Pola pembentukan konfiks {ke--an}

a. ”Dan akhirnya aku solat bersama-sama di Masjid ketemu kawan- kaw anku.”DN 22 b. ”Saya sangat senang bisa ketemu nenek.” DN 24 Bentuk ketemu pada penggalan kalimat di atas merupakan wujud interferensi yang berasal dari prefiks {ke-} + morfem dasar temu atau prefiks {ke-}+ morfem dasar. Bentuk interferensi dengan prefiks {ke-} tidak mengalami perubahan karena morfem dasar yang ditemui diawali dengan konsonan, yaitu morfem t. Pembentukan ini dipengaruhi oleh sistem morfologi pembentukan DB, yaitu ketemu. Yaitu KD + {ke-}-ke-KD Temu-{ke-}+KD-{ke-}+temu-ketemu Pembentukan kata tersebut berpengaruh terhadap BI yang digunakan murid, sehingga salah atau tidak baku. Bentukan ketemu sebenarnya telah ada padanannya dalam BI baku. Menurut bahasa Indonesia baku, kata temu + prefiks {ber-} menjadi bertemu. Jadi pembentukan kata yang benar pada kalimat tersebut adalah: ”Dan akhirnya aku bertemu kawan-kawanku saat solat bersama-sama di Masjid.”,”Saya sangat senang bisa bertemu nenek.” c. ”Sakit sekali duri ikan itu ketelan.” DN 23 Bentuk ketelan pada penggalan kalimat di atas merupakan interferensi yang terjadi pada BI dari KD + prefiks {ke-}. Bentuk ini merupakan wujud interferensi DB yang terjadi pada BI karena pada pembentukannya dipengaruhi oleh sistem morfologi DBdari KD tersebut berpengaruh terhadap bahasa murid, sehingga digunakan kata ketelan dalam karangan BI. Padahal penggunaan bentuk ketelan adalah salah atau tidak baku dalam BI. Menurut BI baku, untuk menyatakan makna „ketidaksengajaan’ telan adalah sebagai berikut: 1 KD + prefiks {ter-} 2 Telan + ter- à ter- + telan 3 tertelan Prefiks {ter-} pada tertelan memiliki maksud ketidaksengajaan. Dengan kata lain, bentuk ketelan DB berpadanan dengan tertelan BI. Jadi kalimat yang benar untuk penggalan kalimat tersebuta dalah : ”Sakit sekali duri ikan itu tertelan .” d. “Saat bersepeda kemarin, aku dan Andi hampir ketabrak motor.” DN 8 Bentuk kata ketabrak merupakan interferensi berasal dari KD tabrak mendapat prefiks {ke-}. Pembentukan ini dipengaruhi sistemDB penggunaan prefiks {ke- } untuk makna ’ketidaksengajaan’. Kemudian mempengaruhi bahasa tulis murid, sehingga digunakan kata ketabrak dalam karangan BI yang merupakan interferensi DB. Padahal penggunaan bentuk tersebut salah atau tidak baku dalam BI. MenurutBI baku, kata dasar tabrak + prefiks {ter-} -{ter-} + tabrak -tertabrak. Jadi kalimat yang benar adalah : “Saat bersepeda kemarin, aku dan Andi hampir tertabrak motor.” e. ”...dan kelerengku keambil Andi karena kalah.” DN 9 Bentuk kata keambil merupakan wujud interferensi DB pada karangan BI murid. Kata keambil terbentuk dari KD + prefiks {ke-} ambil + {ke-} -{ke-} + ambil ke-ambil -keambil Pola pembentukan ini dipengaruhi oleh sistem pembentukan DB dengan prefiks {ke-} dengan pembentukannya sebagai berikut. Menurut BI baku, pola pembentukan untuk menyatakan makna’’ketidaksengajaan’’ ambil adalah sebagai berikut: KD + prefiks {ter-} ambil + {ter-} -{ter-} + ambil ter-ambil -terambil Jadi berdasarkan BI baku, penggunaan pembentukan yang benar adalah : ”...dan kelerengku terambil Andi karena kalah.” f. ”Saat ulang tahun Tiara, ternyata makananku kebawa Dewi.” DN 12 Bentuk kata kebawa merupakan wujud interferensi DB padakarangan BI murid yang menyatakan makna ’ketidaksengajaan’. Menurut pola pembentukannya, keambil terbentuk sebagai berikut. KD + prefiks {ke-} bawa + {ke-} - {ke-} + bawa ke-bawa -kebawa Menurut BI baku, pola pembentukan untuk menyatakan makna ’ketidaksengajaan’ ini seharusnya menggunakan penambahan prefiks{ter-}. Sebagai berikut: 1 KD + prefiks {ter-} 2 bawa + {ter-} →{ter-} + bawa 3 ter-bawa →terbawa Jadi berdasarkan BI baku, penggunaan pembentukan yang benar adalah : ”Saat ulang tahun Tiara, ternyata makananku terbawa oleh Dewi.” Tabel 4.2 Pola Pembentukan Prefiks {ke-} NO Kata Interferensi DB Bahasa Indonesia Baku Keterangan 1 temu ketemu bertemu DN 22,24 2 telan ketelan tertelan DN 23 3 tabrak ketabrak tertabrak DN 8 4 ambil keambil terambil DN 9 5 bawa kebawa terbawa DN 12

3. Pola pembentukan prefiks nasal {N-}

Pembentukan kata dengan prefiks {N} beralomorf dalam Dialek Betawi berpengaruh terhadap pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Pada pola pembentukan prefiks nasal {N-} juga terjadi proses luluh. Menurut Muhajir 63 , “peluluhan adalah proses hilangnya fenomena hambat tak bersuara p, t ,c, k dan s fonem dasar tak bersuara dan semivocal w akibat digabungkannya dengan awalan {N-} ”. Fonem-fonem tersebut luluh menjadi nasal yang sealat. 63 Muhajir. Op.cit. hlm