ketahui secara terperinci seperti pada tahun 2011 dan tahun 2012.
12
Mereka juga lulus dari berbagai macam jenis seleksi yang diadakan oleh kampus yaitu
PTAIN
13
, SNMPTN
14
Tertulis, SNMPTN Undangan, dan PMDK
15
Khusus.
B.2 Secara Khusus Mahasiswa yang Menghafal al- Qur’ān
Hasil penelusuran penulis dari Kajur bahwa Secara khusus, mahasiswa Tafsir Hadis yang menghafal al-
Qur’ān secara keseluruhan di jurusan Tafsir Hadis ada 20 orang. Penulis memperoleh informasi dari Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA
sebagai Ketua Jurusan sekaligus pembimbing mahasiswai yang menghafal al- Qur’ān. Karena keterbatasan waktu penulis, maka tidak semua mahasiswa
penghafal bisa dijadikan subyek penelitian. Penulis hanya bisa bertemu dengan tujuh orang diantaranya tiga orang laki-laki dan empat orang perempuan. Dari
semua mahasiswai yang dijadikan informan semuanya berasal dari madrasah aliyah dan pernah belajar dan tinggal di Pondok Pesantren. Sebagai berikut profil
dari masing-masing informan:
12
Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data PUSTIPANDA UIN Syarif Hidayatullah, Rabu, 26, Februari, 2014, Jakata.
13
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri.
14
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Seleksi ini diselenggarakan Perhimpunan Perguruan Tinggi Negeri di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional dan
Departemen Agama.
15
Penelusuran Minat dan Kemampuan. Seleksi ini berlaku bagi calon Mahasiswa yang berprestasi, baik dari Madrasah Aliyah, Pesantren maupun Sekolah Menengah Umum.
Pertama,Arinal Belamy, semester tiga yang di wawancara pada hari Senin, tanggal 23 bulan Desember. Arinal berasal dari Desa Kwaron, Diwek, Jombang,
Jawa Timur. Menyelesaikan pendidikan Aliyah dan pesantrennya di Madrasatul Qur’ān Tebuireng Jombang. Kedua, Nurul yang saat ini juga masih semester tiga,
menyelasaikan pendidikan Aliyahnya di Madrasah Aliyah Perguruan Mualimat MAPM Cukir Diwek, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Nurul juga pernah
tinggal di Pondok Pesantren Darul Falah V.
16
Ketiga, Rizkiyah mahasiswa Tafsir Hadis semester lima yang berasal dari Padang Lawas, Barumun, Sumatra Utara.
Sebelum masuk ke UIN, Ia menyelesaikan pendidikan Aliyah dan pernah pesantren di MAS al-Mukhlisin Sibuhuan, Medan.
17
Keempat, Hafidzah saat ini sudah semester tiga. Telah diwawancara pada hari senin tanggal 23 Desember tahun 2013. Ia berasal dari Serpong, Tangerang
Selatan, Banten. Hafidzah pun sebagaimana 3 penghafal sebelumnya, ia menyelesaikan pendidikan Aliyah dan Pesantren sama yaitu Pondok Pesantren
Dārul Huffazh. Kelima, Listatik juga merupakan mahasiswa Tafsir Hadis semester tiga. Listatik berasal dari Solokuro, Lamongan, Jawa Timur. Ia menyelesaikan
16
Wawancara pribadi pada hari Senin, tanggal 23 Desember 2013.
17
Wawancara pribadi pada hari Senin, tanggal 23 Desember 2013.
pendidikan Aliyahnya di Madrasah Aliyah Tarbiyatut Thalabah Lamongan, dan berasal dari pondok pesantren Tarbiyatut Thalabah Lamongan.
18
Keenam, Irfan mahasiswa semester tiga yang berasal dari Bangsri, Jepara, Jawa Tengah. Sebelum masuk UIN Ia menamatkan pendidikan Aliyahnya di
MANU TBS Kudus dan pernah juga tinggal di Pondok Pesantren Tahfidz Yanbuul
Qur’ān Remaja PTYQR.
19
Terakhir, Ahmad Mahfudz berasal dari Madura, saat ini juga sudah semester tiga. Ia lulus dari MA Mambaul Ulum Bata-
Bata, dan pernah pesantren di tempat yang sama yaitu Mambaul Ulum Bata-Bata, Sumenep, Madura, Jawa Timur.
20
18
Wawancara pribadi pada hari Selasa, tanggal 7 Junuari 2014.
19
Wawancara pribadi pada hari Senin, tanggal 23 Desember 2013.
20
Wawancara pribadi pada hari Kamis, tanggal 2 januari 2014.
