PENDAHULUAN, DESKRIPSI PROYEK, ELABORASI TEMA, ANALISA, KONSEP, GAMBAR KERJA DAN FOTO MAKET ELABORASI TEMA

6

I.7 Sistematika Penulisan Laporan

Adapun sistematika pembahasan pada laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN,

membahas mengenai latar belakang pemilihan judul, permasalahan yang ada, maksud dan tujuan, pendekatan masalah, ruang lingkup dan batasan masalah, kerangka berpikir, asumsi dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK,

membahas mengenai deskripsi, pengertian dan batasan proyek, studi lokal, tinjauan khusus, gambaran umum lokasi proyek, lingkup dan batasan proyek, dan studi tipologi bentuk pasar tradisional dan bangunan pusat perbelanjaan.

BAB III ELABORASI TEMA,

mengemukakan mengenai tinjauan teoritis pengertian tema, interpretasi tema, dan studi banding tema sejenis.

BAB IV ANALISA,

membahas dan mempelajari masalah yang diuraikan pada bab- bab sebelumnya secara terperinci berdasarkan fakta-fakta data serta standar-standar yang sudah ada, dimulai dengan analisa mikro yang berkaitan dengan lingkungan dan analisa mikro yang berkaitan dengan tapak dan bangunan.

BAB V KONSEP,

menguraikan konsep dasar perancangan pasar tradisional dan pusat perbelanjaan yang terdiri dari konsep dasar perencanaan tapak dan konsep dasar perencanaan bangunan.

BAB VI GAMBAR KERJA DAN FOTO MAKET

Universitas Sumatera Utara 7

BAB II DESKRIPSI PROYEK

II.1 Terminologi Judul

Judul kasus proyek yang akan dirancang dan direncanakan adalah ”Redevelopmen Kawasan Pasar Pringgan” untuk itu akan dibahas berikutnya masing-masing unit pembentuk kata dari judul tersebut.

II.1.1 Pengertian Judul Redevelopmen

atau pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari, atau seluruh unsur- unsur lama dari kawasan kota tersebut dengan unsur-unsur kota yang lebih baru dengan tujuan untuk meningkatkan vitalitas serta kualitas lingkungan kawasan tersebut. Maksud dari proses pembangunan kembali tergantung kepada kondisi wilayah yang akan diremajakan, pada dasarnya menyangkut tiga hal pokok : 1. Memberikan vitalitas baru 2. Meningkatkan vitalitas yang ada 3. Menghidupkan kembali vitalitas yang lama telah pudar Tujuan tersebut dimaksudkan agar wilayah yang diremajakan tersebut dapat menyumbang kontribusi yang lebih positif kepada kehidupan kota baik dilihat dari segi ekonomi, sosial budaya, fisik, dan bahkan segi politik. Upaya peremajaan umumnya selalu mengambil tempat pada kawasan yang dianggap memiliki potensi ekonomi yang paling besar untuk dikembangkan Selain dari dampak yang bersifat membangun, redevelopmen juga dapat menimbulkan dampak-dampak negatif, antara lain : 1. Aspek fisik : lenyapnya unsur-unsur fisik kota yang tadinya telah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat dapat menimbulkan dampak psikologis pada masyarakat, misalnya hilangnya sumber-sumber fisik yang biasa dipakai sebagai patokan untuk berorientasi dalam kota. Universitas Sumatera Utara 8 2. Aspek ekonomis : tergusurnya sarana ekonomi yang masih berfungsi kendati dianggap kurang memadai terutama yang menyangkut kehidupan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah 3. Aspek budaya : hilangnya bangunan tua yang memiliki arti sejarah maupun nilai-nilai arsitektur yang biasa menjadi landmark kota 4. Aspek sosial : tergusurnya masyarakat penghuni ke tempat yang lebih jauh dari sumber mata pencaharian semula. 5. Aspek politis : penanganan yang kurang baik dalam hal pembebasan tanah dan proses relokasi penduduk sering menimbulkan kegiatan-kegiatan yang secara politis sangat peka. Pengertian pasar berdasarkan ”Kamus Umum Bahasa Indonesia”, ada beberapa, antara lain : 1. Tempat orang berjual-beli ; pekan, tempat berjual beli yang diadakan oleh perkumpulan dan sebagainya dengan maksud mencari derma. 2. Tempat berbagai pertunjukan yang diadakan malam hari untuk beberapa hari lamanya Pringgan dapat diartikan sebagai suatu kawasan yang terdapat dalam kecamatan Medan Baru. Dimana kawasan pringgan ini terletak pada Jalan Iskandar muda setelah melewati simpang Jalan Abdullah Lubis hingga simpang Jalan Gajah Mada. Jadi dapat dirangkumkan pengertian dari ”Redevelopmen Pasar Pringgan” adalah ”Pembangunan kembali Pasasr Pringgan yang diperuntukkan sebagai tempat berjual beli kawasan Pasar Pringgan pada bagian belakangnya dan pusat perbelanjaan modern pada bagian depannya, yang akan dibuat terkoordinasi, dimana fungsi lamanya tetap dipertahankan dan mungkin akan ditambahkan fungsi-fungsi baru yang bertujuan untuk meningkatkan vitalitas serta kualitas lingkungan tersebut. ”

II.1.2 Pasar Tradisional

II.1.2.1 Klasifikasi pasar Pasar dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, berdasarkan kepada sudut pandangnya. Berikut akan disajikan beberapa klasifikasi pasar berdasarkan sudut pandang yang berbeda : Universitas Sumatera Utara 9 - Pengertian pasar menurut sifatnya : a. Pasar nyata konkret Tempat para penjual dan pembeli berkumpul untuk membeli barang- barang dagangan secara langsung. Contoh : pasar buah, ikan, sayur, dll b. Pasar abstrak Barang yang diperdagangkan tidak sampai di pasar, jual beli berlangsung tetapi hanya menurut contoh barang. Contoh : pasar bursa, obligasi, dll - Pengertian pasar menurut daerah pelayanan dan administrasi pemerintahan : a. Pasar lingkungan Pasar yang ruang lingkupnya meliputi suatu lingkungan kira-kira seluas satu kelurahan atau beberapa kelompok perumahan di sekitar pasar tersebut dan jenis barang diperdagangkan adalah barang kebutuhan sehari-hari b. Pasar wilayah Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi beberapa lingkungan permukiman dan barang-barang yang diperjual belikan lebih lengkap dari pasar lingkungan c. Pasar kota Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi wilayah kota dimana barang-barang yang diperjualbelikan lengkap d. Pasar regional Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi daerah kota dan sekitarnya e. Pasar perumahan Merupakan toko-toko yang menempel pada rumah tinggal melayani kebutuhan rumah tangga di daerah sekitarnya, kira-kira seluas wilayah RT - Pengertian pasar menurut sifat jualannya : a. Pasar induk Universitas Sumatera Utara 10 Pasar yang merupakan pusat pengumpulan, pusat pelelangan dan pusat penyimpanan bahan-bahan sandang pangan untuk disalurkan kepada grosir-grosir dan pusat-pusat b. Pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran barang atau jasa secara kecil atau eceran, c. Pasar khusus Pasar yang menjual atau sejenis barang tertentu, mis : pasar tekstil, bunga, buah, dll - Pengertian pasar menurut waktu kegiatannya : a. Pasar siang hari Pasar yang kegiatannya antara pukul 08.00 sd 18.00 WIB b. Pasar malam hari Pasar yang kegiatannya antara pukul 18.00 sd 05.00 WIB c. Pasar siang malam Pasar yang kegiatannya dilakukan siang dan malam hari d. Pasar malam Kegiatan pasar hanya dilakukan pada malam hari e. Pasar pagi Kegiatan pasar hanya dilakukan pada pagi hari f. Pasar mingguan Kegiatan pasar hanya dilakukan sekali dalam seminggu. - Pengertian pasar secara operasional a. Pasar perusahaan daerah b. Pusat pertokoan perdagangan perseroan terbatas c. Pasar tidak reasmi : pasar yang belum diakui oleh pemerintah d. Trade imporium departemen perindustrian dan perdagangan yang merupakan pusat penjajaan hasil kerajinan rakyat e. Gelanggang dagang yang dikelola oleh departemen perdagangan dan koperasi f. Toko serba ada yang dikelola departemen perdagangan dan koperasi g. Pusat pertokoan atau perbelanjaa swasta - Pasar ditinjau dari sistem pelayanannya : a. Pasar tradisional Universitas Sumatera Utara 11 Yang dimaksud dengan pasar tradisional adalah pasar yang ada pada masa kini, yang masih memiliki karakter atau ciri-ciri pada masa lalu dimana salah satu adalah adanya interaksi sosial langsung antara penjual dan pembeli yang sifatnya tawar menawar harga barang dan jasa. b. Pasar khusus - Produk yang ditawarkan berupa satu atau beberapa produk barang tertentu saja. - Pasar yang ditawarkan tetap dalam keadaan khusus, misalnya pasar souvenir walaupun kemudian pasar berkembang produk yang dipasarkan adalah penunjang dari produk utama. - Sistem pembagian perlu diperhatikan agar penyeberan keuntungan sedapat mungkin merata. - Sistem proteksi kebakaran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan mengingat fungsi pasar yang merupakan bangunan umum - Memperhatikan keamanan pasar setiap sudut desain agar mencegah munculnya kriminalitas pada lokasi. c. Pasar modern Suatu kompleks toko eceran dan dihubungkan dengan fasilitas yang terencanan sebagai suatu kesatuan kelompok, untuk memberikan pelayanan perbelanjaan yang maksimal d. Pasar wisata Umumnya berkembang pada kawasan objek wisata dan tercipta dari perkembangan aktivitas wisata itu sendiri yang didukung oleh faktor- faktor lingkungan yang mendukung terhadap market tersebut, yaitu : - Potensi wisata pada kawasan wisata - Interest publik terhadap potensi wisata kawasan tersebut - Adanya sarana yang mendukung terhadap potensi wisata - Perkembangan jumalah wisata yang mengunjungi kawasan wisata II.1.2.2 Unsur-Unsur Pokok Perpasaran A. Konsumen Konsumen adalah pribadi atau badan yang menikmati penggunaan fisik suatu barang dan jasa ekonomi atau seseorang yang membeli untuk dijual kembali. Universitas Sumatera Utara 12 Dari pihak konsumen yang perlu untuk diteliti antara lain : a. Daya beli atau tingkat pendapatan b. Daya mobilitas untuk mencapai tempat belanja c. Waktu yang tersedia d. Tingkah laku adat dan kebiasaan B. Lembaga Perdagangan dan Wadah Lembaga yang melaksanakan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen Dari pihak pedagang, hal yang perlu diperhatikan antara lain : a. Keuntungan yang relatif baik b. Harga dan biaya penjualan c. Cara pelayanan d. Suplai barang yang diperdagangkan C. Barang Mengenai penggolongan barang terdapat banyak teori. Untuk pembahasan selanjutnya diambil penggolongan barang yang merupakan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh PD Pasar Jaya Bersama dengan LPEM F.E. UI 1971 : a. Golongan I : Merupakan barang-barang yang dinilai sebagai barang kebutuhan sehari-hari misalnya : sayur, bumbu dapur, lauk-pauk, dll b. Golongan II : Barang ini bukan merupakan kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan dalam waktu interval tertentu misalnya seminggu atau sebulan. Contohnya : pakaian, tekstil, sepatu, kosmetik. c. Golongan III : Sifat barang yang termasuk dalam golongan ini hampir sama dengan golongan barang sekunder, akan tetapi merupakan barang-barang lux dan relatif mahal harganya bagi ukuran pembeli masyarakat Indonesia. Contohnya : tv, kamera foto, dll d. Golongan IV : Barang-barang golongan ini dirasakan dan dibutuhkan oleh pembeli hanya sebagai insidential, atau tidak dapat ditentukan. Misalnya : mebel, onderdil mobil , dll II.1.2.3 Materi Perdagangan di Pasar Materi perdagangan di pasar dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, sifat, urgensinya, cara pengangkutannya, dan cara penyajiannnya : A. Jenis materi perdagangan : Universitas Sumatera Utara 13 a. bahan kebutuhan rohani pemuas diri b. bahan sandang tekstil c. kebutuhan rekreasi B. Sifat kesan perdagangan a. basah b. kering c. tahan lama C. Tingkat urgensi materi perdagangan a. barang kebutuhan sehari-hari demand good b. barang kebutuhan berkala convinience good D. Cara pangangkutan a. barang bukan pecah b. barang pecah belah E. Cara penyajian a. cara penyajian sedang b. cara penyajian baik II.1.2.4 Unsur-Unsur Penunjang Pasar Yaitu pihak yang berperang dalam kelangsungan kegiatan perdagangan di pasar, unsur-unsur ini meliputi pemerintah, pengelola, bank, dan swasta : a. Pemerintah Pemerintah wajib memelihara kestabilan ekonomi dalam pembangunan dan kelancaran ekonomi, diantaranya dengan menguasai sektor perpasaran dalam bentuk mengelola dan menarik pajak pasar, menentukan klasifikasi pasar dalam wilayah kekuasaannya, pembangunan fisik pasar yang biasanya dilakukan dengan menggunakan anggaran daerah atau inpres. b. Pengelola Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari pemerintah menunjuk : a. Jawatan atau dinas dibawahnya atau b. Perusahaan daerah yang memberi otorita untuk mengelola pelayanan umum di bidang perpasaran Adapun kegiatan yang biasanya dialksanakan oleh pengelola ini antara lain : 1. Memelihara kebersihan 2. Menjaga keamanan dan ketertiban dalam pasar Universitas Sumatera Utara 14 3. Mengusahakan kelancaran distribusi bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari. c. Bank Bank berperan khususnya dalam pembayaran pembangunan dan pemodalan bagi para pedagang. Misalnya pembangunan pasar Inpres dibiayai melalui bank pemerintah, kredit candak kulak bagi para pedagang kecil disalurkan melalui BRI, dll d. Swasta Dalam hal ini yang disebut swasta bisa para pedagang itu sendiri atau para pelaksana yang membiayai pembangunan pasar, dengan prinsip pembangunan fasilitas pasar dibiayai dengan dana dari masyarakat yang akan kembali kepada masayarakat dalam bentuk lain. Secara umum pasar merupakan suatu kebutuhan masyarakat melalui peranannya sebagai unsur-unsur penunjang yang menggerakkan kehidupan sehari-hari.

