Bahasa Interferensi morfologi dialek betawi terhadap bahasa Indonesia dalam karangan eksposisi siswa kelas VIII di MTS Nurul Anwar Bekasi Utara Tahun pelajaran 2013/2014
dwibahasawan ”
17
.Dari beberapa pendapat pakar bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara
bergantian, baik secara lisan maupun tertulis oleh satu individu atau kelompok masyarakat. Kedwibahasaan dapat terjadi apabila ada dua bahasa atau lebih
dalam masyarakat. Keadaan sepertiini terdapat pula di negara kita, di samping bahasa Indonesia terdapat juga bahasa daerah. Istilah penting yang
berhubungan dengan kedwibahasaan antara lain adalah dwibahasawan. Dwibahasawan adalah seseorang yang yang mempunyai kemampuan
menggunakan dua bahasa secara berganti-ganti. Lado menjelaskan bahwa “seorang dwibahasawan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan
sama atau hampir sama baiknya, maksudnya menguasai kedua bahasa yang dimilikinya sama fasih, tetapi cukup apabila ia dapat menyatakan diri dalam
dua bahasa tersebut atau dapat memahami apa yang dikatakan atau ditulis dalam
bahasa itu”
18
. Bloomfield menekankan bahwa “seseorang baru disebut
dwibahasawan apabila mereka memiliki memampuan menggunakan dua bahasa yang sama baiknya. Hampir setiap warga negara Indonesia dapat
menguasai bahasa Indonesia secara baik di samping bahasa daerahnya masing-masing. Weinreich mengemukakan tipe kedwibahasawan tersebut
didasarkan pada derajat atau tingkat penguasaan seseorang terhadap keterampilan berba
hasa”
19
. Mereka menguasai kedua bahasa itu secara baik, mereka tidakdapat menggunakan kedua bahasa itu secara sembarangan
Maksudnya, mereka menggunakan bahasa tersebut tidak pada sembarang tempat, sembarang situasi, dan bahasa daerah dan bahasa asing. Penggunaan
bahasa-bahasa tersebut harus sesuai dengan pola pemakaian bahasa yang sesuai dengan fungsi kemasyarakatan, situasi serta konteksnya.
Setiap bahasa mempunyai fungsi dan peranan masing-masing. Lamuddin Finoza “dalam literatur bahasa para ahli merumuskan fungsi
bahasa secara umum ada empat: sebagai alat berkomunikasi, alat
17
Nuryani dan Dona Aji karunia Putra, Psikolinguistik Jakarta Ciputat-Tangerang Selatan: Mazhab Ciputat 2013 hlm.176
18
Ibid,hlm. 176
19
Ibid, hlm. 178
mengekspresikan diri, alat berintegrasi dan beradaptasi sosial, alat kontrol sosial dan sebagai alat untuk berpikir dan secara khusus bahwa fungsi bahasa
yang harus kita pahami ada dua yaitu: Sebagai bahasa nasional dan bahasa negara”
20
. Hal senada juga sebutkan secara umum “fungsi bahasa ada tiga: alat komunikasi, alat ekspresi, dan alat berpikir, ketika seseorang menggunakan
bahasa ada sesuatu yang ingin disampaikan berupa informasi , informasi tersebut bisa ditrasformasi dua arah seperti dialog dan yang disampaikan
searah seperti pidato”
21
. Maka bahasa daerah lazim digunakan dalam situasi pembicaraan yang tidak resmi, kekeluargaan, kedaerahan, dan tradisional
bahasa Indonesia atau bahasa nasional digunakan dalam situasi pembicaraan yang bersifat kenegaraan, kedinasan, keilmuan, kenasionalan, dan modern.
Situasi kebahasaan seperti ini memungkinkan terjadinya penggunaan bahasa yang tumpang tindih karena adanya kontak bahasa. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa dwibahasawan adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam
menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian.
Akibat dari masyarakat yang bilingual ditambah dengan adanya kontak bahasa, muncul berbagai peristiwa bahasa antara lain berupa peminjaman
unsur kebahasaan, peminjaman dengan pengubahan, alih kode dan campur kode, serta interferensi baik secara lisan maupun secara tertulis. Dari beberapa
pengertian tentang dwibahasawan, maka penggunaan BI dalam bidang pendidikan formal dan bahasa daerah dalam pergaulan merupakan salah satu
bukti bahwa murid MTs. Nurul Anwar Bekasi Utara adalah dwibahasawan