Kantor Sewa Diponegoro (Arsitektur Hemat Energi)

(1)

KANTOR SEWA DIPONEGORO

( ARSITEKTUR HEMAT ENERGI )

Oleh :

IVA SUSANTI 050406012

Medan, 11 Juni 2009

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP. 132 206 820

Ir. Basaria Talarosha, MT. Pembimbing I

Ir. Vinky Rahman, MT. Pembimbing II


(2)

KANTOR SEWA DIPONEGORO

( ARSITEKTUR HEMAT ENERGI )

LAPORAN PERANCANGAN

TGA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2008/2009

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Disusun Oleh :

IVA SUSANTI 05 0406 012

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A 2009


(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)

Nama : Iva Susanti

NIM : 05 0406 012

Judul Proyek Tugas Akhir : Kantor Sewa Diponegoro

Tema : Arsitektur Hemat Energi

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan

Laporan

Paraf Pembimbing I

Paraf Pembimbing II

Koordinator TKA-490

1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikan Tanpa Sidang

4. Perbaikan Dengan Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, 11 Juni 2009

A B+ B C+ C D E

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP: 132 206 820

Koordinator TGA-490,

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP: 132 206 820


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menjadi sumber kekuatan dan penghiburan selama berlangsungnya pengerjaan tugas ini.

Pada kesempatan ini, dengan tulus dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya kepada pembimbing tugas akhir Ibu Ir. Basaria Talarosha, MT dan kepada Bapak Ir.Vinky Rahman, MT

sebagai pembimbing tugas akhir, atas kesediaannya membimbing, motivasi, pengarahan dan waktu beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA dan Bapak Imam Faisal Pane, ST, MT atas saran-sarannya yang membangun dalam sidang preview 1, 2 dan 3 sehingga penulis memiliki pegangan dalam mengoreksi kekurangan-kekurangan dalam desain Kantor Sewa Diponegoro ini.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama masa pengerjaan tugas akhir ini. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih pada rekan-rekan sesama peserta Tugas Akhir, Sugiono Po, Wendy, Yenfenni Riyawati, Kendrick, Faisal Azhari, Maya Reviana, Asrul, Octania, Naomi, Mili Ida, Nurainun dan lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala dukungannya.

Penulis sungguh menyadari bahwa tugas akhir ini masih mempunyai banyak kekurangan. Karena itu penulis membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi penyempurnaan tugas akhir ini. Dan penulis berharap tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, 11 Juni 2009 Hormat saya,

Iva Susanti NIM 050406012


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

Bab I Pendahuluan ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Maksud dan Tujuan Proyek ...2

1.3 Perumusan Masalah dan Batasan Proyek ...2

1.4 Metode Pendekatan ...3

1.5 Batasan Proyek ...3

1.6 Kerangka Berpikir ...3

1.7 Sistematika Laporan ...4

Bab II Tinjauan Umum ...5

2.1 Tinjauan Umum Kota Medan ... 5

2.1.1. Keadaan Geografis dan Demografis Kota Medan ... 5

2.1.2. Perkembangan Kota Medan Secara Umum ... 7

A. Perkembangan Ekonomi Kota Medan ... 9

B. Perkembangan Keuangan, Persewaan dan Perusahaan Jasa ... 10

2.2 Tinjauan Fungsi dan Struktur Bangunan ... 12

2.2.1. Tinjauan Kantor ... 12

A. Klasifikasi Gedung Perkantoran ... 12

B. Klasifikasi Sistem Sewa ... 14

C. Wadah Perkantoran ... 15

D. Aktivitas Perkantoran ... 16

E. Struktur Organisasi Umum ... 17

F. Pertimbangan dan Peraturan dalam Perencanaan Kantor ... 18

G. Peranan dan Unsur-unsur dalam Pengadaan Bangunan ... 25


(6)