II.1.3 Pusat Perbelanjaan

II.1.3.1 Klasifikasi Pusat Perbelanjaan Pusat perbelanjaan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa sudut pandang tertentu, antara lain : a. Bentuk pusat perbelanjaan berdasarkan penutup bangunan 1. Pusat perbelanjaan terbuka Adalah pusat perbelanjaan yang terbuka langsung terhadap cahaya matahari sehingga memberi kesan luas dan cocok untuk udara, tetapi berpengaruh pada kenyamanan terhadap gangguan cuaca dan retail yang saling terpisah. 2. Pusat perbelanjaan tertutup Adalah pusat perbelanjaan dengan pelingkup merupakan suatu bangunan lengkap dimana pedagang dan pemiliki toko terlindungi dalam bangunan yang tertutup dan terkontrol serta dimungkinkan terjadinya interaksi sosial. 3. Pusat perbelanjaan gabungan Merupakan gabungan antara pusat perbelanjaan terbuka dan tertutup, dimana sebagian terbuka dan lainnya tertutup. Bentuk ini mengantisipasi terhadap pengaruh pengontrolan penghawaan dan keborosan energi serta mahalnya biaya perawatan. Universitas Sumatera Utara 15 b. Bentuk pusat perbelanjaan berdasarkan komposisi ukuran dan bentuk 1. Bentuk L 2. Bentuk Segitiga 3. Bentuk Jalur 4. Dumb shell shape 5. Bentuk U 6. Bentuk Cluster 7. Double dumbbed shaped 8. Bentuk T II.1.3.2 Prinsip Pusat Perbelanjaan Prinsip dasar pusat perbelanjaan terletak pada peran dan pola hubungan antara unit retail dengan pusat perbelanjaan. a. Design control zone Mencapai komunitas flow melalui efek ping-pong sehingga semua ruang bernilai strategis, control zone dicapai dengan : 1. Pola pusat perbelanjaan, linear, sederhana, dengan jalur utama tanpa pembagi agar semua ruang sewa strategis dan orientasi sirkulasi jelas 2. Magnet anchor, unit utama sebagai obyek penarik pengunjung. Kuncinya adalah perancangan key tenant yaitu pemilihan dan penempatan anchor tenant. Penyewa seperti supermarket, cineplex, restoran, dll, penempatannya harus mampu menjadi magnet bagi pengunjung. 3. Pembatasan panjang dan lebar, mempertimbangkan kenyamanan perjalanan kaki dan komunikasi antar tenant 4. Pembatasan tinggi bangunan, sehingga tercapai kenyamanan horizontal. b. Tenan mix Pengelompokan magnet dan unit retail berdasarkan jenis materi perdagangan dengan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan persaingan yang mematikan - Design criteria Desain dari masing-masing unit sewa telah ditentukan sebelumnya kepada para tenant, menyangkut perwujudan fisik seperti ketentuan mengenai bahan, warna, desain interior, dll yang mengutamakan kesesuaian bukan kesenangan semata. Universitas Sumatera Utara 16 II.1.3.3 Unsur Pusat Perbelanjaan Pusat perbelanjaan merupakan penggambaran suatu bangunan yang terdiri dari elemen-elemen a. Anchor magnet Merupakan transformasi dari nodes dapat pula berfungsi sebagai landmark, perwujudannya berupa plaza dalam pusat perbelanjaan b. Secondary anchor Merupakan transformasi dari distrik perwujudan berupa toko-toko pengecer, retail, supermarket, bioskop, dll c. Street mall Merupakan transformasi path perwujudannya berupa pedestrian yang menghubungkan magnet-magnet d. Landscaping Merupakan transformasi dari edges sebagai pembatasan pusat pertokoan di tempat-tempat luar. II.1.3.4 Pelaku dan Kegiatan Pelaku dan kegiatan pada pusat perbelanjaan secara garis besar terdiri dari : a. Kelompok pengunjung Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang mengunjungi fasilitas ini untuk mencari dan membeli barang kebutuhannya. Kegiatan pengunjung disini ada yang datang dengan tujuan membeli barang, melihat-lihat, mencari hiburan, berekreasi atau hanya berjalan-jalan. b. Kelompok pedagang Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang melakukan kegiatan menjual brang kebutuhan atau jasa, sebagai pengecer akhir, yang memanfaatkan ruang toko atau pertokoan dengan sistem sewa kepada pihak pengelola c. Kelompok Pengelola Yaitu sekelompok orang atau badan yang mengelola dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung dalam pusat perbelanjaan serta mengatur semua jalannya kegiatan tersebut, termasuk administrasi penyewaan ruang kepada para pedagang atau pemilik usaha, sehingga dapat dicapai suatu kelancaran kegiatan, kenyamanan, kemudahan dan keamanan Universitas Sumatera Utara 17 Ada beberapa hal yang harus dibedakan dalam masing-masing pengertian antara pusat perbelanjaan, supermarket, departement store dan unit toko , antara lain : Unit-unit toko Fungsinya menjual kelompok barang kebutuhan berkala yaitu kebutuhan sekunder dan tersier. Pada umumnya sistem penjualan yang dipakai adalah personal services. Semua toko harus mempunyai kesempatan yang sama untuk terlewati oleh pengunjung Departemen Store Merupakan kelompok pertokoan yang lengkap yang menyediakan kebutuhan sekunder dan tersier dengan satu sistem pengelolaan. Departemen store adalah merupakan magnet dalam pusat perbelanjaan maka harus diletakkan secara menarik agar dapat menarik minat pengunjung Supermarket Fungsinya menjual barang kebutuhan sehari-hari dan keperluan rumah tangga yang terletak dalam sebuah ruang yang luas, dimana sistem penjualannya dengan self service.