20
BAB III METODE
1
MEMBACA DAN MENGHAFAL AL- QUR’ N
Sebelum memulai pembahasan berikut ini, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu bagaimana al-
Qur’ān yang diucapkan bisa dihafalkan dan ditulis. Orang menyebutnya dengan sisi historis kajian al-
Qur’ān. maka akan lebih baik jika mengingat kembali al-
Qur’ān dari aspek historisnya. al-Qur’ān diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi yang u
mmĭ
2
melalui malaikat Jibril, kemudian disampaikan oleh Nabi SAW. kepada para sahabat. Setiap kali Nabi Muhammad
SAW. mengajarkan al- Qur’ān kepada para sahabat, mereka langsung
menghafalnya, selain ada beberapa sahabat yang mampu menulis kemudian mereka mencatat di pelepah-pelepah kurma, batu, tulang, sobekan kain, semua itu
mereka beri nama ṣuhuf.
3
Dengan demikian hafalan para sahabat lebih terjaga. Nabi Muhammad SAW sendiri salalu melakukan tadarus al-
Qur’ān bersama malaikat Jibril, pada bulan Ramadhan. Lalu kebiasaan ini diikuti oleh para
sahabat.
4
Dalam sejarah disebutkan bahwa para sahabat itu adalah orang-orang yang memberikan perhatian paling besar terhadap al-
Qur’ān, dan juga merupakan
1
Kata metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti “cara atau jalan”. d
alam bahasa Inggris kata ini ditulis „method’ dan bangsa Arab menerjemahkannya dengan “thariqat” dan “manhaj”. Sedangkan dalam bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti
“cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya; atau cara kerja yang bersistem untuk pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan”.
2
Penjelasan ini bisa di lihat di artikel: Eva Nugraha, Konsep al- Nabīy al-Ummī dan
Implikasinya dalam Penulisan Rasm Jakarta: Fakultas ushuliddin UIN Syarif Hidayatullah, 0ktober
2011, Vol.XII, No. 2, h.101.
3
Abū „Abdullah az-Zanjani, Tarikh al-Qur’ān, Penerjemah Kamaluddin Marzuki anwar Bandung: Penerbit Mizan, 1986, cet.1, h.65.
4
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al- Qur’ān Jakarta: Bimi Aksara,
1994, h.5-6.
pelaku-pelaku ajaran al- Qur’ān di bawah bimbingan Nabi Muhammad SAW.
Sahabat yang mengajarkan al- Qur’ān adalah orang-orang yang hafal al-Qur’ān di
antaranya adalah Ubay ibn Ka’ab w. 642, Mu’ādz ibn Jabāal w. 639, Zayd ibn
Tsabit w., dan Abu Zayd al-An ṣhari w. 15H.
5
Hingga saat ini, perhatian terhadap
al- Qur’ān
tidak pernah memudar dibuktikan oleh banyaknya umat Nabi Muhammad SAW yang memilih untuk mempelajari, menghafal dan
mengamalkan al- Qur’ān.
6
A. Metode Membaca al-
Qur’ān
Metode membaca al- Qur’ān yang akan dipaparkan dalam sub bab ini
adalah metode Jibril. Istilah ini dilatarbelakangi oleh perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan al-
Qur’ān yang telah dibacakan oleh Malaikat Jibril. Allah SWT berfirman:
apabila Kami telah selesai membacakannya yakni Jibril Maka ikutilah bacaannya itu. al-
Qiyāmah: 18 Intisari tehnik dari metode Jibril pada ayat ini adalah talqin-taqlid
menirukan, metode ini bersifat teacher centris, dimana posisi guru sebagai sumber belajar atau pusat informasi dalam proses pembelajaran. Tehnik dasar
metode Jibril bermula dengan membaca satu ayat lalu ditirukan oleh seluruh
5
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al- Qur’ān Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005,
cet.1, h.151.
6
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang membuktikan bahwasannya al- Qur’ān tidak
akan memudar karena hingga saat ini masih banyak umat Islam yang mampu menghafal al- Qur’ān.