2.2.2. Tinjauan Gedung Bangunan Tinggi ... 27

A. Perencanaan Gedung Bangunan Tinggi ... 27

B. Kinerja Gedung Bangunan Tinggi ... 27

C. Pertimbangan Ekonomis Bangunan Tinggi ... 28

D. Struktur Gedung Bangunan Tinggi ... 28

Bab III Tinjauan Khusus ... 30

3.1 Terminologi Judul ... 30

3.2 Lokasi Proyek ... 30

3.1.1. Kriteria Pemilihan Site ... 30

3.2.2. Analisis Pemilihan Lokasi ... 33

A. Alternatif Lokasi ... 34

B. Penilaian Alternatif Lokasi ... 37

C. Analisis dan Penetapan Lokasi ... 37

3.2.3. Deskripsi Kondisi Eksisting ... 38

A. Wilayah dan Potensi ... 39

B. Data Umum Site ... 41

3.3 Studi Kelayakan Proyek ... 42

Bab IV Elaborasi Tema ... 44

4.1 Definisi Tema ... 44

4.2 Latar Belakang Pemilihan Tema ... 44

4.3 Tujuan Hemat Energi ... 45

4.4 Kriteria Hemat Energi ... 46

4.5 Rancangan Arsitektur Hemat Energi... 48

4.6 Studi Banding Judul dan Tema Sejenis ... 51

4.6.1. MEWC (Ministry of Energy, Water&Communication) Building 55 4.6.2. Gedung Graha Wonokoyo ... 66

4.6.3. BSD Office Park, BSD City – Tangerang ... 70

Bab V Analisis ... 75

5.1 Analisis Kondisi Tapak ... 75

5.1.1 Lokasi ... 75


(7)

5.1.3. Prasarana ... 77

5.1.4. Skyline ... 78

5.2 Analisis Potensi Lingkungan ... 79

5.2.1. Kebisingan ... 79

5.2.2. Vegetasi Eksisting ... 79

5.2.3. Pangkalan Beca ... 80

5.2.4. Pedagang Kaki Lima ... 81

5.2.5. Pedestrian dan Halte ... 82

5.2.6. Sirkulasi Lalu Lintas... 83

5.2.7. Pencapaian ... 84

5.2.8. Orientasi Matahari ... 85

5.2.9. View ... 87

5.3 Analisis Fungsional ... 88

5.3.1. Hubungan Antar Ruang ... 88

A. Kelompok Kegiatan Kantor Sewa Diponegoro ... 88

B. Hubungan Antar Ruang Secara Umum ... 88

5.3.2. Kebutuhan Ruang ... 89

A. Kebutuhan Ruang Restoran ... 89

B. Kebutuhan Food Court ... 90

C. Kebutuhan Bank Umum ... 90

D. Kebutuhan Kantor Pengelola ... 91

E. Kebutuhan Swalayan ... 91

F. Kebutuhan Ruang Serba Guna ... 91

G. Kebutuhan Parkir ... 91

H. Kesimpulan ... 92

5.3.3. Program Ruang ... 92

Bab VI Konsep Perancangan ... 97

6.1 Penerapan Tema pada Bangunan ... 97

6.1.1. Orientasi Bangunan ... 97

6.1.2. Ketebalan Bangunan ... 98

6.1.3. Selubung Bangunan ... 99


(8)

6.2 Konsep Site ... 101

` 6.2.1. Zoning Ruang Luar ... 101

6.2.2. Sirkulasi Ruang Luar ... 101

6.3 Konsep Bangunan ... 102

6.3.1. Massa Bangunan... 102

6.3.2. Zoning Bangunan ... 103

6.3.3. Sirkulasi Bangunan ... 103

6.3.4. Struktur Bangunan ... 103

Bab VII Gambar Perancangan ... 104

7.1 Site Plan ... 104

7.2 Ground Plan ... 105

7.3 Denah ... 106

Denah Lantai 1 ... 106

Denah Lantai 2 dan Denah Lantai 3-7 ... 107

Denah Lantai 8 dan Denah Lantai 9 & 11 ... 108

Denah Lantai 10 dan Denah Lantai 12 ... 109

Denah Lantai 12A & 15 dan Denah Lantai 14 ... 110

Denah Lantai 16 dan Denah Roof Garden ... 111

Denah Basement 1 ... 112

Denah Basement 2 ... 113

7.4 Tampak ... 114

Tampak Barat ... 114

Tampak Barat Laut ... 115

Tampak Utara ... 116

Tampak Timur ... 117

Tampak Selatan ... 118

Tampak Tenggara ... 119

7.5 Potongan ... 120

Potongan A-A... 120

Potongan B-B ... 121


(9)