II.2 Lokasi

Adapun lokasi dari proyek ”redevelopmen kawasan pasar pringgan” ini terletak di daerah pringgan itu sendiri, tepatnya pada Kecamatan Medan Baru. Berikut merupakan tinjauan lokasi pasar pringgan dan gedung ramayana terhadap kota Medan dan Kecamatan Medan Baru. Universitas Sumatera Utara 18 Gbr 2.2 Kecamatan Gbr 2.3 Peta Kawasan Gbr 2.1 Peta Kota

II.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dari hampir semua proyek arsitektur. Namun dalam proyek ini, lokasi sudah ditentukan, karena merupakan redevelopmen dari kompleks pasar yang sudah ada. Sehingga tidak diperlukan adanya kriteria tertentu dalam pemilihan lokasi. Adapun hal yang diperlukan mengenai permasalahan lokasi ini adalah alasan apa yang bisa disampaikan sehingga lokasi tersebut memang memenuhi kelayakan untuk di-redevelopmen sebagai proyek pasar dan pusat perbelanjaan yang baru. Universitas Sumatera Utara 19 II.2.1.1 Tinjauan terhadap struktur kota Berdasarkan RUTRK Kota Medan, maka wilayah kota Medan dapat dibagi menjadi 5 wilayah pengembangan dan pembangunan WPP, berikut akan disajikan arah pengembangan dari masing-masing wpp : Wilayah Pembangunan Cakupan wilayah Pentadbiran Kecamatan Luas ha Aktivitas Utama WPP A Medan Belawan Medan Marelan Medan Labuhan Jumlah 2,625.01 2,382.10 3.,667.17 8,674.28 • Pelabuhan • Industri • Terminal • Pergudangan berorientasi pelabuhan Belawan • Perumahan • Pemuliharaan WPP B Medan Deli 2,084.33 • Perumahan • Perdagangan • Perkebunan WPP C Medan Timur Medan Perjuangan Medan Area Medan Denai Medan Tembung Medan Amplas Jumlah 775.75 409.42 552.43 905.04 799.26 1,118.57 4,560.47 • Perkebunan • Industri terbatas KIM • Terminal barang WPP D Medan Baru Medan Maimun Medan Polonia Medan Kota Medan Johor Jumlah 583.77 297.76 901.12 526.96 1,457.47 3,767.08 • Pusat Bisnis • Pusat Pemerintahan • Perumahan • Hutan Kota • Pusat pendidikan Universitas Sumatera Utara 20 Retail + Pemukiman Penduduk Retail + Pemukiman Penduduk Retail + Pemukiman Penduduk Retail + Pemukiman Penduduk Gbr 2.4 Pemukiman Sekitar Pringgan Tabel 2.1 Pembagian WPP Kota Medan WPP E Medan Barat Medan Petisah Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Tuntungan Medan Selayang Jumlah 681.72 532.84 1,543.66 1,316.42 2,068.04 1,281.16 7,423.84 • Perumahan • Perkantoran • Conservation • Lapangan Golf • Hutan Kota Pemerintah Kota Medan Jumlah WPP A – D 26.510,00 Kawasan Pasar Pringgan terletak pada WPP D. Arah pengembangan wilayah ini adalah untuk pusaat bisnis, pusat pemerintahan, perumahan, hutan kota dan pusat pendidikan. Keberadaan pasar pringgan ini adalah tepat, dikarenakan terletak pada daerah yang berorientasi sebagai pusat bisnis dan dekat dengan pemukiman penduduk. II.2.1.2 Pencapaian Lokasi site yang berada pada Jalan Iskandar Muda, sangat efesien untuk pencapaian dari kendaraan, angkutan umum, maupun truk barang. Selain itu untuk para pejalan kaki, juga mudah dicapai, dikarenakan letak site yang dekat dengan jalur angkutan umum. Site dilalui oleh 4 jalur utama : Universitas Sumatera Utara 21 SITE JALUR UTAMA JALUR SEKUNDER Jalan Wahid Hasyim Jalan D.I Panjaitan Jalan Sekunder SITE Jalan Iskandar Muda Jalan Abdullah Lubis Gbr 2.5 Pencapaian Menuju Site 1. Jalan Iskandar Muda 2. Jalan D.I. Panjaitan 3. Jalan Abdullah Lubis 4. Jalan K.H Wahid Hasyim II.2.1.3 Area pelayanan

A. Pasar Pringgan

Berdasarkan jenis pasar yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa Pasar Pringgan adalah pasar kecamatan , tepatnya adalah pasar kecamatan Medan Baru . Sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan Pasar Pringgan memiliki kriterial sebagai berikut : Pasar Kecamatan Medan Baru : - Fasilitas pelayanan : pertokoan, perpasaran, kantor-kantor pelayanan umum dan civic center. - Poupulasi pelayanan : 20.000 – 70.000 jiwa Universitas Sumatera Utara 22 Plaza Medan Fair Pasar Pagi Pasar Pringgan dan Plaza Medan Baru Medan Plaza Pasar Petisah - Skala radius pelayanan : 0 - 1,5 km - Perkiraan kepadatan : 80-100 ha - Status pasar lingkungan

B. Pusat Perbelanjaan

Pada bagian pusat perbelanjaan, dapat dilihat dari gambar di atas, maka letaknya cukup dekat dengan pusat perbelanjaan lainnya, yaitu Medan Plaza dan Medan Fair Plaza. Sehingga dapat dikatakan bahwa saingan Gbr 2.6 Kawasan Pelayanan Pasar Berdasarkan peta pelayanan kawasan di atas, maka dapat dikatakan, saingan utama pasar pringgan yang sejenis adalah pasar petisah. Namun dikarenakan luasnya daerah, maka keberadaan ke 2 pasar ini tidak saling mengganggu satu sama lainnya. Universitas Sumatera Utara 23 Merupakan kawasan pemukiman penduduk, sehingga pasar pringgan ini memiliki pelanggan tetap yang ada di sekitarnya Dilalui oleh jalan Iskandar muda yang dilalui oleh banyak angkutan umum, sehingga mudah untuk diakses masyarakat. Lokasi site yang terletak di pusat kota sehingga mudah untuk diakses oleh masyarakat ramai. Gbr 2.7 Perletakan lokasi pringgan dari pusat perbelanjaan ini cukup sulit, karena dekat dengan dua pusat perbelanjaan yang lebih besar. Namun apabila diamati lebih lanjut, maka dapat ditarik suatu kesimpulan ternyata posisi gedung plaza Medan Baru ini tidaklah serupa dengan kedua bangunan plaza lainnya. Karena Plaza Medan Baru ini kelasnya sedikit di bawah dari kedua pusat perbelanjaan di atas, maka dapat dikatakan bahwa sebenarnya plaza medan baru ini memiliki pangsa pasar tersendiri dan tidak bersaing dengan ke dua plaza lainnya.

II.2.2 Analisis Pemilihan Lokasi

Pada site ini, lokasi merupakan lokasi tunggal, dikarenakan ini termasuk ke dalam proses redevelopmen. Sehingga tidak akan ada site lainnya sebagai pembanding. Terdapat beberapa kriteria agar sebuah lokasi dapat menjadi lokasi sebuah pasar dan pusat perbelanjaan, antara lain : 1. Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga mempunyai konsumen yang tetap. 2. Lokasi harus dapat menjangkau masyarakat banyak 3. Dilalui oleh lintasan angkutan umum, sehingga dapat diakses oleh para pejalan kaki 4. Memiliki sarana dan utilitas yang baik di sekitar kawasannya. Sehingga nantinya tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Universitas Sumatera Utara 24 Gbr 2.8 Ukuran Site 65,7 meter 186,7 meter 187,9 meter 65,9 meter

II.2.3 Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi

II.2.3.1 Luas lahan Ukuran site 66 m x 187 m, dengan pembagain sebagai berikut : Luasan site pasar Pringgan : 125 m x 66 m Luasan site Ramayana : 62 m x 66 m Dengan luasan total sekitar 12.342 m2 Site ini terletak pada kecamatan Medan Baru. Termasuk dengan fungsi sebagai pusat bisnis, rekreasi indoor, pusat pemerintahan, perumahan, hutan kota dan pusat pendidikan. Termasuk dalam WPK F, dengan fungsi pendidikan, perumahan, dan pemerintahan. Adapun site ini memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu antara lain : - Kelebihan : 1. Berada pada salah satu jalan utama di kecamatan Medan Baru yaitu jalan Iskandar Muda. 2. Pencapaian mudah, dikarenakan jalan ini dilalui oleh banyak angkutan umum 3. Luas lahan mencukupi, sekitar 1,2342 Ha Universitas Sumatera Utara 25 4. Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga target pasar dapat dengan mudah terpenuhi, karena tersedianya jumlah pembeli yang memadai. 5. Karena memilikii koneksi dengan pusat perbelanjaan modern, sehingga kawasan ini menawarkan sebuah kolaborasi yang unik antara pusat perbelanjaan modern dengan pasar tradisional. - Kelemahan : 1. Memiliki arus lalu lintas yang cukup padat, sehingga cukup menyulitkan untuk memarkirkan kendaraan di sekitar site. 2. Ketersediaan parkir yang kurang memadai sehingga kebanyakan kendaraan diparkir di badan jalan dan menimbulkan kemacetan. 3. Lebar jalan samping site yang kurang memadai, sehingga tidak memungkinkan untuk jalan 2 arah. 4. Tidak adanya fasilitas halte, tempat tunggu angkutan umum, sehingga pengunjung menunggu pada pinggir jalan yang kemudian menyebabkan kemacetan. 5. Utilitas bangunan yang tidak terawat, sehingga menimbulkan bau tidak sedap serta citra bangunan yang tampak kusam dan kotor. II.2.3.2 Peraturan Site

1. Land Use RDTRK : rencana detail tata ruang kota. Yaitu

peruntukan dan syarat-syarat lain tentang suatu wilayah pada daerah tertentu. Peraturan ini dibuat agar penggunaan lahan pada suatu kawasan dapat terencana dan teratur.

