasaan positif yang membawa manfaat bagi peserta didik, guru, dan lembaga pendidikan. Jika dihubungkan
dengan pelajaran PAI, melalui konsep ini hendaknya guru yang memakai strategi pembelajaran langsung mengajak peserta didik untuk memahami
dasar dan prinsip akan nilai-nilai ajaran Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pada poin kedua sampai kelima merupakan bentuk dari konsep pendidikan konstruktivis. Konsep konstruktivis menekankan
pada aktivitas peserta didik, lebih melihat pada aspek proses bukan pada hasilnya. Guru harus memberikan ruang kreativitas dan bimbingan bagi
peserta didik, karena pencapaian dalam pembelajaran sesungguhnya tergantung pada intensitas dan kuantitas belajar peserta didik tentang
suatu hal. “Menurut falsafat konstruktivis, satu prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Peseta didik harus aktif membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya Silaban, 2006: 7.
” Dapat dimaknai bahwa konsep pendidikan kontruktivis sejalan
dengan strategi pembelajaran yang diuraikan di atas. Penggunaan strategi pembelajaran yang menekankan pada aktivitas dan proses belajar peserta
didik akan mampu membentuk pengetahuan dan pemahaman yang utuh atas suatu materi pelajaran. Secara khusus dalam pelajaran PAI, konsep
konstruktivis atau strategi pelajaran yang digunakan guru sepatutnya sudah mengarahkan peserta didik untuk memahami proses pelajarannya
dan mengamalkan pelajaran agama melalui pembiasaan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Dari kutipan artikel di atas tentang strategi pembelajaran, penulis berpendapat bahwa lima bentuk strategi pembelajaran tersebut
merupakan bentuk yang patut diketahui oleh guru dalam merencanakan
pembelajarannya di dalam kelas, agar tujuan pendidikan yang ditetapkan dapat tercapai. Menurut penulis, bentuk strategi pembelajaran terdiri dari
empat bentuk, yaitu : 1.
Strategi penemuan pembelajaran Strategi ini menekankan pada sikap dan usaha guru untuk berkreasi
dan kreatif menemukan ide dan mengkombinasikannya dengan pengalaman yang didapat dalam pembelajaran yang berlangsung.
2. Strategi proses pembelajaran
Strategi ini menekankan pada rutinitas pelaksanaan pembelajaran yang sedang berlangsung, bagi guru harus tetap menjalankan
pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, berkomitmen pada penyampaian pengetahuan agar terwujudnya
pemahaman yang utuh bagi peserta didik sehingga dapat memberikan perubahan ke arah yang baik.
3. Strategi pengulangan pembelajaran
Strategi ini menekankan pada pengulangan atau evaluasi dari pembelajaran yang telah dilakukan, agar di hari berikutnya dapat
melakukan pembelajaran dengan baik dan menarik.
4. Strategi berkelanjutan pembelajaran
Strategi ini menekankan pada upaya guru untuk tetap membimbing dan memantau perkembangan pengetahuan peserta didik, dalam hal
implementasi dari pengetahuan yang diperolehnya.