7.6 Rencana Pembalokan ... 123

Rencana Pembalokan Lt. Dasar ... 123

Rencana Pembalokan Lt. 1 ... 124

Rencana Pembalokan Lt. 2 dan Rencana Pembalokan Lt. 3-7 ... 125

Rencana Pembalokan Lt. 8 dan Rencana Pembalokan Lt. 9&11 ... 126

Rencana Pembalokan Lt. 10 dan Rencana Pembalokan Lt. 12 ... 127

Rencana Pembalokan Lantai 12A, 15 & 16 dan Rencana Pembalokan Lantai 14 ... 128

Rencana Pembalokan Basement 1 ... 129

Rencana Pembalokan Basement 2 ... 130

7.7 Rencana Elektrikal ... 131

Rencana Elektrikal Lt. Dasar ... 131

Rencana Elektrikal Lt. 1 ... 132

Rencana Elektrikal Lt. 2-7 dan Rencana Elektrikal Lt. 8 & 10 ... 133

Rencana Elektrikal Lt. 9&11 dan Rencana Elektrikal Lt.12&14 ... 134

Rencana Elektrikal Lt. 12A&15 dan Rencana Elektrikal Lt.16 ... 135

Rencana Elektrikal Basement 1 ... 136

Rencana Elektrikal Basement 2 ... 137

7.8 Rencana AC ... 138

Rencana AC Lt. Dasar ... 138

Rencana AC Lt. 1 ... 139

Rencana AC Lt. 2-7 dan Rencana AC Lt. 8 & 10 ... 140

Rencana AC Lt. 9 & 11 dan Rencana AC Lt. 12 & 14 ... 141

Rencana AC Lt. 12A & 15 dan Rencana AC Lt. 16 ... 142

7.9 Rencana Kebakaran ... 143

Rencana Kebakaran Lt. Dasar ... 143

Rencana Kebakaran Lt. 1 ... 144

Rencana Kebakaran Lt. 2-7 dan Rencana Kebakaran Lt. 8 & 10 ... 145

Rencana Kebakaran Lt9&11 dan Rencana Kebakaran Lt12&14 ... 146

Rencana Kebakaran Lt.12A&15 dan Rencana Kebakaran LT.16 ... 147

Rencana Kebakaran Basement 1 ... 148

Rencana Kebakaran Basement 2 ... 149


(10)

Rencana Plumbing Lt. Dasar ... 150

Rencana Plumbing Lt. 1 ... 151

Rencana Plumbing Lt. 2-7 dan Rencana Plumbing Lt. 8&10 ... 152

Rencana Plumbing Lt. 9&11 dan Rencana Plumbing Lt. 12&14 ... 153

Rencana Plumbing Lt. 12A&15 dan Rencana Plumbing Lt. 16 ... 154

Rencana Plumbing Basement 1 ... 155

Rencana Plumbing Basement 2 ... 156

7.11 Potongan Skematik ... 157

Potongan Skematik Rencana Elektrikal, Potongan Skematik Rencana AC, dan Potongan Skematik Rencana Kebakaran ... 157

Potongan Skematik Rencana Air Bersih dan Potongan Skematik Rencana Drainase... 158

7.12 Detail ... 159

7.13 Eksterior View ... 160

Aksonometri Eksterior 1 dan Aksonometri Eksterior 2 ... 160

Aksonometri Eksterior 3 dan Aksonometri Eksterior 4 ... 161

LAMPIRAN... 162


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berpikir ...3

Gambar 2.1 Diagram Klasifikasi Gedung Perkantoran ... 15

Gambar 2.2 Hubungan antar kelompok aktivitas di dalam gedung ... 16

Gambar 2.3 Bentuk Umum Struktur Organisasi Pengelola Gedung Perkantoran ... 17

Gambar 2.4 Perbandingan Jenis Layout Kantor... 19

Gambar 2.5 Tipikal Layout Open Plan Office ... 19

Gambar 2.6 Tipikal Layout Structured Open Plan Office ... 20

Gambar 2.7 Group Space ... 20

Gambar 2.8 Tipikal Layout Self-Regulatory Office ... 20

Gambar 2.9 Tipikal Layout Combi Office ... 21

Gambar 2.10 Tipikal Layout Cellular Office ... 21

Gambar 2.11 Jangkauan rata-rata orang yang duduk di kursi... 21

Gambar 2.12 Meja dengan tempat untuk meletakkan kertas pada satu sisi ... 21

Gambar 2.13 Dimensi meja untuk pekerjaan dasar : menulis dan mengetik ... 21

Gambar 2.14 Meja dengan tempat untuk meletakkan kertas pada dua sisi ... 21

Gambar 2.15 Meja dengan tempat untuk kertas, alat tulis, dan telepon ... 22

Gambar 2.16 Kebutuhan ruang untuk laci meja kerja ... 22

Gambar 2.17 Meja dengan tempat untuk kertas dan referensi ... 22

Gambar 2.18 Meja dengan tempat untuk kertas yang lapang ... 22

Gambar 2.19 Kebutuhan ruang untuk unit filing lateral ... 22

Gambar 2.20 Kebutuhan ruang dan sirkulasi berbagai peralatan kantor ... 22

Gambar 2.21 Layout dan ruang sirkulasi meja dan rak file ... 23

Gambar 2.22 Layout meja dengan kursi dan rak file, serta jalur sirkulasinya ... 23