2. GSB = Garis Sempadan Bangunan : Mengatur jarak batas

bangunan dengan batas kapling, bisa batas depan, samping atau belakang. Sering garis sepadan ini hanya depan atau jalan saja, 12 x lebar jalan atau 12xlebar jalan + 1. GSB ideal yang seharusnya ideal untuk sebuah site adalah seperti yang diutarakan dalam penjelasan di atas, yaitu : - GSB sebelah utara Jl. Pasar Pringgan I: 12x 6m + 1 = 4m Universitas Sumatera Utara 26 GSB ± 11 m GSB ± 2 m GSB ± 2 m GSB ± 2,5 m GSB ± 3 m Gbr 2.9 GSB Site - GSB sebelah Timur Jl. Iskandar Muda: 12x 12m + 1 = 7m - GSB sebelah Barat Jalan D.I. Panjaitan: 12x8m + 1 = 5m - GSB sebelah Selatan Jl. Sei Mencirim: 12x 6m + 1 = 4m Namun, dalam kenyataannya GSB tersebut tidak tercapai dan GSB yang sebenarnya dari kawasan sekitar Pasar Pringgan tersebut adalah :

3. BC = Building Coverage Koefisien Dasar Bangunan. Yakni

perbandingan tapak dengan kawasan terbangun. Koefisien ini akan semakin kecil untuk kawasan perbelanjaan atau kawasan mahal, bisa berubah tergantung fungsi dan harga tanah atau lahan. Sebagai kawasan pusat perbelanjaan dan pasar, maka koefisen dasar bangunan yang ada di sekitar dan pada site adalah sekitar 80 - 90 Universitas Sumatera Utara 27 Maka koefisen dasar bangunan adalah : 90 x 12.342 m 2 = 11.107, 8 m 2

4. FAR = Floor Area Ratio Koefisien Lantai Bangunan . Yaitu

perbandingan luas tapak dan klasifikasi yang telah ditetapakan total luas lantai. Koefisien ini bisa lebih dari 100 untuk bangunan bertingkat. Untuk daerah di sekitar pasar Pringgan, maka koefisien lantai bangunan sekitarnya adalah 2-3 lantai. Dengan KDB sekitar 90 maka dengan kata lain KLB bisa mencapai 200 - 300 . II.2.3.3 Luas dan ketinggian bangunan Berdasarkan survey yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa luas dan ketinggian bangunan, serta luas dan ketinggian bangunan sekitarnya. Penyajiannya adalah sebagai berikut : II.2.3.3.1 Luas Bangunan Eksisting 1. Bangunan Pasar Pringgan dan Pusat Perbelanjaan serta pelataran - Pasar Pringgan A. Lantai I - Stan 394 unit 2 x 1,5 - Kios 169 unit 2 x 2 - Lavatory 4 unit 4 x 6 - Ruang Tangga 5 unit - Kantor Pengelola - Dll Luas total lantai I : 4006,88 m 2 B. Lantai 2 - Stan 319 2 x 1,5 - Kios 188 2x2 - Lavatory 4 4x 6 - Dll Luas total lantai II : 3520,12 m 2 Keseluruhan luas total pasar eksisting adalah : 7527 m 2 - Pusat Perbelanjaan Universitas Sumatera Utara 28 Ketinggian 5 lantai Ketinggian 4 lantai Ketinggian 3 lantai Ketinggian 2 lantai Ketinggian 1 lantai Gbr 2.10 Ketinggian Bangunan Sekitar A. Lantai : 1844,20 m 2 B. Lantai II : 2284,84 m 2 C. Lantai III : 2275,68 m 2 D. Lantai IV : 2275,68 m 2 E. Lantai V : 2297,16 m 2 F. Lantai Basement : 3653,44 m 2 Luas Total : 14571,00 m 2 - Ruang Pelataran Luas : 1907,20 m 2 Kebanyakan bangunan yang terdapat di sekitar kawasan Pringgan merupakan bangunan ruko dengan ketinggian 2-4 lantai. Berikut akan disajikan ketinggian masing-masing ruko di sekitar kawasan Pasar Pringgan : Luas total Pasar Pringgan + pusat perbelanjaan : 24.005 m 2 II.2.3.3.2 Ketinggian Bangunan 1. Bangunan Pasar Pringgan dan Pusat Perbelanjaan serta pelataran - Pasar Pringgan : 2 lantai - Pusat Perbelanjaan : 5 lantai - Ruang Pelataran : 1 lantai terbuka 2. Bangunan di Sekitar Kawasan Pringgan Medan Universitas Sumatera Utara 29 Keadaan tempat pembuangan sampah yang tidak teratur. Sehingga menimbulkan bau dan pemandangan yang tidak sedap Keadaan lalu lintas yang cukup macet di depan pusat perbelanjaan. Terlihat sejumlah becak penumpang parkir sembarangan. Keadaan utilitas yaitu parit pasar yang tidak terawat dengan baik, sehingga sering menimbulkan genangan air pada waktu terjadi hujan, serta bau dan pandangan tidak sedap Keadaan sekitar pasar pringgan yang dipenuhi oleh sampah. dimana sampah tidak hanya bertebaran di sekitar tempat pembuangan, tetapi juga di sekitar pinggiran pasar tradisional Kedaan bagian depan pasar pringgan yang dipenuhi oleh PKL sehingga menyebabkan jalan semakin sempit dan menimbulkan kemacetan Gbr 2.11 Eksisting Kawasan Pringgan II.2.3.4 Eksisting Tapak terletak pada Jalan Iskandar Muda, disamping Jalan Sei Mencirim dan Jalan Pasar Pringgan. Tapak terletak pada Kecamatan Medan Baru. Dengan KDB di kawasan tersebut mencapai 80 - 90 . Dengan luasan site sekitar 1,2 Ha -1,3 Ha. Berikut akan disampaikan kondisi eksisting dari tapak di sekitar site. Universitas Sumatera Utara 30 II.3 Tinjauan Fungsi II.3.1 Dekripsi Penggunaan dan Kegiatan Pelaku pada proyek ”Redevelopmen Kawasan Pringgan” ini dapat dikelompokkan secara umum menjadi beberapa bagian demikian juga dengan kegiatan yang terjadi juga dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian besar. Pelakunya antara lain : - Pengunjung yaitu masyarakat baik yang berasal dari daerah sekitar dalam kota, maupun dari luar kota bisa pengunjung pasar maupun pengunjung pusat perbelanjaan - Pedagang pasar yaitu pihak yang menjajakan barang dagangan di pasar. - Pedagang pusat perbelanjaan yaitu pihak yang menjajakan barang dagangan di pusat perbelanjaan. - Pengelola yaitu pihak yang bertugas mengawasi, mengelola, dan memberikan pelayanan fasilitas kepada para pedagang baik di pasar maupun pusat perbelanjaan Kegiatannya antara lain : - Berdagang yang merupakan fungsi utama dari komplek bangunan ini. Merupakan kegiatan menjajakan barang kepada para pengunjung, baik dalam benutk kios, los, retail, maupun pameran. - Pembelian yang merupakan feedback dari kegiatan berdagang. Disini pembeli akan membayar untuk barang yang diingininya. Secara lebih lengkap akan dibahas mengenai kronologis kegiatan dan pelaku yang terdapat di komplek bangunan ini : II.3.1.1 Deskripsi kegiatan Pasar Pringgan Dikarenakan oleh lokasi pasar yang berada pada pusat kota, maka pasar termasuk daerah yang hidup mulai dari pagi jam 04.00 sd 18.00 WIB. Sedangkan untuk wilayah sekitarnya terdapat pedagang kaki lima yang beroperasi hingga malam hari, seperti pedagang vcdcd serta pedagang makanan. - Pada pukul 04.00 WIB barang dagangan mulai berdatangan ke pasar pringgan. Kebanyakan merupakan barang dagangan yang berupa sayur dan daging. - Pada pukul 06.30 WIB, pembeli mulai berdatangan. Sehingga suasana pasar mulai ramai. Universitas Sumatera Utara 31 - Pukul 06.30-18.00 WIB merupakan waktu dimana kegiatan berdagang dilaksanakan - Pukul 18.00 WIB pasar ditutup - Untuk para pedagang keliling yang ada di sekitar kawasan ini mulai beroperasi dari pukul 18.00-02.00 WIB II.3.1.2 Deskripsi kegiatan pusat perbelanjaan Pada pusat perbelanjaan yang sekarang ada, sama dengan pasar pringgan, yaitu terletak pada satu blok site yang sama. Sehingga mempunyai keidentikan yang sama. Adapun kronologis kegiatan yang biasanya terjadi pada pusat perbelanjaannya antara lain : - Pada pukul 09.00 WIB pusat perbelanjaan Ramayana mulai dibuka. - Pada pukul 09.00-21.00 WIB kegiatan di pusat perbelanjaan Ramayana berlangsung. pada waktu ini juga terjadi kegiatan bongkar muat barang yang biasanya terjadi pada bagian basement gedung - Pukul 21.00 WIB pusat perbelanjaan Ramayana ditutup II.3.1.3 Deskripsi pengguna Pasar Pringgan Berdasarkan hasil survey dan data yang ada, maka dapat diperoleh deskripsi pengguna struktur organisasi pengelola, pengunjung, dll dari pasar Pringgan antara lain : Pedagang dalam area pasar NO JENIS DAGANGAN KIOS BUKA KIOS TUTUP JUMLAH Lantai 1 1 Sayur 75 21 96 2 Buah 19 8 27 3 Daging 36 25 61 4 Ikan hidup basah 46 20 66 5 Ayam hidup potong 19 2 21 6 Makanan kedai kopi 5 1 6 7 Kelapa 5 - 5 8 B. sampah, rempah, bumbu, ikan asin 105 10 115 9 Kopi, jamu dan obat 12 8 20 Universitas Sumatera Utara 32 Tabel 2.2 Jumlah dan Jenis Kios Pasar Pringgan 10 Pecah belah, kerajinan, bunga 42 8 50 Jumlah kios stand LT.I 364 103 467 Lantai 2 11 Kain 187 20 207 12 Tk. Jahit 2 - 2 13 Kelontong 58 5 63 14 Emas imitasi 37 5 42 Jumlah kios stand LT.2 284 30 314 Jumlah kios stand LT 1 dan LT 2 648 133 781 Pedagang yang ada di luar area pasar JALAN JENIS DAGANGAN JUMLAH Jalan Iskandar Muda VCD, CD, DVD, dan majalah 3 Buah bermacam buah 5 Jalan Pasar Pringgan Pulsa Voucher 1 Buah 3 Sayur 3 Jalan Sei Mencirim Sayur dan Buah 15 Jalan D.I. Panjaitan Sayur dan Buah 13 Jumlah 43 II.3.1.4 Deskripsi pengguna pusat perbelanjaan Berdasarkan hasil survey dan data yang ada, maak dapat diperoleh deskripsi pengguna struktur pengelola, pengunjung, dll dari pusat perbelanjaan antara lain: Pada bangunan pusat perbelanjaan, pada saat sekarang, seluruhnya disewa oleh pihak ”Ramayana”. Sehingga di dalam bangunan, keseluruhan usahan merupakan milik dari Ramayana Departmen store. Dengan penjelasan usaha di tiap lantainya sebagai berikut : NO Lantai Jenis Dagangan Keterangan 1 Lantai 1 - Toko Optik ”Melawai” Menjual kacamata, serta Universitas Sumatera Utara 33 Tabel 2.3 Jenis Usaha di Plaza Medan Baru pengetesan kesehatan mata. - Supermarket ”Ramayana” Menjual berbagai kebutuhan sehari- hari seperti minyak goreng, deterjen, sabun, dll - Area makan sejenis foodcourt Menjual makanan jadi, tetapi lebih kepada makanan berat, seperti nasi goreng, nasi ayam, dll - Area Penjualan Pakaian obral Menjual berbagai macam jenis pakaian yang sedang di-obral 2 Lantai 2 - Area Pakaian Wanita Menjual berbagai macam jenis pakaian wanita mulai dari remaja hingga dewasa. - Area Sepatu dan tas Menjual berbagai macam sepatu dan tas untuk wanita mulai dari remaja hingga dewasa - Toilet Toilet hanya terdapat pada lantai 2, tidak ada toilet lainnya, sehingga cukup menyulitkan bagi pengunjung. 3 Lantai 3 - Area Pakaian Pria Menjual berbagai macam jenis pakaian pria mulai dari remaja hingga dewasa. - Area Sepatu dan tas Menjual berbagai macam sepatu dan tas untuk priamulai dari remaja hingga dewasa 4 Lantai 4 - Area Pakaian Anak Menjual berbagai macam pakaian anak mulai dari bayi hingga balita - Area Permainan anak Merupakan area permainan videogame dan permainan ketangkasan lainnya bagi anak- anak dan dewasa 5 Lantai 5 - Diskotik “Iguana” Merupakan diskotik yang dikhususkan untuk orang dewasa, dan tidak dapat diakses dari pusat perbelanjaan, hanya dapat diakses dari tempat parkir basement Universitas Sumatera Utara 34

