5. M. Irfan
3 Tiga 30 juz
2 Tahun 6.
Nurul 3 Tiga
24 Juz 4 Tahun
7. Rizkiyah
5 Lima 10 Juz
3 Tahun Sumber:wawancara langsung dengan para informan.
Dari tabel ini dapat disimpulkan bahwa tidak semua mahasiswai yang dijadikan sebagai informan sudah menghafal hingga juz 30. Tapi ada yang 24 juz,
15 juz, 10 juz, dan 6 juz. Begitu juga dengan lama waktu yang ditempuh dalam menghafal yang berbeda-beda. Perbedaan-perbadaan ini disebabkan oleh
kemampuan masing-masing individu dalam menghafal. Hal ini juga berkaitan dengan lingkungan atau tempat mereka menghafal seperti pesantren, dan ada yang
memang tinggalnya di Pesantren yang dikhususkan untuk menghafal al- Qur’ān.
Mereka semua sudah mulai menghafal al- Qur’ān sebelum masuk UIN
yaitu semenjak duduk dibangku Madrasah Aliyah, lalu dilanjutan lagi sampai sekarang bagi yang belum mencapai juz 30.
D. Hambatan-hambatan Dalam Menghafal
Apapun status seseorang dalam hidup ini tidak akan lepas dari berbagai problem atau hambatan yang mungkin menyesakkan hati. Kiranya, tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa menghafal al- Qur’ān itu berat dan melelahkan.
Ungkapan ini tidak untuk menakut-nakuti namun sudah sepantasnya seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu yang tinggi nilainya baik di mata Allah maupun
di mata manusia, ia harus berjuang keras, tak kenal lelah, sabar dan tabah dalam menghadapi segala rintangan yang menghadangnya.
Hambatan atau problematika dalam menghafal al- Qur’ān ini terbagi dua
macam yaitu yang pertama, hambatan internal contohnya cinta dunia dan terlalu sibuk dengannya, tidak dapat merasakan kenikmatan al-
Qur’ān, hati yang kotor dan banyak maksiat, tidak sabar, malas, putus asa, kurangnya semangat, dan niat
yang tidak ikhlas. Kedua, hambatan eksternal contohnya tidak mampu membaca dengan baik, tidak mampu mengatur waktu, tidak mengulang ayat yang sudah
dihafal, tidak ada pembimbing.
7
Masing-masing informan juga mengakui bahwa dalam menghafal juga terdapat banyak hambatan-hambatan yang dihadapi contohnya malas, jenuh,
bosan, keinginan untuk mengenal lawan jenis, galau atau suasana hati yang tidak mendukung untuk menghafal. Berikutnya adalah faktor kesehatan maksudnya
apabila kita sedang dalam kondisi tidak sehat maka akan terbengkalai aktivitas kita sama halnya dengan orang yang sedang menghafal juga tentunya harus sehat
baik jasmani maupun rohani. Terakhir adalah faktor lingkungan. Dengan adanya hambatan-hambatan ini tentu ada macam-macam cara untuk mencegahnya.
berikut adalah hambatan-hambatan yang dirasakan oleh semua informan berikut cara pencegahan dari masig-masing. Pertama, Ahmad Mahfudz
menyatakan bahwa “hambatan yang saya rasakan dalam menghafalkan al-Qur’ān itu bervariasi bentuknya, ada yang hanya rasa malas dan ada juga yang berbentuk
wanita. Wanita inilah yang sulit saya hadapi dan saya cegah walaupun ada beberapa saat bisa saya hadapi dengan cara tidur dan berusaha tidak mengingatnya
sehingga ketika menghafal tidak lagi terbayang akan orang itu. Sedangkan kalau
7
Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat sukses menjadi Hafizh Qur’ān da’iyah, Bandung:
Penerbit Asy Syaamil press Grafika, 2000, 73-100.
untuk malas itu bisa saya atasi dengan saya mengambil contoh dari semangat teman-teman sekitar saya yang juga sama sedang menghafalkan al-
Qur’ān.” Arinal Bellamy, “malas caranya yaaa harus dipaksa, dan ingat akan faktor
pendorong dan motivasi yang membuat kita ingin menghafal al- Qur’ān maka
Insya Allah kita akan jadi semangat lagi. Tempat, maksudnya apabila merasa jenuh di kamar maka pilihlah masjid untuk menghafal karena di kamar mungkin
masih bisa terganggu sama teman-teman yang ada di dekat kita. Kesehatan, yakni harus menjaga kesehatan karena apabila sakit maka kita tidak akan bias fokus
untuk menghafal. Terakhir adalah keinginan untuk mendekati lawan jenis itu biasanya menyebkan kita akan merasa
kesulitan dalam menghafal.” Selain itu Listatik
mengatakan“banyaknya kegiatan selain menghafal, solusinya kita harus bisa menilai mana yang lebih manfaat untuk harus kita ikuti
dan tetap berpartisipasi dalam kegiatan itu dan mana yang tidak harus, ingin mengenal teman lawan jenis, solusinya kita tetap ada komitmen untuk menjaga
dari hal-hal kemaksiatan ”. Sementara itu Nurul hanya berkata demikian,
“hambatan yang paling utama adalah malas dan cara mencegahnya adalah dengan mengingat target, selanjut
nya meluaskan waktu khusus untuk menghafal.” Sedangkan Hafidzah,
“hambatan pertama adalah malas maka saya tidak paksakan menghafal melainkan mencari sarana penyemangat dahulu. Kedua,
jenuh maka perbanyak baca-baca buku keistimewaan menghafal al- Qur’ān agar
kembali semangat. Ketiga, galau maka solusinya adalah perbanyak istighfar, shalat sunnah, dan mura
ja’ah atau mengulang-ngulang hafalan.” Rizkiyah, juga merasakan bahwa hambatan dalam menghafal tidak lain seperti yang sudah
disebutkan oleh para responden y ang lain dan Ia berkata seperti ini “hambatan
dalam menghafal adalah malas dan cara mencegahnya dengan pergi melihat teman-teman yang menghafal al-
Qur’ān dan memaksa diri untuk mencegah malas, sulit menghafal tidak fokus,cara menghafalnya selalu berusaha fokus
.” Yang terakhir adalah Irfan,
“hambatan dan solusi: yang saya rasakan, semakin tambah hafalan saya, semakin tambah pula hasrat negatif saya,
alhamdulillāh, karena diawali dengan niat yg tinggi, hambatan itu bisa terlewati
.” Abu „Abd „Rahman mengemukakan pendapatnya mengenai hambatan-
hambatan yang menyebabkan seorang yang menghafal al- Qur’ān merasa kesulitan
dalam menghafal sebagai berikut
8
: Pertama, banyak berbuat dosa dan maksiat, Hal ini akan membuat
seseorang mudah melupakan al- Qur’ān dan membuat hatinya buta dari mengingat
Allah, membaca dan menghafal al- Qur’ān. Kedua, tidak sering mengulang
hafalannya. Ketiga, terlalu banyak memikirkan urusan duniawi, yang ini akan membuat hati sangat tergantung kepadanya, yang pada akhirnya tidak dapat
menghafal dengan mudah. Keempat, memperbanyak hafalan dalam waktu singkat, kemudian melanjutkan hafalan ke ayat berikutnya sebelum memantapkan
hafalan ayat-ayat sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semua
informan merasakan hambatan-hambatan yang bervariasi dan mereka juga mempunyai cara-cara untuk mencegahnya hingga mereka bisa menghafalkan
8
Abu „Abd Rahman, Pedoman Menghayati dan Menghafal al-Qur’ān Jakarta: Hadi Press, 1997, h. 62.