Gambar 2.23 Layout meja kerja dengan meja tambahan dan jalur sirkulasi ... 23

Gambar 2.24 Layout meja kerja dengan meja tambahan yang digunakan bersama beserta jalur sirkulasinya ... 23

Gambar 2.25 Layout alternatif meja kerja dengan meja tambahan dan jalur sirkulasi . 23 Gambar 2.26 Layout meja kerja dengan meja tambahan bersama dan jalur sirkulasi .. 24

Gambar 2.27 Meja gambar yang dapat dipindahkan untuk sirkulasi : luas 6 m2 ... 24


(12)

Gambar 2.29 Meja gambar dengan back reference : luas 6,6 m2 ... 24

Gambar 2.30 Meja gambar dengan side reference : luas 7,1 m2 ... 24

Gambar 2.31 Kebutuhan ruang bagi pertemuan informal ... 24

Gambar 2.32 Kebutuhan ruang bagi pertemuan formal ... 25

Gambar 2.33 Biaya Daur Hidup Gedung... 26

Gambar 2.34 Kinerja Gedung Bangunan Tinggi ... 27

Gambar 2.35 Struktur dengan bahan beton... 29

Gambar 2.36 Struktur dengan bahan baja ... 29

Gambar 3.1 Pembagian WPP di Kotamadya Medan ... 33

Gambar 3.2 Peta Alternatif Tapak A ... 34

Gambar 3.3 Peta Alternatif Tapak B ... 35

Gambar 3.4 Peta Alternatif Tapak C ... 36

Gambar 3.5 Peta Lokasi ... 38

Gambar 3.6 Figure Ground Kawasan Site ... 41

Gambar 4.1 Eksterior MEWC Building ... 51

Gambar 4.2 Elemen Desain Energi MEWC Building ... 52

Gambar 4.3 Orientasi Bangunan MEWC Building ... 52

Gambar 4.4 Fasad Barat MEWC Building ... 53

Gambar 4.5 Fasad Timur MEWC Building ... 53

Gambar 4.6 Fasad Utara MEWC Building ... 53

Gambar 4.7 Fasad Selatan MEWC Building ... 53

Gambar 4.8 Atap Ganda MEWC Building ... 53

Gambar 4.9 Jendela Punch Hole dengan Light Shelves ... 54

Gambar 4.10 Elemen Pembayang dengan Window Glazing ... 55

Gambar 4.11 Penggunaan Cahaya Alami secara Optimal ... 55

Gambar 4.12 Ventilasi dan Pencahayaan Alami pada Atrium... 56

Gambar 4.13 Ventilasi Alami dengan Thermal Flue / Chimney Effect ... 56

Gambar 4.14 Pencahayaan Alami pada MEWC Building ... 57

Gambar 4.15 Landscaping pada MEWC Building ... 58

Gambar 4.16 Desain Layout Interior MEWC Building ... 59

Gambar 4.17 Partisi Ruang Interior MEWC Building ... 59

Gambar 4.18 Built-in Photocell-Occupancy Sensor ... 60


(13)