II.3.2 Deskripsi Prilaku

Berdasarkan sifat aktivitas yang dilakukan, perilaku pengguna komplek bangunan pasar dan pusat perbelanjaan ini dapat dikategorikan menjadi 2 dua yaitu : - Bersifat statis Perilaku pengguna yang lebih bersifat menetap pada satu tempat atau ruang. Kebiasaan pengguna ini merupakan kegiatan yang menjadi rutinitas atau sementara dengan intensitas waktu yang lebih lama seperti aktivitas pengelola pasar dan pusat perbelanjaan dan para pedagang yang biasa berjualan di kios. - Bersifat dinamis Perilaku pengguna bangunan yang cenderung bergerak atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam ruang lingkup bangunan, diantaranya aktivitas pengunjung dan pihak lain yang menggunakan fasilitas yang disediakan di bangunan.

II.3.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang

Mengenai deskripsi dari kebutuhan dan besaran ruang, maka hal ini akan didapatkan berdasarkan analisa kegiatan dan pengguna. Hal itu dikarenakan untuk menentukan ruang yang dibutuhkan perlu diketahui terlebih dahulu jenis pengguna dan ruang apa saja yang dibutuhkannya. Setelah mengetahui jenis pengguna dan kegiatannya, maka ruang-ruang yang dibutuhkannya akan disesuaikan dengan standar-standar yang sudah baku. Hal itu bisa didapatkan dari buku-buku standar yang sudah umum yaitu Time Saver, Architect Data, atau buku standar lainnya.

II.3.4 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

Dalam perancangan pasar dan pusat perbelanjaan, ada persyaratan dan kriteria tertentu yang perlu diperhatikan antara lain fleksibillitas, keamanan pengunjung, kenyamanan pengunjung yang dihubungkan dengan keadaan termal, pencahayaan, sirkulasi. Untuk lebih jelasnya akan dibahas sebagai berikut : 1. Fleksibilitas Secara harafiah fleksibilitas dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri. Kemudahan penyesuaian kios dan los untuk dapat menampung lebih banyak jumlah pedagang. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : a. Pemilihan sistem strukur Universitas Sumatera Utara 35 b. Pembagian ruang c. Ketinggian ruang d. Tata letak stan, kios dan los 2. Kenyamanan Kenyamanan merupakan kepuasan atau kenikmatan dalam melakukan aktivitasnya. Kenyamanan untuk ruang pusaat perbelanjaan dan pasar dipengaruhi faktor keadaan termal dan pencahayaan ruang pameran. a. Kenyamanan ditinjau dari segi termal b. Kenyamanan ditinjau dari segi pencahayaan 3. Sirkulasi Perencanaan dan perancangan sistem sirkulasi pada bangunan terutama ditekankan pada pola pengaturan pencapaian pejalan kaki, jalur sirkulasi pengunjung dan sirkulasi bangunan servis bangunan.

II.3.5 Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Fungsi Sejenis

II.3.5.1 Pasar Pabean , Surabaya Studi banding yang didapatkan ini adalah berupa tugas akhir dari mahasiswa Universitas Petra, Surabaya. Adapun data ini didapat melalui website universitas terbut, melalui cara pendownloadan. Pada kasus ini dibahas mengenai redevelopmen dari kawasan pasar pabean, Surabaya dengan pendekatan tema arsitektur prilaku. Dari studi ini, penulis berharap mendapatkan konsep-konsep tertentu yang dianggap bisa disesuaikan dengan pasar Pringgan yang ada di Medan. Serta sebagai bahan untuk membuka wawasan akan proses redevelopmen dari sebuah pasar tradisional. Universitas Sumatera Utara 36 Universitas Sumatera Utara 37 Gbr2.12 Desain Pasar Pabean Universitas Sumatera Utara 38 Berdasarkan studi yang dilakukan, diketahui bahwa bangunan ini mengambil bentuk tema perilaku kebanyakan dalam proses desainnya. Hal itu tampak dari bentukan denah memanjang untuk mengakomodasi kemudahan parkir masyarakat, bentukan bangunan yang mengambil bentukan arsitektur tropis, dan banyak hal lainnya II.3.5.2 Pasar Tradisional di Padang Sidempuan Pasar tradisional di padang sidempuan ini juga merupakan studi banding dalam bentuk tugas akhir mahasiswa. Pada kasus ini, studi banding didapat dari ruang perpustakaan departemen arsitektur, atau dengan kata lain, studi banding ini adalah salah satu tugas akhir mahasiswa departemen arsitektur terdahulu. Pada studi banding ini dibahas mengenai perancangan dari pasar tradisional dari tidak ada menjadi ada, atau dengan kata lain ini adalah rencana pembuatan pasar tradisional yang baru. Dimulai dari studi kelayakan hingga gambar rancangan dari pasar itu sendiri. Dalam proyek ini pendekatan tema yang digunakan adalah arsitektur fungsional. Adapun harapan penulis dari studi banding ini adalah untuk mencoba mencari tipologi dari pasar, serta kedekatan-kedekatan lainnya, dikarenakan letak pasar ini masih dalam wilayah yang sama yaitu Sumatera Utara, sehingga diharapkan ada kesamaan-kesamaan yang dapat digunakan penulis sebagai referensi dalam pengerjaan tugasnya. II.3.5.3 Pasar Beringharjo, Yogyakarta Pasar beringharjo merupakan salah satu pasar tradisional yang terdapat di Surabaya. Dalam pasar ini, diketahui jenis-jenis pembagian yang jelas dari barang dagangan yang ada. Sehingga hal ini lebih memudahkan pengunjung untuk mencari barang yang diinginkan. Pasar ini juga merupakan pasar 2 lantai, sehingga memudahkan bagi penulis untuk mengambil contoh-contoh pemecahan yang mungkin dilakukan untuk lantai ke-2 di pasar tersebut. Faktor kebersihan juga merupakan salah satu hal yang membuat penulis mengambil pasar ini sebagai contoh studi banding, karena ingin dihasilkan suatu pasar tradisional yang bebas dari stereotip ”bau dan kotor”. Karen kedua hal diatas, dianggap telah terlalu melekat pada pasar tradisional. Universitas Sumatera Utara 39 Gbr 2.13 Pasar Beringharjo II.3.5.4 Pasar Tradisional BSD Pasar tradisional BSD merupakan salah satu contoh pasar hasil redevelopmen pemerintah yang bisa dikatakan cukup berhasil. Pasar ini tidak memiliki bentuk yang luar biasa, namun berhasil membuat suatu bentuk sederhana, dimana masyarakat yang berbelanja merasa cukup nyaman dan efektif. Berdasarkan tanggapan masyarakat yang ada di salah satu website, pasar BSD ini dianggap salah satu pasar tradisional yang baik. Hal itu dimulai dari sistem sirkulasi kendaraan dan ketersediaan lahan parkir untuk kendaraan. Kemudian masuk kedalam penataan kios-kios yang rapi, terorganisasi dan fungsional. Sehingga pengunjung yang datang sama sekali tidak kesulitan menemukan barang yang dicari, dikarenakan adanya pengelompokan yang jelas. Selain itu salah satu hal pendukung yang Universitas Sumatera Utara 40 Gbr 2.14 Suasana Pasar BSD penting adalah pasar ini dikelola dengan baik, dimana semua petugas pasar, mulai dari petugas pembersih, petugas parkir, sampai kepada pengelola mempunyai kerjasama yang baik. Pada studi banding ini, penulis mengharapkan mendapatkan suatu sistem utilitas dari pasar tradisional yang efesien yang ada pada pasar ini, sehingga dapat diterapkan dalam desain nantinya. Selain itu pengelolaan parkir dan sirkulasi kendaraan juga akan menjadi salah satu perhatian dari studi banding ini. II.3.5.5 Blok M Plaza Jakarta Blok M ibarat jantung kota di wilayah Jakarta Selatan. Disinilah tempat semua orang bertemu dari seluruh penjuru kota Jakarta bahkan dari seluruh Indonesia. Karena identitasnya sebagai muara masyarakat local maupun pendatang, maka Blok M bisa disebut terminal yang paling ramai dan sibuk di seluruh Indonesia. Sejak tahun 60 an wilayah ini sudah merupakan tempat ideal untuk dibangun rumah tinggal, sekolah, taman kota dan beragam hiburan bagi warganya Universitas Sumatera Utara 41 Gbr 2.15 Suasana Blok M Plaza Pada masa 80 an, masyarakat berkelas dari kategori B ke A+ dan sebagian besar para professional muda, lebih memilih wilayah ini maka tidaklah mengherankan jika pada masa tersebut kawasan Blok M dianggap mewah dan paling bergengsi di Jakarta Selatan. Hal itulah yang mendorong grup pengembang Pakuwon untuk membangun pusat perbelanjaan bergengsi di sini yang dinamakan Blok M Plaza. Sehingga kerap ada julukan bahwa lokasi tersebut seperti Tokyo mini atau Korea mini, karena banyak dijual barang bermerk terkenal dari mancanegara. Blok M plaza kemudian dibuka pada akhir tahun 80 an. Berada dekat lokasi dekat terminal bis, gelanggang remaja dan perkantoran, semakin menguntungkan blok M plaza dalam menarik konsumen yang tepat sasaran dan focus ke dalam target pasarnya yaitu remaja, mahasiswa dan para professional muda dari segment C sampai B+. mereka tertarik dengan fasilitas yang disediakan seperti bioskop , departemen store, dan toko lainnya. Sepanjang hari kerja dan pada saat makan siang atau sore hari, plaxa ini tetap ramai dan semakin ramai pada saat akhir minggu. Universitas Sumatera Utara 42

