Respon Terhadap Stres a. Aspek Biologis terhadap Stres

konflik. Konflik merupaka sumber stres yang paling utama. Di dalam konflik individu memiliki dua kecenderungan yang berlawanan yaitu menjauh dan mendekat. 2. Sumber-sumber berasal dari keluarga Stres dalam keluarga dihasilkan melalui adanya perilaku, kebutuhan-kebutuhan dan kepribadian dari masing-masing anggota keluarga yang berdampak pada anggota keluarga lainnya. Konflik interpersonal ini dapat timbul dari adanya masalah finansial, perilaku yang tidak sesuai, melalui adanya tujuan yang berbeda antar anggota keluarga, bertambahnya anggota keluarga, penyakit yang dialaminya anggota keluarga dan kematian anggota keluarga Sarafino, 1994. 3. Sumber yang berasal dari komunitas dan masyarakat Adanya hubungan manusia dengan lingkungan luar menyebabkan banyak kemungkinan munculnya sumber-sumber stres. Stres yang dialami orang dewasa banyak diperoleh melalui pekerjaannya dan berbagai situasi lingkungan. Stres yang diperoleh melalui pekerjaan contohnya dikarenakan: lingkungan fisik kerja, kontrol yang rendah terhadap pekrjaan yang diemban, kurangnya hubungan interpesonal dengan sesama rekan kerja, promosi jabatan, kehilangan pekerjaan, pensiaun dan lainnya Sarafino, 1994.

4. Respon Terhadap Stres a. Aspek Biologis terhadap Stres

Selye dalam Sarafino, 2006 menyebutkan konsep yang menggambarkan efek umum pada tubuh ketika ada tuntutan yang ditempatkan pada tubuh tersebut. Universitas Sumatera Utara Respon Tubuh terhadap stres General Adaption Syndrome GAS yang terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1. Peningkatan alarm alarm reaction, individu memasuki kondisi shock yang bersifat sementara, suatu masa dimana pertahanan terhadap stres ada di bawah normal. Individu mengenali keberadaan stres dan mencoba menghilangkannya. Otot menjadi lemah, suhu tubuh menurun, dan tekanan darah juga turun. Kemudian terjadi yang disebut dengan countershock, dimana pertahanan terhadap stres mulai muncul ; korteks adrenal mulai membesar, dan pengeluaran hormon meningkat. Tahap alarm berlangsung singkat. 2. Perlawanan resistance, dimana pertahanan terhadap stres menjadi semakin intensif, dan semua upaya dilakukan untuk melawan stres. Pada tahap pertahanan, tubuh individu dipenuhi oleh hormon stress, tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan pernafasan semua meningkat. Bila semua upaya yang dilakukan untuk melawan stres ternyata gagal dan stres tetap ada, maka akan masuk ke tahap selanjutnya. 3. Kelelahan exhausted, dimana kerusakan pada tubuh semakin meningkat, orang yang bersangkutan mungkin akan jatuh pingsan di tahap kelelahan ini, dan kerentanan terhadap penyakitpun meningkat. Menurut Selye tidak semua stres itu buruk, yang kemudian dia sebut dengan Eustress yaitu konsep Selye yang menggambarkan sisi positif dari stres. Berkompetisi di suatu kejuaraan, menulis karangan, atau mengejar seseorang yang menarik membuat tubuh menghabiskan energi. Universitas Sumatera Utara Salah satu kritik utama terhadap pandangan Selye adalah manusia tidak selalu bereaksi terhadap stres dengan cara yang sama seperti yang ia kemukakan. Masih banyak lagi yang harus dipahami mengenai stres pada manusia daripada sekedar mengetahui reaksi fisik manusia terhadap stres. Perlu juga mengetahui kepribadian mereka, susunan fisik, persepsi, dan konteks dimana stresor atau penyebab stres muncul Hobfoll dalam Santrock, 2003. b. Aspek Psikologis Terhadap Stres Sarafino 2006, menyebutkan 3 aspek psikologis terhadap stres yaitu: 1. Kognisi Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas kognitif Cohen dkk dalam Sarafino, 2006. Stressor berupa kebisingan dapat menyebabkan deficit kognitif. Baum dalam Sarafino, 2006 mengatakan bahwa individu yang terus menerus memiliki stressor dapat menimbulkan stres yang lebih parah terhadap stressor. 2. Emosi Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering menggunakan keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian kognitif dapat memengaruhi stres dan pengalaman emosional Maslach, Schachter Singer, Scherer dalam Sarafino, 2006 reaksi emosional terhadap stres yaitu rasa takut, phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih, dan rasa marah Sarafino, 2006. Universitas Sumatera Utara 3. Perilaku Sosial Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain Sarafino, 2006. Individu dapat berperilaku menjadi positif maupun negatif. Bencana alam dapat membuat individu berperilaku lebih kooperatif, dalam situasi lain, individu dapat mengembangkan sikap bermusuhan Sherif Sherif dalam Sarafino, 2006. Stres yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif Donnerstein Wilson dalam Sarafino, 1994. Stres juga dapat mempengaruhi perilaku membantu pada individu Cohen Spacapan dalam Sarafino,2006. Sedangkan Taylor 1991 menyatakan, stres dapat menghasilkan berbagai respon. Berbagai peneliti telah membuktikan bahwa respon-respon tersebut dapat berguna sebagai indikator terjadinya stres pada individu, dan mengukur tingkat stres yang dialami individu. Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu: 1. Aspek fisiologis; dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan. 2. Aspek kognitif; dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif individu, seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar. 3. Aspek emosi; dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya. 4. Aspek tingkah laku; dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi yang menekan, dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan. Universitas Sumatera Utara

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres a. Faktor Lingkungan