Gejala Klinis TB Prevalensi overdiagnosis TB anak berdasarkan sistem skor TB anak dan faktor yang mempengaruhinya di puskesmas wilayah kota Tangerang Selatan periode Januari 2010-Agustus 2013

Catatan :  Diagnosis dengan sistem skor ditegakkan oleh dokter  Berat badan dinilai saat pasien datang moment opname.  Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skor TB anak  Foto toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak  Anak didiagnosis TB jika jumlah skor ≥6 skor maksimal 13  Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut.  Jika menemukan suatu keadaan seperti 1 foto rontgen menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi pleura, 2 gibbus, koksitis, 3 tanda bahaya: kejang, kaku kuduk, penurunan kesadaran, atau sesak napas maka lebih baik dirujuk.  Jika dijumpai sklofuroderma, pasien dapat langsung didiagnosis tuberkulosis Rumah Sakit Fatmawati sebagai Rumah Sakit rujukan wilayah Jakarta Selatan khususnya di poliklinik anak telah menggunakan formulir TB.01 yang sudah dimodifikasi dengan ditambahkannya tabel sistem skoring TB anak pada bagian depan formulir. Gambar 2.4 Formulir TB.01 Rumah Sakit Fatmawati Sumber: Diagnosis dan tatalaksana tuberkulosis anak, 2008 4 Sedangkan pada formulir TB.01 puskesmas yang dikeluarkan oleh DepKes tidak menampilkan adanya tabel sistem skoring TB anak karena formulir tersebut secara umum digunakan untuk penderita TB, baik dewasa maupun pada anak. Gambar 2.5 Formulir TB.01 Puskesmas Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Pasien dengan jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6, harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT Obat Anti Tuberkulosis. Alur tatalaksana dapat dilihat pada gambar di bawah. Gambar 2.4. Alur diagnosis dan tatalaksana TB anak di puskesmas.

2.7 International Standart for Tuberculosis Care ITSC

10 International Standart for Tuberculosis Care ITSC merupakan standar yang melengkapi guideline progam penanggulangan TB nasional yang konsisten dengan rekomendasi WHO. Standar untuk diagnosis : Standar 1: Setiap orang dengan batuk produktif selama 2-3 minggu atau lebih, yang tidak jelas penyebabnya, harus dievaluasi untuk tuberkulosis. Standar 2: Semua pasien dewasa, remaja, dan anak yang diduga menderita tuberkulosis paru harus menjalani pemeriksaan dahak mikroskopik minimal 2 kali yang diperiksa di laboratorium yang kualitasnya terjamin. Jika mungkin paling tidak satu spesimen harus berasal dari dahak pagi hari. Standar 3: Semua pasien dewasa, remaja, dan anak yang diduga menderita tuberkulosis ekstra paru, spesimen dari bagian tubuh yang sakit seharusnya diambil untuk pemeriksaan mikroskopik, biakan, dan histopatologi. Standar 4: Semua orang dengan temuan foto toraks diduga tuberkulosis seharusnya menjalani pemeriksaan dahak secara mikrobiologi. Standar 5: Diagnosis tuberkulosis paru sediaan apus dahak negatif harus didasarkan kriteria berikut minimal dua kali pemeriksaan dahak mikroskopik negatif.termasuk minimal 1 kali dahak pagi hari; temuan foto toraks sesuai tuberkulosis; dan tidak ada respon terhadap antibiotik spektrum luas. Standar 6: Pada semua anak yang diduga menderita tuberkulosis intratoraks konfirmasi bakteriologis harus dilakukan dengan pemeriksaan dahak dengan cara batuk, kumbah lambung, atau induksi dahak untuk pemeriksaan secara mikroskopik dan biakan. Jika hasil bakteriologis negatif, diagnosis tuberkulosis harus didasarkan pada kelainan radiografi toraks sesuai tuberkulosis, pajanan pada kasus tuberkulosis yang menular, bukti infeksi tuberkulosis uji tuberkulin positif atau interferon gamma release assay dan temuan klinis yang mendukung ke arah tuberkulosis. Untuk anak yang diduga menderita tuberkulosis ekstra paru, spesimen