BAB III ELABORASI TEMA

III.1 Pengertian Tema Adapun tema yang diambil dalam proyek ini adalah “Perilaku Masyarakat sebagai Konteks”. Yang dimaksud dengan perilaku masyarakat sebagai konteks adalah pendekatan konsep perancangan bangunan dengan menggunakan perilaku masyarakat sebagai tolak ukurnya. Sehingga nantinya unsur-unsur konsep perancangan yang dihasilkan adalah berhubungan dengan perilaku masyarakat sekitar. Untuk lebih jelasnya akan dibahas masing-masing dari kata pembentuk tema tersebut, antara lain : 1. Perilaku Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadarminta, maka yang dimaksud dengan perilaku adalah : - Tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan tubuh tidak saja badan atau ucapan 2. Masyarakat Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadarminta, maka yang dimaksud dengan masyarakat adalah : - Pergaulan hidup manusia sehimpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu 3. Kontekstual Seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang sebelumnya, kata kontekstual itu sendiri memiliki makna yang bermacam-macam, antara lain : Menurut W.J.S Poerwadarminta dalam ”Kamus Bahasa Indonesia” - Apa yang ada di depan atau di belakang kata, kalimat, ucapan yang membantu menentukan makna kata, kalimat, ucapan, dsb - Bertautan dengan sesuatu. Menurut Dr. Ir Mas Santoso - Kontekstual dalam arsitektur berarti kita membahas arsitektur tersebut dari berbagai macam konteks berdasarkan geografinya. Atau dapat juga membahasnya bukan dari konteks obyek tetapi dengan konteks sebagai bangunan secara umum yang berarti juga konteks teknologi, kultur, geografis atau ketiganya secara bersama dalam sebuah obyek. Universitas Sumatera Utara 43 Menurut Ir Josef Prijotomo - Arsitektur kontekstual adalah cara pandang atau kesadaran baru dalam memahami dan menangani arsitektur dan bukan sebuah teknik - Arsitektur kontekstual merupakan sebuah ciri zaman, bukan merupakan ciri arsitektur. - Setiap aristektur pasti kontekstual, sebab arsitektur terikat dengan faktor eksternal dan internal. Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tema ” Perilaku Masyarakat sebagai Konteks ” adalah : Arsitektur yang menggunakan pendekatan melalui reaksi sekumpulan orang yang bertempat tinggal di suatu tempat dengan ikatan terentu terhadap suatu bentuk, site, yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal lainnya. III.2 Arsitektur Kontekstual Kontekstualisme dalam arsitektur merupakan salah satu reaksi yang melawan prinsip- prinsip modernisme. Kontekstualisme sering disalah-artikan hanya sebagai suatu pola pemikiran yang mempertimbangkan konteks sebagai unsur pendekatan disain baru. Sebenarnya kontekstualisme mempunyai arti lebih spesifik dari itu sehingga bisa dikatakan bangunan kontekstual tidak berdiri sendiri yang bisa berteriak Lihatlah aku Bob Cowherd, 1993. Kontekstual adalah situasi yang tidak memungkinkan sebuah obyek ada di suatu tempat tanpa mengindahkan obyek-obyek yang sudah ada di tempat itu terlebih dahulu. Perancangan kontekstual dengan demikian memusatkan perhatian terutama pada karakteristik obyek-obyek yang sudah ada itu ketimbang pada obyek yang akan dibuat. Hal itu sejalan dengan asal katanya, yaitu konteks yang berarti semua yang mendahului hadirnya sesuatu. Budi Sukada, 1993 Kontekstual dalam arsitektur dan kota pertama kali dilontarkan oleh kelompok arsitek perancang kota di Universitas Cornell tahun 1970-an Sumber lain menuliskan Stuart Cohan dan Steven Hurtt-lah yang mengaku memperkenalkannya untuk pertama kalinya di Cornell pertengahan tahun 1960-an dimuat dalam buku Collage City yang ditulis Colin Rowe dan Fred Koetter di mana dicanangkan suatu teori baru perancangan kota. Kata kontekstual di dalam perancangan arsitektur dan kota telah banyak disalah-artikan dalam pengertian regionalisme, jati diri, kepribadian, bahkan menjadi pandangan kedaerahan yang sempit. Universitas Sumatera Utara 44 Kontekstualisme di Amerika maupun rasionalisme baru di Eropa timbul dari reaksi terhadap penghancuran kota-kota dengan gagasan modern perancangan yang menolak sejarah. Keduanya tujuannya sama yakni menghidupkan kembali kota tetapi keduanya mempunyai konsep berbeda. III.2.1 Jenis Perkembangan Arsitektur Kontekstual - Kontekstualisme muncul dan diperkenalkan sebagai metode catatan: dalam dunia arsitektur, perkembangan peradaban manusia menimbulkan banyak variabel nilai dan ketidak pastian, sehingga teori arsitektur banyak dicemooh, maka arsitektur kemudian diposisikan pada metode. Metode dianggap dapat lebih cepat dan tepat mengadakan penyesuaian terhadap perkembangan dalam bentuk antisipasi, partisipasi, prevensi dan kurasi untuk pengobatan lingkungan yang semakin senjang bagi masyarakatnya. Lingkungan semakin terputus dari sejarah ataupun akar budayanya. Untuk memberi bingkai baru dan mampu menimang mengakomodasikan isinya, kontekstualisme diharapkan dapat menarik picu pembuka wawasan yang luas dan kepekaan yang tajam. Ini juga mengingat perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat sehingga sampai kurang yakin di mana keberadaan kita sebenarnya. - Kontekstualisme oleh Wojciech Lesnikowski lebih disimpulkan sebagai minat dan tanggapan individu ketimbang aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang bersifat universal. Ini berbeda dengan gerakan modern yang mewakili seperangkat dogma, didaktik dan aturan-aturan yang universal dan jadilah hukum untuk standard praktek disain kalangan arsitek penganutnya. - Kalau di atas kontekstualisme dibaca sebagai metode, kontekstualisme dapat pula dianggap sebagai teknik disain untuk memberi jawaban atas kondisi-kondisi yang bersifat morfologis, tipologis, pragmatis menjadi bersifat plural dan fleksibel, serta bukan merupakan dogma rasional atau melulu berorientasi pada kaidah yang terlalu universal. Meskipun demikian harus diakui pada saat ini cukup banyak disain dengan dasar pemikiran kontekstual yang berakhir dengan kiat-kiat formal yang gersang karena dengan begitu saja mengangkat pengaruh bangunan bersejarah; bukan merupakan adaptasi sejarah yang dipikirkan masak-masak. - Pendekatan desain arsitektur yang kontekstual dapat dilakukan dengan berbagai aspek. Pendekatan kontekstualisme melalui komposisi. Usaha teoritis kontekstual secara non-eklektis barangkali sudah dimulai dari tulisan Durand, abad 19, bahwa tujuan arsitektur bukan imitasi alam atau kepuasan artistik tetapi kenyamanan fungsional dan ekonomi simetri, keteraturan, Universitas Sumatera Utara 45 kesederhanaan. Dengan demikian komposisi atau disposisi menawarkan grid kontinyu yang tidak terdeferensiasi yang di-superimposed dengan sumbu untuk menyatukan elemen-elemen yang bertentangan. - Pendekatan kontekstualisme melalui kelanggengan. Penggunaan unsur kelanggengan the permanences adalah upaya konservatif sekaligus sophisticated. Tipe dipandang sebagai obyek tunggal yang unik, sebuah metafora yang berhubungan dengan masa lampau saat manusia dikonfrontasikan dengan masalah arsitektur. Dengan demikian tipe memiliki penalaran dan diidentifikasikan dengan logika bentuk yang berhubungan dengan nalar dan penggunaan program. Sehingga tipe bersifat alamiah dan mengekspresikan the permanence seperti rumah dan monumen; sesuatu yang konstan sepanjang sejarah. - Pendekatan kontekstualisme melalui struktur formal internal. Tipe bisa muncul sebagai akibat dari perbandingan dan overlapping dari ketentuan formal tertentu. Melalui bentuk dasar tersebut bangunan-bangunan akan berhubungan satu sama lain secara selaras kontekstual. Tipe dalam pengertian ini didefinisikan sebagai struktur formal internal bangunan atau deretan bangunan yang berperan sebagai generator kota dan akan menemukan elemen kota dalam berbagai skala. Struktur formal ini bisa berarti karakter bentuk dalam geometri yang paling dalam seperti sentralitas, linieritas, klaster dan grid. Pendekatan ini pada masa gerakan neo- rationalism dengan Aldo Rossi sebagai hulubalangnya dapat secara gencar menyerang arsitektur modern. Di sini ditemukan relasi ilmiah antara morfologi urban dan tipologi bangunan. Kemudian lebih berkembang setelah dikombinasikan dengan analisa Wittkower tentang villa Palladian, Maurice Kulot, dan terutama Krier bersaudara yang mengembangkan berbagai riset tipologi-morfologi grafis arsitektural. - Pendekatan kontekstualisme melalui penjajaran reason dan memory. Kota adalah produk hasil kerja kolektif dan dirancang untuk digunakan secara kolektif. Aldo Rossi menyebut kota sebagai amalgam dari artefak formal produk dari berbagai individu; arsitek berlaku sebagai subyek kolektif. Logika bentuk arsitekturnya terletak pada definisi tipe berdasarkan juxtaposition of reason and memory. Kota adalah locus komponen dari artefak individual, yang ditentukan oleh ruang, topografi, bentuk yang lama dan baru dari memory kolektif. Dalam pengertian ini arsitektur menjadi locus solus tempat dengan karakter unik. Sehingga arsitek agar mendapat proses disain yang analogis, melalui memori, mengimajinasikan dan merekonstruksi fantasi Universitas Sumatera Utara 46 masa depan, digerakkan melalui potensi inventif dari perangkat tipe. Memori yang lebur dengan sejarah yang memberikan peluang bentuk tipe menjadi signifikan dalam disain proses yang baru. - Pendekatan kontekstualisme melalui type-image. Venturi mengajukan pemikiran bahwa tipe harus direduksi menjadi imajinasi - atau imajinasi adalah tipe - dengan dasar pemikiran bahwa melalui kesamaan imajinasi komunikasi dapat berlangsung. Dengan demikian type-image lebih menekankan kognisi daripada struktur formal. Hasilnya adalah penggunaan elemen milik arsitektur masa lampau, sedangkan interdependensinya dari elemen bisa terabaikan samasekali. Tipe sebagai struktur formal internal yang merupakan sebuah kesatuan telah hilang, setiap elemen dimanfaatkan dalam ketunggalannya sebagai fragmen bebas untuk menunjang type- image. - Pendekatan kontekstualisme melalui style. Persoalan kontekstualisme buat Brent C. Brolin adalah bagaimana menyelaraskan formalisme bangunan baru melalui eksplorasi kesamaan gaya dan teknologi yang bersebelahan dengan bangunan lama atau lingkungan lama yang memiliki style arsitektur tertentu sehingga kontinyuitas visual terjaga fitting new buildings with the old. Brolin mengakui bahwa kontras bangunan modern dan kuno bisa merupakan sebuah harmoni, namun diingatkan bahwa bila terlalu banyak shock effects yang timbul sebagai akibat kontras maka efektivitas yang dikehendaki akan menurun sehingga yang muncul adalah chaos. Style sangat penting dalam kontekstualisme. - Pendekatan kontekstualisme melalui regionalism. Gerakan regionalism muncul di dunia ketiga untuk mengembalikan kontinyuitas kekhasan arsitektur yang ada pada suatu wilayah budaya tertentu yang dominan. Arsitektur modern, yang abstrak dan berasal dari barat, sering dituduh sebagai penyebab pudarnya identitas arsitektur setempat. III.3 Analisis Pemilihan Tema Pada bagian latar belakang, sebenarnya sudah dijelaskan perkembangan dari tema kontekstual dan jenis-jenis perkembangannya. Tetapi penjelasan di atas, masih mencakup perubahan dan jenis arsitektur kontekstual yang berada di luar negara Indonesia kebanyakan membahas perkembangan kontekstual di Amerika dan Eropa Sehingga sehubungan dengan konteks desain yang ada di Indonesia, maka akan dirasakan lebih tepat, jika membahas tema arsitektur kontekstual yang ada dan berkembang di Indonesia, antara lain : Universitas Sumatera Utara 47 1. Kontekstual menurut Dr. Ir. Mas Santoso Membahas arsitektur dari berbagai macam konteks, terutama dari 3 aspek utama : a. Teknologi b. Kultur c. Geografi Menurut beliau, dari ketiga aspek tersebut, maka dapat diambil satu aspek yang paling menonjol, salah satunya, ataupun tidak satupun diantara ketiganya bila tidak ada aspek yang menonjol. Untuk itu kita harus melihat jenis bangunannya, misalnya bila yang didirikan adalah museum teknologi, maka aspek yang ditonjolkan adalah aspek teknologi. 2. Kontekstual menurut Ir. Budi Sukada, Dipl A.A Grad Hon Arsitektur kontekstual tersebut hanya berkaitan dengan pengajaran teknik yang memakai situasi lingkungan sekitarnya sebagai titik tolak. Beliau juga menambahkan bahwa semua karya arsitektur dapat dikatakan sebagai arsitektur kontekstual. 3. Kontekstual sebagai cara berpikir menurut Dr. Ir Ika Putra Kontekstual itu tidak dapat dainggap sebagai suatu style, karena apabila diartikan sebagai style, maka akan dianggap sebagai suatu hal yang buruk. Sehingga kontekstual itu harus diperhatikan dari cara berpikirnya. Kontekstual itu akan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan kontekstual itu tidak selalu harus berarti sinkron dengan bangunan yang ada di sekitarnya. 4. Arsitektur kontekstual terikat faktor internal dan eksternal menurut Ir. Josef Prijotomo, M.Arch Arsitektur kontekstual adalah cara pandang atau kesadaran baru dalam memahami dan menangani arsitektur dan bukan sebuah teknik Arsitektur kontekstual merupakan sebuah ciri zaman, bukan merupakan ciri arsitektur. Setiap aristektur pasti kontekstual, sebab arsitektur terikat dengan faktor eksternal dan internal. 