ISTERI KARYAWAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

c. Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi mempengaruhi kesejahteraaan psikologis seseorang. Seperti besarnya income keluarga, tingkat pendidikan, keberhasilan pekerjaan, kepemilikan materi dan status sosial di masyarakat. Pinquart Sorenson, 2000. d. Jaringan sosial Berkaitan dengan aktivitas sosial yang diikuti oleh individu seperti aktif dalam pertemuan-pertemuan atau organisasi, kualitas dan kuantitas aktivitas yang dilakukan, dan dengan siapa kontak sosial dilakukan Pinquart Sorenson, 2000. e. Religiusitas Hal ini berkaitan dengan transendensi segala persoalan hidup kepada Tuhan. Individu yang memiliki tingkat religiusitas tinggi lebih mampu memaknai kejadian hidupnya secara positif sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna Bastaman, 2000. f. Kepribadian Individu yang memiliki banyak kompetensi pribadi dan sosial, seperti penerimaan diri, mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, coping skill yang efektif cenderung terhindar dari konflik dan stres Santrock, 1999; Ryff, 1995.

C. ISTERI KARYAWAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Peran isteri sebagai tenaga kerja di sektor pertanian dalam arti luas memberikan kontribusi yang cukup signifikan. Menurut Sayogyo dalam Sudarta, Universitas Sumatera Utara 2001, peran wanita di bidang pertanian dimulai semenjak orang mengenal alam dan bercocok tanam. Semenjak itu pula mulai berkembang pembagian kerja yang nyata antara laki-laki dan wanita pada beragam pekerjaan baik di dalam rumah tangga maupun di dalam masyarakat luas Wahyuni, 2005. Dijelaskan juga oleh Hastuti 2005 bahwa banyak wanita yang bekerja pada pekerjaan-pekerjaan marginal sebagai buruh lepas, atau pekerja keluarga tanpa memperoleh upah atau dengan upah rendah. Mereka tidak memperoleh perlindungan hukum dan kesejahteraan. Hal ini karena pengakuan kontribusi kerja konkret mereka tidak pernah ada, kerja mereka dipandang sekedar sampingan atau merupakan bagian dari tenaga kerja keluarga yang tidak pernah diupah, alias buruh tanpa upah. Pada umumnya misiharapan yang ingin dicapai oleh rata-rata tenaga kerja perempuan di pedesaan adalah alasan ekonomi yaitu menambah pendapatan keluarga. Sedangkan Novari, dkk 1991 menyebutkan bahwa isteri yang bekerja tentu bukan semata-mata karena alasan faktor ekonomi keluarga yang sedemikian sulit, tetapi juga beberapa motivasi lain, seperti suami tidak bekerja atau pendapatan kurang, ingin mencari uang sendiri, mengisi waktu luang, mencari pengalaman, ingin berperan serta dalam ekonomi keluarga, dan adanya keinginan mengaktualisasikan diri. Fenomena di lapangan menggambarkan para isteri karyawan yang membantu suaminya bekerja diperkebunan kelapa sawit dihadapkan pada beban pekerjaan yang sangat berat. Setiap hari mereka harus membantu suaminya mengangkat Tandan Buah Segar TBS kelapa sawit yang beratnya bisa mencapai 30Kg bahkan lebih. Satu pohon kelapa sawit bisa menghasilkan 3 sampai dengan 4 buah Universitas Sumatera Utara sawit yang berhasil di panen dan kemudian harus di pindahkan ke pinggir jalan dengan menggunakan alat pendorong yang beratnya mencapai 120Kg atau lebih. Beban kerja yang terlalu berat dapat menjadi penyebab munculnya stres stressor. Kondisi dilapangan yang kurang mendukung keselamatan kerja seperti tidak menggunakan saraung tangan pada saat bekerja atau bahkan tidak menggunakan sepatu kerja yang layak, jika para pekerja tidak hati-hati maka hal ini dapat mencelakakan dirinya di lingkungan kerja. Belum lagi tuntutan dari perusahaan yang menekan pekerja agar mampu memenuhi target harian panen kelapa sawit. Hal ini dapat memicu timbulnya stres, tidak hanya stres fisik tapi juga stres secara emosional, kognitif dan perilaku. Bagi wanita yang bekerja di perkebunan kelapa sawit dapat mengalami stres secara fisiologis. Beban kerja yang terlalu berat menjadi stressor yang akan mengakibatkan dampak stres terhadap fisik dan kesehatan. Sistem kekebalan tergangggu sehingga badan menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Akibat lain adalah meningkatnya ketegangan otot, kelelahan dan sakit kepala. Dapat terjadi penyakit terkait stres, sebagai contoh penyakit jantung dan pembuluh darah kardiovaskuler, asma dan bronkhitis radang saluran napas. Stres juga berperan dalam menghambat pertumbuhan jaringan dan tulang yang akan menyebabkan dekalsifikasi berkurangnya kalsium dan osteoporosis tulang keropos. Kondisi lingkungan kerja yang kurang mendukung seperti banyak nyamuk, ulat, ular atau binatang lainnya, begitu juga jarak yang jauh dari rumah terkadang ditempuh hanya dengan berjalan kaki dari pagi hari hingga siang saat pulang kerja. Belum lagi peran isteri yang harus disibukkan dengan kegiatan megurus rumah tangga Universitas Sumatera Utara dan anak-anaknya. Tentu saja hal ini juga dapat memicu timbulnya stres, tidak hanya stres fisik tapi juga berlanjut dengan stres emosional yang ditandai dengan perasaan takut, cemas, marah bahkan depresi yang akhirnya mengarah pada dampak stres terhadap perilaku yang muncul seperti tidak sanggup lagi melakukan tugasnya sebagai isteri maupun ibu rumah tangga. Jadi dapat disimpulkan bahwa isteri karyawan perkebunan kelapa sawit adalah isteri yang suaminya bekerja sebagai karyawan di perkebunan kelapa sawit yang membantu suaminya bekerja di lapangan dengan tidak menerima upah.

E. HUBUNGAN ANTARA STRES DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTERI KARYAWAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT