Faktor Penyebab Timbulnya Interferensi

Masuknya pengaruh bahasa daerah ke BI sekaligus membawa interferensi, salah satu sasarannya adalah morfologi. Sebagai contoh adalah imbuhan. Bila dibandingkan pemakaian awalan BI sekarang dengan pemakaiannya dalam bahasa Melayu dahulu perubahan awalan jelas kelihatan. Ada unsur yang dahulu dipakai dalam Dialek Melayu sebagai awal BI, sekarang tidak dipakai lagi, dan sebaliknya. ada juga imbuhan dan bahasa daerah yang lain tiba-tiba muncul dalam BI, menggeser kedudukan imbuhan lain, misalnva imbuhan, {ke-}. Interferensi di bidang morfologi dari bahasa daerah ke BI terjadi apabila morfologi bahasa daerah mempengaruhi morfologi BI dan menyebabkan penyimpangan. Bisa berupa penyerapan afiks, bisa penghilangkan afiks, dan bisa bersaing pemakaiannya. ”Interferensi morfologi terjadi apabila dalam pembentukan katanya sesuatu bahasa menyerap afiks- afiks bahasa lain.” 29 dan Abdul Chaer dan Leony Agustina, juga mengemukakan bahwa “interferensi morfologi, antara lain terdapat dalam pembentukan kata dengan afiks ” 30 .Interferensi morfologi terjadi karena adanya pembentukan kata dengan menggunakan afiks bahasa pertama ke dalam bahasa kedua bahasa target atau sebaliknya. Seperti dikatakan 31 Suwito bahwa “interferensi morfologi terjadi apabila dalam pembentukan kata-kata suatu bahasa menyerap afiks-afiks bahasa lain ”. Dalam hal ini sistem pembentukan kata bahasa Betawi berpengaruh terhadap pembentukan kata bahasa Indonesia baku. Dengan demikian bentuk katabahasa Indonesia menjadi bentuk kata tidak baku Interferensi di bidang tata bahasa dapat terjadi kalau dwibahasawan mengidentifikasi morfem, kelas morfem, atau hubungan ketatabahasaan padasistem bahasa pertama dan mempraktekannya dalam tuturannya pada bahas kedua atau sebaliknya. Contoh dari jenis interferensi ini adalah: 1 Di desaku setiap panen tiba kelihatan ramai. Kata kelihatan 29 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, Op. Cit. hlm. 123 30 Ibid, hlm 123 31 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Suatu Pengantar, Op. Cit., hlm. 162 terpengaruh bahasa Betawi , 2…sampai aku dan adikku ketiduran. Ketiduran berasal dari kata tidur dan mendapat imbuhan {ke-an}. 3 Aku solat bersama- sama di Masjid ketemu kawan-kawanku. Bentukan kata ketemu berstruktur bahasa Betawi. Afiks {ke-}. Bentukan kata yang baku adalah terlihat, tertidur dan bertemu. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh Muhajir 32 ”salah satu jenis interferensi morfologi adalah penggunaan afiks nasal ”. Pembentukan kata dalam DB Dialek Betawi afiks nasal {N} merupakan salah satu alat yang digunakan sebagai pembentuk kata. Fonem awal k, p, t, s dalam DB Dilek Betawi luluh apabila ditambah dengan afiks nasal seperti halnya dalam BI. Akibatnya fonem yang muncul adalah fonem yang homorgan. Namun, berbeda dengan bahasa Indonesia fonem c dalam DB juga luluh dalam proses tersebut. Muhajir 33 , bahwa “pembentukan kata dengan prefiks {N-} Prefiks {N} mempunyai alomorf m-, n-. Variasi bentuk kata dengan prefiks {N} menurut Muhajir 34 sebagai berikut: a {N} berbentuk m apabila morfem dasar bermula dengan p, b, w, tetapi p, wluluh. b {N} berbentuk n apabila morfem dasar bermula dengan t, th, d, dh yang dalam hal ini t, th luluh. c {N} berbentuk ng apabila morfem dasar bermula dengan vokal dan k, g, r , l, y, tetapi k luluh. d {N} berbentuk ny apabila morfem dasar bermula dengan s, c, j tetapi s, c, luluh. e {N} berwujud nge apabila morfem dasar terdiri atas satu suku,{N} berwujud kosong atau zero, apabila morfem dasar bermula dengan nasal “Interferensi morfologi juga terjadi dalam pembentukan kata yang unsurnya berupa gabungan unsur DB dan BI. Kata yang dimaksud terbentuk dari penggabungan kata dasar yang berasal dari DB dan afiks 32 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta Afiksasi dan Reduplikasi Jakarta: Djambatan Anggota IKAPI 1984hlm. 48-50 33 Ibid, hlm. 48 34 Ibid, hlm. 48-51 dari bahasa Indonesia” 35 . Pembentukan unsur gabungan itu oleh pemakai tampaknya dimaksudkan untuk memberikan kesan bahwa bentukan kata yang digunakan berupa kata bahasa Indonesia. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam bentukan kata semacam itu terdapat interferensi bahasa. Bentukan kata dengan sufiks {-an} dalam DB mempengaruhi pembentukan kata dalam BI. Contoh: kaum kantoran di kota menjadi lebih konsumtif. Dalam bahasa Indonesia kata benda yang digunakan untuk menyatakan tempat tidak perlu lagi ditambah dengan sufiks {-an}. Jadi, bentuk dalam bahasa Indonesia bukan kantoran, melainkan kantor.

D. Morfologi

1. Pengertian Morfologi

Sebelum menjelaskan interferensi morfologi, penulis ingin menjelaskan pengertian morfologi dari beberapa ahli. Secara etimologi atau asal usul kata, kata morfologi berasal dari “morf” yang berarti bentuk, dan kata logi atau logos yang artinya “ilmu”. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk ” 36 . “Morfologi ialah mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal ” 37 . Ramlan menyatakan bahwa “Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk- beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata atau morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik ” 38 . Morfem menurut Hockett dalam Muhajir, adalah “elemen terkecil yang secara individual mengandung arti” 39 . Dengan kata lain, jika ada bagian dari kata yang tidak memiliki arti tidak dapat dikaji dalam 35 Mustakim, Op. Cit., hlm. 34 36 Hindun,Kebahasaan Morfologi dan Sintaksis. Jakarta: MC.MAZHAB CIPUTAT. 2014 hlm. 20 37 J.W.M. Verhaar. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS. 2010 hlm. 97 38 Henry Guntur Tarigan. Pengajaran Morfologi.Bandung: Angkasa 2009 hlm. 4 39 Muhajir. Op. Cit. Hlm. 15