5. Arsitektur kontekstual sebuah vision site menurut Dr. Ir Ardi Pardiman Parimin Arsitektur sebagai vision site maksudnya bahwa arsitektur itu harus benar-benar memperhatikan site, diamana bangunan tersebut akan dirancang. Jadi kontekstual lebih mementingkan keharmonisan dengan lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan bangunan itu sendiri. Bangunan itu adalah cerminan site. Universitas Sumatera Utara 48 Setelah dilihat kelima pendapat para ahli yang berbicara mengenai arsitektur kontekstual di atas, maka akan disesuaikan dengan keinginan perancang dan kondisi site itu sendiri, antara lain : 1. Penulis ingin memunculkan pendekatan perilaku masyarakat dalam rancangannya. Hal itu dikarenakan perilaku masyarakat sangat dominan dalam menentukan kegiatan yang terjadi di bangunan. Sang arsitek bisa mendesain bangunan berdasarkan persepsinya, tetapi perilku masyarakat lah yang pada akhirnya menentukan apakah desain itu berjalan dengan baik atau tidak. 2. Kondisi sekitar site, ataupun bangunan sekitar tidak ada yang menonjolkan salah satu aspek tertentu, yang berarti sangat memungkinkan bagi penulis untuk memunculkan isu berupa pendekatan perilaku masyarakat untuk bangunan yang akan dirancang. 3. Kawasan sekitar bukan merupakan kawasan preservasi ataupun kawasan yang dilindungi permerintah sehingga tidak terdapat pengaturan yang terikat mengenai arah bentuk pengembangan design bangunan. Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa arsitektur kontekstual yang paling mendekati dengan keinginan penulis dan kondisi site sekitar adalah adalah arsitektur kontekstual terikat faktor internal dan eksternal menurut Ir. Josef Prijotomo, M.Arch. . Karena menurut beliau kontekstual itu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal bangunan itu sendiri dan penulis lebih menitikberatkannya kepada faktor eksternal bangunan yaitu berupa perilaku masyarakat sekitar, namun dengan tidak mengurangi kepedulian terhadap faktor internal dan eksternal lainnya. III.4 Perilaku Dalam Arsitektur a. Perilaku sebagai suatu pendekatan Pendekatan perilaku menekankan keterkaitan yang dialektik antara ruang dengan manusia yang memanfaatkan atau menghuni ruang tersebut. Pendekatan ini menekankan perlunya memahami perilaku manusia atau masyarakat yang berbeda dari setiap daerah dari aspek norma, kultur, dan psikologis.masyarakat b. Psikologis sosial manusia Merupakan suatu bidang ilmu kejiwaan yang membahas tentang tingkah laku manusia sebagai individu pada lingkungan sosialnya. Yang dimaksud dengan psikologi manusia adalah ilmu yang mempermasalahkan mengenai tingkah laku Universitas Sumatera Utara 49 dan proses yang terjadi tentang tingkah laku tersebut. Maka psikologi selalu berbicara tentang kepribadian manusia. c. Konsep dalam kajian arsitektur lingkungan dan perilaku 1. Behaviour setting Mengandung unsur-unsur sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan, aktivitas atau perilaku dari sekelompok orang tersebut, secara konstan atau berkala, dan pada suatu tempat atau setting tertentu 2. Environmental perception Interpretasi tentang suatu seting oleh individu, didasarkan latar belakang budaya, nalar dan pengalaman individu tersebut 3. Perceived environment Merupakan produk atau bentuk dari persepsi lingkungan seseorang atau sekelompok orang 4. Environment cognition, image, and schemata Merupakan suatu proses memahami dan memberi arti terhadap lingkungan 5. Environmental learning Meliputi proses pemahaman yang menyeluruh tentang suatu lingkungan seseorang 6. Environmental quality Merupakan kualitas lingkungan yang memenuhi preferensi imajinasi ideal seseorang atau sekelompok orang 7. Territory Merupakan batas dimana organisme hidup menentukan tuntutannya, menandai serta mempertahankannya 8. Personal space and crowding Merupakan suatu batas yang tidak tampak di sekitar seseorang, dimana orang lain tidak boleh atau merasa enggan untuk memasukinya. Apabila personal space tidak dapat dipertahankan maka akan timbul crowding 9. Environmental pressure and stress Merupakan faktor fisik yang menimbulkan rasa tidak enak, kehilangan orientasi, tidak nyaman yang dapat menyebabkan stress d. Psikologis Lingkungan Menurut Holahan, psikologi lingkungan adalah bidang psikologi yang meneliti khusus hubungan antara lingkungan fisik dan tingkah laku dan pengalaman Universitas Sumatera Utara 50 manusia. Menurut UU no 41982, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. e. Psikologi Manusia Proses psikologi dalam interaksi antar manusia dengan lingkungan dapat selalu berhubungan seperti pada pembahasan berikut : 1. Persepsi 2. Kognisi pengenalan, yang terdiri dari : a. Persepsi b. Imajinasi c. Berfikir d. Nalar e. Pengambilan keputusan 3. Motivasi alasan, yaitu kompleksitas proses fisik psikologi yang bersifat : a. Keterarahan b. Keterangsangan c. Energik f. Arsitektur Untuk Mansusia Membahas bangunan yang berguna untuk manusia dan dirancang untuk manusia individual. Untuk mewujudkannya kita harus menghargai arsitektur sebagai seni yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Amos Rapoport mengatakan bahwa perancangan arsitektur pada dasarnya menyangkut pengorganisasian dari beberapa hal, yaitu : 1. ruang 2. waktu 3. arti 4. komunikasi III.5 Perilaku Masyarakat Sekitar Untuk dapat menghasilkan suatu perancangan dengan ”pendekatan perilaku masyarakat sebagai konteks” yang lebih baik, maka sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu apa saja yang menjadi kebiasaan maupun perilaku masyarakat di sekitar site. Adapun hal ini dapat diperoleh melalui hasil survey lapangan, antara lain : Universitas Sumatera Utara 51 III.5.1 Perilaku Masyarakat sekitar Pasar Pringgan III.6.1.1 Pedagang - Pedagang lebiih memilih duduk di luar kios daripada di dalam kios karena lebih mudah berinteraksi dengan pengunjung - Pada saat pembeli sedang tidak ada, pedagang yang letak kiosnya berdekatan akan berkumpul dan mengobrol - Barang dagangan dijajakan menjorok keluar dari kios - Pedagang pakaian akan menggantungkan pakaiannya di luar kios dan pada void pada lantai 2 - Pedagang sayur akan meletakkan barang dagangannya dalam keranjang di jalur sirkulasi pembeli - Pedagang ayam potong biasanya membuang air rebusan ayam ke bagian depan pasar, bukan ke saluran drainase pasar - Pedagang ayam terkadang juga memanggang ayam sesuai dengan permintaan pembeli - Pedagang barang basah yang memiliki air buangan biasanya pelan- pelan menuangkan saluran drainase pasar yang terbuka - Untuk loading dock dibuat di bagian depan pedagang pasar basah dan juga di bagian samping pasar pedagang kelontong dan sembako - Sebagian pedagang makan siang pada tempat makan di area terbuka - Beberapa pedagang, khususnya pedagang pakaian biasanya membawa tikar untuk tempat istirahat - Pedagang bumbu biasanya terletak di sekitar pedagang daging dan sayur - Loading barang pada pagi hari dimulai pada pukul 4 pagi, ini biasanya hanya terjadi pada pedagang basah, karena pedagang barang kering biasanya menyimpan barangnya dalam kios - Sewaktu datang pada pagi hari, maka pedagang sayur seperti pedagang kelapa akan memarut kelapa terlebih dahulu yang akan menghasilkan sampah yang tidak sedikit. Biasanya sampah ini dibiarkan di samping kiosnya atau ada juga yang membuangnya langsung ke area sampah III.6.1.2 Pembeli - Selain berbelanja, pembeli juga terkadang makan pagi di sekitar pajak - Pengunjung yang membawa kendaraan berusaha untuk memarkirkan kendaraannya sedekat mungkin dengan tempat ia berbelanja Universitas Sumatera Utara 52 - Jalan Pasar Pringgan yang sebenarnya jalan 1 arah, dijadikan menjadi jalan 2 arah - Biasanya pembeli dari bagian pasar barang basah tidak akan masuk ke dalam pusat perbelanjaan yang ada di bagian depannya, sedangkan pengunjung pasar dari bagian barang kering, misalnya yang sedang mellihat-lihat kain, sepatu, dll akan masuk ke pusat perbelanjaan yang ada di bagian depan - Munculnya pedagang kaki lima khususnya penjual sayuran dan buah karena kecenderungan pembeli yang ingin bersifat peraktis, khususnya dalam membeli sayur atau daging untuk sedekat dan seefektif mungkin berbelanja, sehingga kios yang paling menjorok ke bagian luar akan lebih laku. - Jumlah pengunjung pada lantai 1 lebih banyak dari jumlah pengunjung dari lantai 2, karena ada kecenderungan pengunjung ”malas” untuk naik ke lantai 2 - Penggunaan WC KM sebagian besar oleh pedagang, pengunjung jarang memakainya - Kebanyakan pembeli hanya akan melihat bagian tengah dan samping pasar. Sedangkan bagian sudut pasar jarang dikunjungi pembeli, sehingga jumalh kios yang buka pada bagian itu juga sedikit III.6.1.3 Pengelola - Sebelum masukdan bekerja, sebagian besar pengelola akan sarapan di sekitar pasar - Pekerjaan dimulai dari pukul 09.00-16.00 WIB III.6.1.4 Angkutan Umum - becak dayung dan mesin biasanya mengelompok pada keempat sudut pasar untuk menunggu pembeli - karena kebanyakan pengunjung menunggu pada bagian depan pasar, sehingga banyak angkot yang berhenti dan menunggu pada jalan tersebut yang sering menimbulkan kemacetan - Becak dayung, mesin serta kendaraan pribadi biasanya menjadikan jalan Pasar Pringgan menjadi jalan 2 arah III.5.2 Perilaku Masyarakat sekitar Gedung Pusat Perbelanjaan III.6.2.1 Penjual Universitas Sumatera Utara 53 - Sebelum masuk dan bekerja, pegawai Ramayana biasanya sarapan terlebih dahulu di tempat makan yang ada di bagian belakang Ramayana - Sewaktu istirahat makan siang, kegiatan yang sama juga berlangsung, pegawai Ramayana akan menghabiskan waktu istirahatnya pada tempat makan tersebut - Ada penyiar pada bagian depan gedung yang khusus memberikan informasi mengenai harga barang serta potongan harga yang ditawarkan - Walaupun sebagian besar dikuasai oleh Ramayana, namun terdapat juga retail tertentu yang non-Ramayana seperti : toko optik, kosmetik, dll - Hubungannya dengan pasar tradisional di bagian belakang benar- benar terputus, bagian belakang yang seharusnya menjadi penghubung sekarang digunakan sebagai bagian servis dan tertutup - Toilet hanya terdapat pada lantai 2 di bagian belakang bangunan - Pusat perbelanjaan ini tidak dalam satu level yang sama dengan pusat perbelanjaan ”Medan Fair Plaza” ataupun ”Medan Plaza”. Bisa dikatakan bahwa Plaza Medan Baru ini berada sedikit di bawah kedua Plaza di atas - Kebanyakan pengunjung pusat perbelanjaan yang menggunakan kendaraan, memarkirkan kendaraannya di dekat bangunan. - Parkiran basement lebih banyak digunakan oleh pengelola gedung dan pengunjung diskotik - Lantai 5 diskotik tidak dapat diakses oleh pengunjung dari dalam bangunan, hanya dapat diakses dari lantai basement bangunan - Gedung pusat perbelanjaan ini mulai beroperasi dari pukul 09.00-21.30 WIB II.6.2.2 Pembeli - Bagian depan sering digunakan sebagai tempat bersitirahat oleh pengunjung yang merasa lelah - Sebagian besar pengunjung yang menggunakan angkutan umum, maka akan mengantri di bagian depan pusat perbelanjaan, yang tidak jarang akan menimbulkan kemacetan Universitas Sumatera Utara 54 III.6 Keterkaitan Tema dengan Judul Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan di atas, maka diketahui bahwa perancangan dengan menggunakan tema kontekstual merupakan perancangan yang memperhatikan faktor-faktor lain di sekitar site yang akan dibangun. Sehingga bangunan tidak hanya berdiri sebagai bangunan tunggal. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis, yang ingin merancang bangunan yang tediri dari pasar dan pusat perbelanjaan dengan menekankan konteks perilaku masyarakat sebagai alat penyaluran perancangannya. Pemilihan tema kontekstual dengan pendekatan perilaku masyarakat sekitar dianggap sangat cocok untuk bangunan pasar dan pusat perbelanjaan hal itu dikarenakan kedua tipologi bangunan itu sangat erat kaitannya dengan peranan masyarakat sekitar. Dikarenakan kebanyakan kegiatan yang terjadi di lingkungan tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku tersebut. Alasan di atas lah yang menyebabkan penulis berkesimpulan bahwa judul proyek ”Redevelopmen Kawasan Pasar Pringgan” ini akan berjalan selaras dengan penerapan tema kontekstual dengan pendekatan perilaku masyarakat. Sehingga bisa dikatakan bahwa kedua hal di atas memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. III.7 Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Tema Sejenis III.6.1 Els Colors Kindergarten Arsitek : RCR Arqutecs Memamerkan sebuah kesederhanaan di dalam komposisi yang dicapai lewat penempatan berdampingan bagian-bagian yang dibedakan dengan warna. Kelas, area umum, dan cafe disebar melewati dua persegi empat, dengan level yang sama, yang dihubungkan dengan sebuah gang yang berada di tengahnya, dan juga memberikan akses ke ruang terbuka di dalam bangunan. Baja digunakan untuk elemen struktur vertikal, beton, untuk elemen horizontal, dan kaca-kaca berwarna merah, jingga dan kuning yang transparan digunakan untuk dinding, yang membantu menciptakan sebuah lingkungan yang menyenangkan, dimana imajinasi anak-anak dapat tumbuh dengan lebih ekspresif dan liar. Pada bangunan ini, hal yang dapat dipelajari adalah penggunaan warna dan bentuk yang sesuai dengan perilaku anak-anak, sehingga bangunan akan lebih terkoneksi dengan penggunanya Universitas Sumatera Utara 55 Gbr 3.1 Els Colors Kindergarten Universitas Sumatera Utara 56 Gbr 3.2 Toyama Children Center