Gambar 4.20 Sistem AC Hemat Energi ... 61

Gambar 4.21 Pembersih Udara Elektronik ... 62

Gambar 4.22 Diagram Kerja BEMS ... 62

Gambar 4.23 Contoh Tampilan BEMS ... 63

Gambar 4.24 Panel PV pada atap ... 63

Gambar 4.25 Dinding Air di Atrium ... 63

Gambar 4.26 Tangki Penampungan Air Hujan pada Lantai Atap ... 64

Gambar 4.27 Diagram Proporsi Energi ... 64

Gambar 4.28 Diagram Perbandingan Penghematan Energi ... 65

Gambar 4.29 Foto Gedung Kantor Graha Wonokoyo ... 66

Gambar 4.30 Foto Eksterior Graha Wonokoyo ... 67

Gambar 4.31 Denah Lantai 5-9 (Tipikal) Graha Wonokoyo ... 67

Gambar 4.32 Denah Lantai 10 (Ruang Serba Guna) ... 67

Gambar 4.33 Foto Eksterior Graha Wonokoyo ... 67

Gambar 4.34 Tampak Selatan Graha Wonokoyo... 68

Gambar 4.35 Tampak Barat Graha Wonokoyo... 68

Gambar 4.36 Tampak Utara Graha Wonokoyo ... 69

Gambar 4.37 Potongan Graha Wonokoyo ... 69

Gambar 4.38 Site Plan Graha Wonokoyo ... 69

Gambar 4.39 Eksterior 1 BSD Office Park ... 70

Gambar 4.40 Eksterior 2 BSD Office Park ... 70

Gambar 4.41 Eksterior 3 BSD Office Park ... 71

Gambar 4.42 Interior BSD Office Park ... 72

Gambar 4.43 Gambar Denah, Tampak, Potongan BSD Office Park

...

73

Gambar 5.1 Peta Site ... 75

Gambar 5.2 Analisis Bangunan Sekitar Tapak ... 76

Gambar 5.3 Analisis Prasarana ... 77

Gambar 5.4 Skyline Jalan Diponegoro ... 78

Gambar 5.5 Skyline Jalan H.Z. Arifin ... 78

Gambar 5.6 Skyline Jalan Teuku Daud ... 78

Gambar 5.7 Skyline Jalan Imam Bonjol ... 78

Gambar 5.8 Analisis Kebisingan ... 79


(14)

Gambar 5.10 Analisis Pangkalan Beca ... 80

Gambar 5.11 Analisis Pedagang Kaki Lima ... 81

Gambar 5.12 Analisis Pedestrian ... 82

Gambar 5.13 Analisis Lalu Lintas ... 83

Gambar 5.14 Analisis Pencapaian ... 84

Gambar 5.15 Analisis Orientasi Matahari ... 85

Gambar 5.16 Analisis View ... 87

Gambar 5.17 Diagram Kelompok Kegiatan KSD ... 88

Gambar 5.18 Diagram Antar Ruang Secara Umum ... 88

Gambar 6.1 Site Plan Kantor Sewa Diponegoro (Simulasi Pembayangan) ... 97

Gambar 6.2 Simulasi Pembayangan pada pukul 08.00 WIB ... 97

Gambar 6.3 Simulasi Pembayangan pada pukul 10.00 WIB ... 97

Gambar 6.4 Simulasi Pembayangan pada pukul 12.00 WIB ... 98

Gambar 6.5 Simulasi Pembayangan pada pukul 14.00 WIB ... 98

Gambar 6.6 Simulasi Pembayangan pada pukul 16.00 WIB ... 98

Gambar 6.7 Simulasi Pembayangan pada pukul 18.00 WIB ... 98

Gambar 6.8 Shading Eksterior 1 ... 98

Gambar 6.9 Shading Eksterior 2 ... 98

Gambar 6.10 Detail Breathing Wall ... 99

Gambar 6.11 Detail Konstruksi Roof Garden ... 100

Gambar 6.12 Suasana Roof Garden 1 ... 100

Gambar 6.13 Suasana Roof Garden 2 ... 100

Gambar 6.14 Konsep Ruang Luar ... 101

Gambar 6.15 Sirkulasi Ruang Luar ... 101

Gambar 6.16 Konsep Massa Bangunan ... 102

Gambar 6.17 Zoning Bangunan secara Horizontal ... 103

Gambar 6.18 Zoning Bangunan secara Vertikal ... 103

Gambar 6.19 Sirkulasi dalam Bangunan ... 103

Gambar 6.20 Struktur Bangunan Rigid Frame pola Grid ... 103

Gambar 7.1 Site Plan ... 104

Gambar 7.2 Ground Plan ... 105

Gambar 7.3 Denah Lantai 1 ... 106


(15)

