Metode Menjaga Hafalan Bagi Yang Belum Khatam 30 Juz

Setelah menjaga kelurusan niat maka proses penjagaan selanjutnya dengan bermacam-macam cara seperti selalu berupaya untuk mengulang ayat-ayat ketika shalat lima waktu dan shalat-shalat sunnah dan di lakukan secara istiqamah. Beristiqamah membaca al- Qur’ān dalam shalat selalu dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW. sebagaimana dijelaskan pada hadits yang dijelaskan oleh al-Imam Muslim yang bersumber dari sahabat Hudzaifah. Nabi Muhammad SAW. dalam Shalat malamnya pada rakaat pertama surah al-Baqarah, dilanjutkan surah an- Nisā dan disambung dengan surah al-Imrān. Nabi Muhammad SAW membaca tiga surah yang panjang di dalam satu rakaat jika di perhatikan Nabi membaca 5 juz 2 lembar 5 baris atau 52 lembar 5 baris 104 halaman. Bisa dibayangkan, berapa banyak Nabi membaca al- Qur’ān dalam shalat malamnya kalau satu rakaat saja 5 juz. Padahal menurut riwayat Nabi saw selalu melaksanakan shalat malam ditambah witir 3 rakaat. 6 Semua informan menekankan bahwa mengulang adalah satu-satunya cara untuk melanggengkan mempertahankan hafalan. Pada saat menghafal biasanya terlebih dahulu membaca dengan menggunakan muṣhaf al-Qur’ān dan biasanya yang digunakan adalah al- Qur’ān Muṣhaf Utsmani. Al-Qur’ān jenis ini pada setiap halamannya diawali dan di akhiri dengan ayat yang utuh. Artinya satu ayat tidak terputus ke halaman yang lain. Hal ini memudahkan untuk melakukan penghitungan ayat yang telah di hafalkan. Selanjutnya ayat yang tadi dibaca secara bin naẓri membaca dengan melihat Muṣhaf, diulang beberapa kali tergantung pada kemampuan setiap informan. 6 Sa’dullah, 9 Cara Cepat Menghafal al-Qur’ān Jakarta: Gema Insani, 2008, h.90. Listatik mengaku bahwa setiap harinya paling tidak mengulang ayat-ayat yang sudah di hafalkan. Sedangkan Nurul merasa harus diulang secara continue, lain dengan Hafidza yang mengaku bahwa ia memberi target wajibsehari minimal mengulang 2 juz yang dibaca ketika shalat, Secara mandiri, dan dibaca di depan pembimbing atau seorang guru hafal al- Qur’an. Rizkiya sering mengulang, sedangkan Irfan berkata “mengusahakan untuk mengulang 5 juz perhari”. Sedangkan Arinal juga berkata “sering di muraja’ah atau di deres mengulang hafan di simak didengarkan, dan ikut khataman. Dan Ahmad Mahfudz bercerita bahwa dalam menjaga hafalan al- Qur’ān yaitu “dengan cara membuat target muraja’ah setiap harinya, yang mana hal ini saya lebih prioritaskan setiap hari ketimbang menambahkan hafalan. Karena jika hafalan yang sebelumnya tidak lancar maka ketika menambahkan hafalan maka yang sudah dihafalkan belum tentu lancar”. Tabel berikut menjelaskan jumlah juz serta berapa lama para mahasiswai menghafal al- Qur’ān. Dengan melihat tabel ini maka kita akan melihat dan tahu jumlah hafalan dari masing-masing mahasiswai dan waktu yang ditempuh dalam menghafal. Tabel 4.1 Waktu Menghafal dan Jumlah Hafalan Informan No Nama Semester Jumlah Hafalan Juz Lama Menghafal Tahun 1. Mahfudz 3 Tiga 15 Juz 1,5 Tahun 2. Arinal Bellamy 3 Tiga 30 Juz 4 Tahun 3. Hafidzah 3 Tiga 30 Juz 4 Tahun 4. Listatik 3 Tiga 6 Juz 3 Tahun 5. M. Irfan 3 Tiga 30 juz 2 Tahun 6. Nurul 3 Tiga 24 Juz 4 Tahun 7. Rizkiyah 5 Lima 10 Juz 3 Tahun Sumber:wawancara langsung dengan para informan. Dari tabel ini dapat disimpulkan bahwa tidak semua mahasiswai yang dijadikan sebagai informan sudah menghafal hingga juz 30. Tapi ada yang 24 juz, 15 juz, 10 juz, dan 6 juz. Begitu juga dengan lama waktu yang ditempuh dalam menghafal yang berbeda-beda. Perbedaan-perbadaan ini disebabkan oleh kemampuan masing-masing individu dalam menghafal. Hal ini juga berkaitan dengan lingkungan atau tempat mereka menghafal seperti pesantren, dan ada yang memang tinggalnya di Pesantren yang dikhususkan untuk menghafal al- Qur’ān. Mereka semua sudah mulai menghafal al- Qur’ān sebelum masuk UIN yaitu semenjak duduk dibangku Madrasah Aliyah, lalu dilanjutan lagi sampai sekarang bagi yang belum mencapai juz 30.

D. Hambatan-hambatan Dalam Menghafal

Apapun status seseorang dalam hidup ini tidak akan lepas dari berbagai problem atau hambatan yang mungkin menyesakkan hati. Kiranya, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa menghafal al- Qur’ān itu berat dan melelahkan. Ungkapan ini tidak untuk menakut-nakuti namun sudah sepantasnya seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu yang tinggi nilainya baik di mata Allah maupun di mata manusia, ia harus berjuang keras, tak kenal lelah, sabar dan tabah dalam menghadapi segala rintangan yang menghadangnya.