III. 7.2 Toyama Children Center

Digunakan oleh anak-anak 5-12 tahun dengan fasilitas seperti hall bermain, relaxation area, workshop hall, galeri mainan, dll. Bentuk massa bangunan berupa penggabungan dua lingkaran dengan penampilan bangunan yang rekreatif, imajinatif dan ceria. Pencahayaan menggunakan cahaya alami dan skylight dan menggunakan sistem penghawaan alami. Interior bangunan didominasi oleh bentuk segienam dan lingkaran, sehingga ruangan tidak menjadi kaku dan monoton. Berdasarkan hasil pengamatan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa toyama children center ini banyak mengambil penerapan tema bangunan baik dalam denah maupun bentuk bangunan itu sendiri. III.7.3 Glenaire Retirement Center Berada di Cary, carolina utara. Terdiri dari unit hunian dam cluster 1 lantai dan apartemen berlantai banyak, healthcare center, dan fasilitas pendukung lainnya. Yang menjadi fokus adalah adanya connecting bridges selasar yang menghubungkan unit-unit dengan fasilitas hunian.. kompleks ini juga dirancang Universitas Sumatera Utara 57 Gbr 3.3 Glenaire Center dengan suasana yang nyaman dan segar dengan menanam pepohonan yang cukup banyak di sekitar site. Pada bangunan ini, dapat disimpulkan mengambil perilaku dari orangtua yang lebih menyenangi kondisi tenang. Hal itu tampak dari penggunaan warna hijau, serta penggunaan pepohonan yang cukup banyak untuk menimbulkan kesan asri. Universitas Sumatera Utara 58 Gbr 4.1 Perspektif Kawasan Pringgan JL. D.I Panjaitan JL. Pasar Pringgan JL. Sei Mencirim JL. Iskandar Muda

BAB IV ANALISA