Pentingnya Seorang Guru Dalam Menghafal

teman untuk menyimak bacaan kita. Jika kita sering disimak didengar dan di betulkan maka kita akan tahu letak kesalahan-kesalahan kita. Jika menghafal sendiri dan jarang disimak oleh guru kebanyakan bacaan kita banyak kesalahan dan kita tidak menyadarinya.” Sementara itu tidak jauh berbeda, Ahmad Mahfudz juga berkata “mulai dari awal saya menghafalkan al- Qur’ān selalu ada guru pembimbing untuk menerima hafalan baru atau menyimak hafalan lama saya, di karenakan jika tidak ada guru pembimbing maka kita tidak akan tahu dimana letak kekurangan hafalan kita, baik dari segi tajwid atau dari Makhraj-nya. Oleh karena itu, sangat perlu sekali adanya guru atau pembimbing untuk menjadi pengkoreksi dari hafalan dan bacaan saya.” Dari hasil di atas bisa disimpulkan bahwa hampir semua informan menjawab bahwa peran seorang Pembimbing Guru sangat penting dalam menghafal al- Qur’ān karena dengan adanya Pembimbing Guru mereka bisa termotivitasi dan bisa membenarkan bacaan-bacaan mereka yang salah dalam menghafalkan al- Qur’ān. 35

BAB IV METODE MENJAGA HAFALAN

Dengan dihafalnya tiap-tiap ayat atau halaman al- Qur’ān tersebut bukan berarti hafalan itu sudah dijamin melekat di dalam ingatan seseorang untuk selamanya. Secara teori, kekuatan hafalan rata-rata bisa bertahan 6 enam jam. Kerena itu, seseorang yang menghafal al- Qur’ān harus berprinsip apa yang sudah dihafal tidak boleh lupa lagi. Untuk bisa mencapai hal demikian, selain harus harus benar-benar baik sewaktu menghafanya, ia juga harus menjaga hafalannya yaitu dengan cara mengulang-ulang dan memelihara hafannya itu. Nabi Muhammad SAW mengisyaratkan bahwa menghafal al- Qur’ān itu ibarat berburu di hutan, apabila pemburu memusatkan perhatiannya pada binatang yang ada di depannya dan tidak memerhatikan hasil buruannya maka akan lepas kembali. Begitu pula orang yang menghafal al- Qur’ān, kalau pusat perhatiannya tertuju hanya kepada materi baru yang akan yang akan dihafal itu saja, sedangkan materi yang sudah dihafal ditinggalkan, maka akan sia-sia karena hafalannya akan hilang dari ingatan. 1 Dalam Surah Al-Hijr15:9 Allah SWT telah menjamin pemeliharaan al- Qur’ān ini dengan ungkapan yang tegas dan memberikan jaminan tentang 1 Muhaimin Zen, Akhmad Mustafid, ed., Bunga rampai mutiara al- Qur,ān, Jakarta: Pimpinan Pusat Jam’iyatul Qurra’walHuffazh, 2006, h. 94 kesucian dan kemurnian al- Qur’ān selama-lamanya. 2 Sebagaimana yang dicantumkan di bawah ini:         Artinya:“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’ān, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya ”. Ayat ini sebagai bantahan atas ucapan mereka yang meragukan sumber datangnya al- Qur’ān. Karena itu ia dikuatkan dengan kata sesungguhnya dan dengan menggunakan kata kami yakni Allah swt yang akan menjadi pemelihara otentisitas dan kekekalannya. Bentuk jamak yang digunakan ayat ini yang menunjuk Allah swt., baik pada kata na ḥnu nazzalnā maupun dalam hal pemeliharaan al-Qur’an, mengisyaratkan adanya keterlibatan selain Allah swt., yakni malaikat Jibril as., dalam menurunkannya dan kaum muslimin dalam pemeliharaannya. Kaum muslimin juga ikut memelihara otentisitas al- Qur’ān dengan benyak cara yaitu dengan menghafalnya, menulis dan membukukannya, merekam dengan berbagai alat misalnya kaset, CD dan lain-lain. Sejak dahulu hingga sekarang ini sekian banyak orang bahkan anak-anak sebelum dewasa telah mampu menghafal al- Qur’ān, bahkan sekian banyak di antara mereka yang menghafalnya adalah orang-orang yang tidak memahami artinya. Bahkan tidak 2 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al- Qur’ān Jakarta: Bumi Aksara, 1994, h.3. jarang mereka yang berhasil meraih juara dalam musabaqah tilawatil Qur’ān adalah pemuda-pemuda yang bahasa ibunya bukan bahasa al- Qur’ān. 3 Yang akan dipaparkan pada sub bab-sub bab berikut adalah a. Metode yang digunakan untuk menjaga hafalan bagi yang belum hafal sampai 30 juz, b. Metode yang digunakan untuk menjaga hafalan bagi yang sudah hafal 30 juz, c. Kemampuan Individu dalam mempertahankan hafalan, d. Hambatan-hambatan dalam menghafal.

