Dilihat dari tabel 19 bahwa aspek kognisi memiliki signifikansi 0.,316 dengan nilai Beta -0,1125 dan nilai t sebesar -1,0112. Aspek emosi memiliki signifikansi
0.005 dengan nilai Beta sebesar 0-0,307 dan nilai t sebesar -2,893. Aspek perilaku sosial memiliki signifikansi 0.001 dengan nilai Beta -0,493 dan nilai t sebesar -
3,593. Berdasarkan kaidah yang digunakan yaitu jika p0.05 maka IV stres dapat memprediksi pengaruhnya terhadap DV PWB. Aspek emosi memilliki
hubungan yang signifikan dan aspek perilaku sosial memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan PWB sedangkan aspek kognisi tidak memiliki
hubungan.
b. Hubungan Antara Stres dengan PWB Berdasarkan Usia, Latar Belakang Pendidikan dan Lama Kerja
Tabel 20. Hubungan antara Stres dan PWB Berdasarkan usia, Latar Belakang Pendidikan dan Lama Kerja
Variabel F β t p Keterangan
20-29 tahun 48,950
-0,837 -6,996
0.000 Berkorelasi 30-39 tahun
69,911 -0,849
-8,361 0.000 Berkorelasi
40-49 tahun 36,033
-0,926 -6,003
0.001 Berkorelasi Usia
50-59 tahun 1,881
0,621 1,372
0,264 Tidak Berkorelasi SD 4,532
-0,482 -2,129
0.050 Tidak
Berkorelasi SMP 75,983
-0,851 -8,717
0.000 Berkorelasi
Latar Belakang
Pendidikan SMA 12,643
-0,847 -3,556
0.016 Berkorelasi
5-15 tahun 118,517 -0,857
-10,887 0.000 Berkorelasi 16-25 tahun
22,234 -0,844
-4,715 0,001 Berkorelasi
Lama Kerja 26-35 tahun
2,008 -0,817
-1,417 0,391 Tidak Berkorelasi
Dilihat dari tabel 20 hasil analisa regresi menunjukkan adanya hubungan antara stres dan PWB pada subjek penelitian berdasarkan usia 20-29 tahun dengan nilai
F sebesar 48,950 nilai Beta -0,837 dengan t -8,361 dan signifikansi 0.000. Usia
Universitas Sumatera Utara
30-39 tahun dengan nilai F 69,911 nilai Beta -0,849 dengan t -8,361 dan signifikansi 0.000. Usia 40-49 dengan nilai F 36,033 nilai Beta -0,926 dengan t -
6,003 dan signifikansi 0.001. Subjek penelitian yang berada direntang usia 50-59 menunjukkan tidak ada hubungan negatif antara stres dan PWB dengan nilai F
sebesar 1,881 nilai Beta 0,621 dengan t 1,372 dan signifikansi 0.264. Berdasarkan latar belakang pendidikan, subjek penelitian yang berlatar
belakang pendidikan SD dengan nilai F sebesar 4,532 nilai Beta-0,482 dengan t - 2,129 dan signifikansi 0.050 menunjukkan tidak adanya hubungan negatif antara
stres dan PWB. Berbeda dengan subjek yang berlatar belakang pendidikan SMP dengan nilai F 75,983 nilai Beta-0,851 dengan t -8,717 dan signifikansi 0.000 dan
subjek yang berlatar belakang pendidikan SMA dengan nilai F 12,643 nilai Beta - 0,847 dengan t -3,556 dab signifikansi 0.016 menunjukkan adanya hubungan
antara stres dan PWB. Berdasarkan lama kerja, subjek penelitian yang telah bekerja selama 5-15
tahun dengan nilai F sebesar 118,517 nilai Beta -0,857 dengan t -10,887 dan signifikansi 0.000 dan subjek yang telah bekerja selama 16-25 tahun dengan nilai
F sebesar 22,234 nilai Beta -0,844 dengan t -4,715 dan signifikansi 0.001 menunjukkan adanya hubungan negatif antara stres dan PWB. Berbeda dengan
subjek yang telah bekerja selama 26-35 tahun dengan nilai F sebesar 2,008 nilai Beta -0,817 dengan t -1,417 dan signifikansi 0.391 hal ini menunjukkan tidak
adanya hubungan antara stres dan PWB.
Universitas Sumatera Utara
C. PEMBAHASAN Hasil penelitian pada sampel isteri karyawan perkebunan kelapa sawit yang
membantu suaminya bekerja di lapangan menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara stres dengan PWB. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat stresnya maka semakin rendah PWB subjek dan sebaliknya semakin rendah tingkat stresnya maka semakin tinggi PWB subjek.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chiara Ruini,et al 2003, menemukan bahwa ada hubungan yang negatif antara psychological well-
being terhadap distress stres yang memberi dampak buruk. Jadi semakin tinggi PWB maka semakin rendah distress orang tersebut. Sebaliknya semakin rendah
PWB maka semakin tinggi distress orang tersebut
Sebagian besar individu merasakan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang negatif, yang mengarah ke timbulnya penyakit fisik, mental ataupun perilaku
yang tidak wajar. Adapun penyebab terjadinya stres di dalam diri seseorang disebabkan karena adanya stimulus yang membawa dan membangkitkannya yang
disebut sebagai stressor. Bentuk dari stressor tersebut berupa situasi, kejadian atau objek yang dapat membawa pengaruh pada tubuh dan menyebabkan reaksi
bagi diri seseorang Selye, 1982. Stres yang dimiliki oleh subjek dalam penelitian ini berada pada ketegori sedang. Hal ini terlihat ketika mereka stres cenderung ada
yang menarik diri dari lingkungan namun ada juga yang melampiaskannya dengan marah-marah terhadap orang-orang yang ada dilingkungannya. Senada dengan
penuturan Sarafino 2006 bahwa stres muncul akibat terjadinya kesenjangan antara tuntutan yang dihasilkan oleh transaksi antara individu dan lingkungan
Universitas Sumatera Utara