Etiologi dan Cara Penularan TB

2.3.2 Tuberkulosis pasca primer tuberkulosis sekunder

Kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa TB sekunder. Mayoritas reinfeksi mencapai 90. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun, seperti AIDS, malnutrisi, neoplasma, alkohol, dan gagal ginjal. Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru. Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru. Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang, yakni: 1 sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini tidak memerlukan terapi lagi, 2 sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna, 3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh. Sarang bentuk ini dapat sembuh spontan, tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi kembali, sebaiknya diberi pengobatan yang sempurna juga.

2.4 Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis

Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe pasien adalah :  Menentukan paduan pengobatan yang sesuai  Mencegah pengobatan yang tidak adekuat  Menghindari pengobatan yang tidak perlu  Standarisasi proses dan pengumpulan data  Menentukan prioritas pengobatan TB, dalam situasi dengan sumber daya yang terbatas  Melakukan registrasi kasus dengan benar  Memonitor kemajuan dan efektifitas progam secara akurat  Analisis kohort hasil pengobatan, sesuai dengan klasifikasi dan tipe pasien tuberkulosis 1. Pembagian berdasarkan organ tubuh yang terkena : a Tuberkulosis paru Tuberkulosis yang menyerang parenkim paru. Tidak termasuk pleura dan kelenjar pada hilus. b Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ selain paru, seperti selaput otak, tulang, persendian, kelenjar limfe, dan lain-lain. Pasien dengan TB paru dan TB ekstra paru diklasifikasikan sebagai TB paru. 2. Pembagian berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, ditujukan terutama pada TB paru. a Tuberkulosis paru BTA positif  Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.  1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.  1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.  1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika selain OAT. b Tuberkulosis paru BTA negatif Kriteria TB paru negatif harus meliputi :  Paling tidak 3 spesimen dahak SPS dengan hasil BTA negatif  Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika selain OAT, bagi pasien dengan HIV negatif  Foto toraks abnormal sesuai dengan gambaran tuberkulosis  Ditentukan dipertimbangkan oleh dokter untuk diberi pengobatan  Catatan : pasien TB paru tanpa hasil pemeriksaan dahak tidak dapat diklasifikasikan sebagai BTA negatif, lebih baik dicatat sebagai “pemeriksaan dahak tidak dilakukan” 3. Pembagian berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya a Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 4 minggu. Pemeriksaan BTA bisa positif atau negatif.