Hubungan antara antara uji tuberkulin dengan kejadian overdiagnosis TB anak Hubungan antara foto toraks dengan kejadian overdiagnosis TB anak

4.3 Keterbatasan Penelitian

1. Belum adanya penelitian sebelumnya mengenai overdiagnosis TB pada anak sehingga tidak ada pembanding bagi peneliti dalam mengkoreksi hasil penelitian. 2. Penelitian ini masih bersifat deskriptif analitik, hanya memaparkan keadaan dan sifat masalah variabel tertentu yang erat hubungannya dengan timbulnya masalah. 39

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Prevalensi overdiagnosis TB anak berdasarkan sistem skoring TB anak di puskesmas wilayah kota Tangerang Selatan dari bulan Januari 2010 – Agustus 2013 sebesar 28 2. Kejadian TB anak lebih banyak terjadi pada kelompok usia 0-5 tahun, yakni sebesar 57,9. 3. Persentasi skoring terbanyak yakni jumlah skoring sebesar enam 6 dengan total 29 dari keseluruhan skoring. 4. Terdapat hubungan bermakna antara kejadian overdiagnosis TB anak dengan ada tidaknya formulir skoring TB anak p 0,000, tingkat pengetahuan petugas TB terhadap penyakit TB p 0,013, uji tuberkulin p 0,000, dan foto toraks p 0,000.

5.2 Saran

1. Formulir skoring TB anak sebaiknya ditempel pada meja petugas TB atau di tempat yang mudah terlihat lainnya agar petugas tidak mudah lupa dan mengurangi terjadinya overdiagnosis TB anak 2. Perlunya sumber data tambahan dari Dinkes agar poin-poin penilaian data sistem skoring TB anak lebih lengkap. 3. Perlunya dokter sebagai pendamping untuk setiap petugas TB yang berprofesi selain dokter sesuai catatan Depkes IDAI 4. Adanya data mengenai kegiatan pelatihan setiap petugas TB puskesmas. 5. Form TB.01 puskesmas sebaiknya mengikuti form TB.01 Rumah Sakit Fatmawati karena sudah tertera sistem skoring TB anak pada bagian depan formulir sehingga mempermudah proses diagnosis TB pada anak. 6. Meneliti hubungan kejadian overdiagnosis TB anak dengan kemungkinan terjadinya gejala efek samping OAT pada anak DAFTAR PUSTAKA 1. Sylvia AP, Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol.2 Ed.6.Jakarta:EGC;2005. 2. Eamranond P, Jaramillo E. Tuberculosis in children: reassing the need for improved diagnosis in global control strategies. Int J Tuberc Lung Dis 2001; 5:594-603. 3. Rigouts L. Diagnosis of childhood tuberculosis. Eur J Pediatr. 2009; 168:1285- 90. 4. Depkes, IDAI. Diagnosis dan tatalaksana tuberkulosis anak.2008. 5. Ditjen PP PL Kemenkes RI. Laporan situasi terkini perkembangan tuberkulosis di Indonesia Juni-Juli 2011. [Cited 22 september 2012] available from http:www.tbindonesia.or.idpdf2011IndonesiaReport2011.pdf . 6. Subdit, TB. 2010. Situasi Epidemiologi TB di Indonesia. [Cited 5 September 2013] at http:tbindonesia.or.idpdfData_tb_1_2010pdf . 7. Sudoyo AW, et. al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III.ed.5. Jakarta:Interna Publishing;2009. 8. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. vol.2.ed 15.Jakarta:EGC;2000. 9. Kumar, Abas, Fausto. Robbins and Cotran’s Pathologic Basis of Disease.ed 7. 2005. 10. DEPKES. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Ed.7.2007. 11. Hesseling AC, Schaaf HS, Gie RP, Starke JR., Beyers N. A Critical review of diagnostic approaches used in the diagnosis of childhood tuberculosis. Int J Tuberc Lung Dis.2002;6:1038-45. 12. Riduwan. Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. alfabeta Bandung; 2002. 13. Dahlan, MS. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Seri 3. ed.2. Jakarta : Sagung Seto;2010. 14. Dahlan, MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. ed.4. Jakarta : Salemba Medika;2009.