Epidemiologi Tuberkulosis Prevalensi overdiagnosis TB anak berdasarkan sistem skor TB anak dan faktor yang mempengaruhinya di puskesmas wilayah kota Tangerang Selatan periode Januari 2010-Agustus 2013

Provinsi yang mempunyai angka sesuai target yang diharapkan target sekitar 15 sebanyak 1 provinsi 3 yaitu Jawa Barat. Provinsi yang mempunyai angka diatas target sebanyak 1 provinsi 3 yaitu Jawa Barat. Bila dibandingkan antara tahun 2010 dengan tahun 2011 terdapat 15 45,5 provinsi yang mengalami peningkatan, tertinggi Maluku 2 dan terendah Jawa Timur dan Banten 0,1. Provinsi yang mengalami penurunan sebanyak 18 provinsi 81,8, tertinggi Bengkulu 1,6 dan terendah Sumatera Utara 0,2.

2.2 Etiologi dan Cara Penularan TB

Agen tuberkulosis, Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis, dan Mycobacterium africanum, merupakan anggota ordo Actinomisetales dan famili Mikobakteriaseae. Hanya biasanya yang sering menyerang manusia adalah Mycobacterium tuberculosis. Basili tuberkel adalah batang lengkung, gram positif lemah, pleomorfik, tidak bergerak, tidak membentuk spora, panjang sekitar 2 – 4 µm. Dinding sel kaya lipid menimbulkan resistensi terhadap daya bakterisid antibodi dan komplemen. Tanda semua mikrobakteria adalah ketahanan asamnya, kapasitas membentuk kompleks mikolat stabil dengan pewarnaan arilmetan seperti kristal violet, karbolfukhsin, auramin, dan rodamin. Mikrobakterium tumbuh lambat, waktu pembentukannya adalah 12-24 jam. Isolasi dari spesimen klinis pada media sintetik padat biasanya memerlukan waktu 3-6 minggu, dan uji kerentanan obat memerlukan 4 minggu tambahan. Namun, pertumbuhan dapat dideteksi dalam 1-3 minggu pada medium cairan selektif dengan menggunakan nutrient radiolabel sistem radiometrik BACTEC. 8 Cara penularan TB :  Sumber penularan adalah pasien TB dengan BTA positif.  Pada waktu bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk dahak droplet nuclei. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.  Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan dan sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.  Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, pasien tersebut makin mudah menularkan ke orang lain.  Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Risiko penularan :  Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.  Risiko penularan ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection ARTI yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1 menunjukkan 10 orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.  ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3.  Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.

2.3 Patogenesis Tuberkulosis

2.3.1 Tuberkulosis primer

Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei di udara sekitar. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab, kuman dapat bertahan berhari-hari bahkan hingga berbulan-bulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang sehat maka ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan membentuk sarang tuberkulosis kecil yang disebut sarang primer atau fokus Ghon. Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru dan sering menyerang pada daerah apeks paru pada orang dewasa. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus limfangitis lokal dan juga diikuti pembesaran KGB hilus limfadenitis regional. Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :  Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.  Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya 5mm dan ±10 di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dorman.  Berkomplikasi dan menyebar secara : 1 Bronkogen, menyebar ke paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya. 2 Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. 3 Limfogen dan hematogen, ke organ-organ lainnya. Reaksi jaringan dalam parenkim paru dan limfonodi intensif pada 2 – 12 minggu berikutnya terjadi karena hipersensitivitas jaringan. Bagian parenkim kompleks primer sering menyembuh secara sempurna dengan fibrosis atau kalsifikasi sesudah mengalami nekrosis perkijuan dan pembentukan kapsul. Kadang-kadang bagian ini terus membesar, menimbulkan pneumonitis dan pleuritis setempat. Jika perkijuan besar, pusat lesi mencair dan mengosongkan daerah bronkus terkait maka akan meninggalkan rongga sisa kaverna. Gambar 2.3. Perjalanan penyakit tuberkulosis Sumber : Robbins and Cotran ’s Pathologic Basis of Disease.2005 9

2.3.2 Tuberkulosis pasca primer tuberkulosis sekunder

Kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa TB sekunder. Mayoritas reinfeksi mencapai 90. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun, seperti AIDS, malnutrisi, neoplasma, alkohol, dan gagal ginjal. Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru. Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru. Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang, yakni: 1 sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini tidak memerlukan terapi lagi, 2 sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna, 3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh. Sarang bentuk ini dapat sembuh spontan, tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi kembali, sebaiknya diberi pengobatan yang sempurna juga.

2.4 Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis

Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe pasien adalah :  Menentukan paduan pengobatan yang sesuai  Mencegah pengobatan yang tidak adekuat  Menghindari pengobatan yang tidak perlu  Standarisasi proses dan pengumpulan data  Menentukan prioritas pengobatan TB, dalam situasi dengan sumber daya yang terbatas  Melakukan registrasi kasus dengan benar  Memonitor kemajuan dan efektifitas progam secara akurat  Analisis kohort hasil pengobatan, sesuai dengan klasifikasi dan tipe pasien tuberkulosis 1. Pembagian berdasarkan organ tubuh yang terkena : a Tuberkulosis paru Tuberkulosis yang menyerang parenkim paru. Tidak termasuk pleura dan kelenjar pada hilus. b Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ selain paru, seperti selaput otak, tulang, persendian, kelenjar limfe, dan lain-lain.