A. Metode Menjaga Hafalan Bagi Yang Belum Khatam 30 Juz

4 1 Takrīr mengulang-ulang sendiri, Yaitu hafalan yang baru harus selalu di-takrir sendiri minimal setiap hari dua kali dalam jangka waktu satu minggu. Sedangkan hafalan yang lama harus ditakrir setiap hari atau dua hari sekali. Artinya semakin banyak hafalan harus semakin banyak pula waktu yang dipergunakan untuk Takrīr. 2 Takrīr mengulang-ulang dalam shalat, seorang yang menghafal al- Qur’ān hendaknya bisa memanfaatkan hafalannya sebagai bacaan dalam shalat, baik sebagai imam atau untuk shalat sendiri. Selain menambah keutamaan, cara sekalian juga akan menambah kemantaban hafalan. Selalu mengulang hafalan al- Qur’ān dalam shalat sangat efektif, karena saat kita shalat seluruh pikiran benar- benar harus konsentrasi agar bacaan kita tidak ada kesalahan. 3 M. Qraish Shihab, Tafsir al-Mi ṣbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’ān, volume 7 Jakarta: Lentera Hati, 2002, cet.1, h.95. 4 Sa’dullah, 9 Cara Cepat Menghafal al-Qur’ān Jakarta: Gema Insani, 2008, h. 88. 3 Takrīr mengulang-ulang bersama, seorang penghafal juga perlu melakukan Takrīr bersama dengan dua teman atau lebih. Dalam Takrīr ini, setiap orang membaca materi yang ditetapkan secara bergantian, dan ketika seorang membaca maka yang lain mendengarkan. 4 Takrir mengulang-ulang kepada Guru, seorang penghafal harus memperdengarkan bacaan atau hafalannya kepada Guru atau seorang yang bisa mendengarkan dan membenarkan bacaan penghafal ketika salah. B. Metode Yang Digunakan Untuk Menjaga Hafalan Bagi Yang Sudah Khatam 30 Juz 1 Beristiqamah mengulang dalam shalat lima waktu maupun shalat- shalat sunnah. Maksudnya setiap malaksanakan shalat baik sunnah maupun wajib harus selalu mamakai ayat-ayat al- Qur’ān dari surah al-Baqarah sampai dengan surah an- Nās secara berurutan sesuai muṣḥaf al-Qur’ān. 2 Beristiqamah mengulang baik di dalam shalat maupun di luar shalat, seperti yang disebutkan di atas bahwa alangkah baiknya seorang mengulang hafalan ketika shalat. Selain itu di luar shalat pun ia harus mengulangnya contohnya pada waktu sebelum tidur, atau waktu tengah malam setelah tahajud. 3 Khatam seminggu sekali. Apabila sudah hafal hingga juz 30 maka harus bisa meluangkan waktu untuk bisa beristiqamah Takrīr sehingga bisa khatam seminggu sekali, atau dalam 2 minggu sekali, atau minimal sebulan sekali. 4 Mengikuti sima’an atau Tasmi’ 5 , seorang hafidz atau hafidzah disarnkan untuk mengikuti acara sima’an baik yang di selenggarakan oleh forum orang-orang yang menghafal al- Qur’ān. Karena dengan cara ini juga kita akan tau betapa pentingnya al- Qur’ān sehingga umat Islam menjaganya melalui hafalan. 5 Mengikuti perlombaan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga masyarakat sendiri.

C. Kemampuan Individu Dalam Mempertahankan Hafalan

Proses penjagaan pertama diawali dengan menjaga kelurusan niat. Hal ini menjadi penting mengingat niat merupakan motif dasar yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kelurusan niat ini pula yang nantinya menentukan apakah seseorang yang menghafal al- Qur’ān akan mendapatkan barokah atau justru mendapatkan keburukan dari menghafal al- Qur’ān. Ketidak mampuan menjaga niat inilah yang menyebabkan seseorang akan putus di tengah jalan sebelum khatam atau menghafal sampai 30 juz. 5 Membaca al- Qur’ān di hadapan pendengar. Setelah menjaga kelurusan niat maka proses penjagaan selanjutnya dengan bermacam-macam cara seperti selalu berupaya untuk mengulang ayat-ayat ketika shalat lima waktu dan shalat-shalat sunnah dan di lakukan secara istiqamah. Beristiqamah membaca al- Qur’ān dalam shalat selalu dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW. sebagaimana dijelaskan pada hadits yang dijelaskan oleh al-Imam Muslim yang bersumber dari sahabat Hudzaifah. Nabi Muhammad SAW. dalam Shalat malamnya pada rakaat pertama surah al-Baqarah, dilanjutkan surah an- Nisā dan disambung dengan surah al-Imrān. Nabi Muhammad SAW membaca tiga surah yang panjang di dalam satu rakaat jika di perhatikan Nabi membaca 5 juz 2 lembar 5 baris atau 52 lembar 5 baris 104 halaman. Bisa dibayangkan, berapa banyak Nabi membaca al- Qur’ān dalam shalat malamnya kalau satu rakaat saja 5 juz. Padahal menurut riwayat Nabi saw selalu melaksanakan shalat malam ditambah witir 3 rakaat. 6 Semua informan menekankan bahwa mengulang adalah satu-satunya cara untuk melanggengkan mempertahankan hafalan. Pada saat menghafal biasanya terlebih dahulu membaca dengan menggunakan muṣhaf al-Qur’ān dan biasanya yang digunakan adalah al- Qur’ān Muṣhaf Utsmani. Al-Qur’ān jenis ini pada setiap halamannya diawali dan di akhiri dengan ayat yang utuh. Artinya satu ayat tidak terputus ke halaman yang lain. Hal ini memudahkan untuk melakukan penghitungan ayat yang telah di hafalkan. Selanjutnya ayat yang tadi dibaca secara bin naẓri membaca dengan melihat Muṣhaf, diulang beberapa kali tergantung pada kemampuan setiap informan. 6 Sa’dullah, 9 Cara Cepat Menghafal al-Qur’ān Jakarta: Gema Insani, 2008, h.90.