siswa. Begitupun ayat selanjutnya sampai para siswa dapat menirukan bacaan guru dengan persis. Dalam hal ini profesional dan kredibilitas yang mampu di
bidang pembelajaran membaca al- Qur’ān dan tajwid yang baik dan benar harus
dimiliki oleh seorang Guru. Metode ini juga seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW
terhadap para sahabatnya yakni, Nabi SAW mentalqinkan atau membacakan ayat al-
Qur’ān di hadapan para Sahabat dan kemudian diikuti oleh para sahabat dengan bacaan yang persis. Dengan demikian juga Nabi Muhammad SAW menganjurkan
kepada para Sahabat untuk belajar dan mengajarkan al- Qur’ān dengan cara yang
sama. Dikisahkan bahwa metode ini juga digunakan oleh Imam al-Jazary. Ketika
itu beliau sedang berkunjung ke Mesir. Saat itu diminta untuk mengajar al- Qur’ān
pada masyarakat. Karena banyaknya orang yang mengaji maka beliau tidak bisa mengajarkan mereka satu persatu. Dari situlah beliau menggunakan metode Jibril
yakni dengan cara menyuruh seseorang membaca satu ayat, lalu ditirukan oleh semua orang. Selanjutnya, giliran orang di samping orang pertama disuruh
membaca ayat berikutnya dan ditirukan oleh yang lainnya. Begitupun seterusnya hingga semua orang kebagia giliran membaca. Secara langsung terjadi proses
tasbih membenarkan bacaan yang salah dan waktu pembelajaran berlangsung efisien.
Dalam penerapannya, metode Jibril mempunyai karakteristik tersendiri yaitu dengan menggunakan dua tahap, Tahqiq dan Tartil.
1 Tahap Tahqiq adalah pembelajaran membaca al-Qur’ān dengan pelan dan
mendasar. Tahap ini biasanya dimulai dengan pengenalan huruf dan suara, hingga kata dan kalimat. Tahap ini memperdalam artikulasi pengucapan
terhadap sebuah huruf dengan tepat dan benar sesuai dengan makhroj dan sifat-sifat huruf.
2 Tahap Tartil adalah pembelajaran membaca al-Qur’ān dengan durasi
sedang dan bahkan cepat sesuai dengan irama lagu. Tahap ini dimulai dengan mengenalkan sebuah ayat atau beberapa ayat yang dibacakan
Guru, lalu ditirukan para murid secara berulang-ulang. Disamping pendalaman artikulasi, dalam tahap tartil juga diperkenalkan praktek
hukum-hukum ilmu tajwid. Dengan adanya dua tahap tahqiq dan tartil tersebut, maka metode
Jibril dapat dikategorikan sebagai metode gabungan dari: a
Metode sintesis tarkibiyah yang dimulai dengan pengenalan lambang dan bunyi huruf pada santri, dilanjutkan dengan merangkai huruf menjadi kata,
dan merangkai kata menjadi kalimat. b
Metode analisis tahliliyah yaitu dengan penyajian kata atau kelimat yang kemudian diuraikan unsur-unsurnya. Artinya, metode Jibril bersifat
komprehensif, karena mampu mengakomodir kedua macam metode membaca. Karena itu metode Jibril bersifat fleksibel, dimana metode Jibril
dapat diterapkan sesuai dengan kondisi dan situasi, sehingga memudahkan guru dalam menghadapi problematika pempelajaran al-
Qur’ān.
Sebagai sebuah metode yang menggunakan tehnik dasar talqin-taqlid, maka dalam hubungannya dengan pembelajaran ilmu tajwid, metode Jibril
menggunakan metode Jam’iy metode gabungan yakni menggabungkan
metode A ’radh yaitu sisw mendengar bacaan dari gurunya dan metode talqin
yaitu siswa membaca sedangkan guru mendengardan membenarkan jika salah.
Selain itu, tehnik tasbih juga terdapat dalam metode Jibril yaitu dimana siswa membaca dan guru hanya mendengarkan serta membenarkan jika ditemui
adanya bacaan siswa yang salah. Begitu pentingya keberadaan guru yang profesional dan memahami
metodologi pembelajaran membaca al- Qur’ān, sehingga pendekatan metode jibril
adalah pendekatan teacher-centris dimana eksistensi guru sebagai sumber ilmu haruslah seorang yang mampu memberi teladan yang baik dan benar.
Secara umum, jenjang pendidikan yang digunakan dalam penerapan metode Jibril terbagi menjadi tiga macam yaitu:
1 Tingkat Pemula yaitu seseorang yang belum pernah mengenal dan
memepelajari baca tulis huruf Arab Hijaiyah. Skill yang dikenalkan pada tingkat pemula adalah membaca dan menulis. Kedua skill ini tidak bisa
dipisahkan dalam pembelajaran karena keduanya merupakan bagian dari skill bahasa. Oleh karena itu, penerapan yang tepat dalam tingkat pemula adalah
mendengar, berucap, membaca, dan menulis. 2
Tingkat Menengah yaitu seseorang yang sudah mengenal huruf arab
Hijaiyah dan bisa membacanya namun belum mampu membaca dengan