Gambar 7.5 Denah Lantai 8 dan Denah Lantai 9 & 11 ... 108

Gambar 7.6 Denah Lantai 10 dan Denah Lantai 12 ... 109

Gambar 7.7 Denah Lantai 12A & 15 dan Denah Lantai 14 ... 110

Gambar 7.8 Denah Lantai 16 dan Denah Roof Garden ... 111

Gambar 7.9 Denah Basement 1 ... 112

Gambar 7.10 Denah Basement 2 ... 113

Gambar 7.11 Tampak Barat ... 114

Gambar 7.12 Tampak Barat Laut ... 115

Gambar 7.13 Tampak Utara ... 116

Gambar 7.14 Tampak Timur ... 117

Gambar 7.15 Tampak Selatan ... 118

Gambar 7.16 Tampak Tenggara ... 119

Gambar 7.17 Potongan A-A... 120

Gambar 7.18 Potongan B-B ... 121

Gambar 7.19 Potongan C-C ... 122

Gambar 7.20 Rencana Pembalokan Lt. Dasar ... 123

Gambar 7.21 Rencana Pembalokan Lt. 1 ... 124

Gambar 7.22 Rencana Pembalokan Lt. 2 dan Rencana Pembalokan Lt. 3-7 ... 125

Gambar 7.23 Rencana Pembalokan Lt. 8 dan Rencana Pembalokan Lt. 9&11 ... 126

Gambar 7.24 Rencana Pembalokan Lt. 10 dan Rencana Pembalokan Lt. 12 ... 127

Gambar 7.25 Rencana Pembalokan Lt.12A,15&16 dan Rencana Pembalokan Lt.14 128 Gambar 7.26 Rencana Pembalokan Basement 1 ... 129

Gambar 7.27 Rencana Pembalokan Basement 2 ... 130

Gambar 7.28 Rencana Elektrikal Lt. Dasar ... 131

Gambar 7.29 Rencana Elektrikal Lt. 1 ... 132

Gambar 7.30 Rencana Elektrikal Lt. 2-7 dan Rencana Elektrikal Lt. 8 & 10 ... 133

Gambar 7.31 Rencana Elektrikal Lt. 9&11 dan Rencana Elektrikal Lt.12&14 ... 134

Gambar 7.32 Rencana Elektrikal Lt. 12A&15 dan Rencana Elektrikal Lt.16 ... 135

Gambar 7.33 Rencana Elektrikal Basement 1 ... 136

Gambar 7.34 Rencana Elektrikal Basement 2 ... 137

Gambar 7.35 Rencana AC Lt. Dasar ... 138

Gambar 7.36 Rencana AC Lt. 1 ... 139


(16)

Gambar 7.38 Rencana AC Lt. 9 & 11 dan Rencana AC Lt. 12 & 14 ... 141

Gambar 7.39 Rencana AC Lt. 12A & 15 dan Rencana AC Lt. 16 ... 142

Gambar 7.40 Rencana Kebakaran Lt. Dasar ... 143

Gambar 7.41 Rencana Kebakaran Lt. 1 ... 144

Gambar 7.42 Rencana Kebakaran Lt. 2-7 dan Rencana Kebakaran Lt. 8 & 10 ... 145

Gambar 7.43 Rencana Kebakaran Lt9&11 dan Rencana Kebakaran Lt12&14 ... 146

Gambar 7.44 Rencana Kebakaran Lt.12A&15 dan Rencana Kebakaran Lt.16 ... 147

Gambar 7.45 Rencana Kebakaran Basement 1 ... 148

Gambar 7.46 Rencana Kebakaran Basement 2 ... 149

Gambar 7.47 Rencana Plumbing Lt. Dasar ... 150

Gambar 7.48 Rencana Plumbing Lt. 1 ... 151

Gambar 7.49 Rencana Plumbing Lt. 2-7 dan Rencana Plumbing Lt. 8&10 ... 152

Gambar 7.50 Rencana Plumbing Lt. 9&11 dan Rencana Plumbing Lt. 12&14 ... 153

Gambar 7.51 Rencana Plumbing Lt. 12A&15 dan Rencana Plumbing Lt. 16 ... 154

Gambar 7.52 Rencana Plumbing Basement 1 ... 155

Gambar 7.53 Rencana Plumbing Basement 2 ... 156

Gambar 7.54 Potongan Skematik Rencana Elektrikal, Potongan Skematik Rencana AC, dan Potongan Skematik Rencana Kebakaran ... 157

Gambar 7.55 Potongan Skematik Rencana Air Bersih dan Potongan SkematikRencana Drainase ... 158

Gambar 7.56 Detail ... 159

Gambar 7.57 Aksonometri Eksterior 1 dan Aksonometri Eksterior 2 ... 160


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembagian WPP di Kotamadya Medan ...8

Tabel 2.2 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan PDRB ... 11

Tabel 2.3 Kriteria Perencanaan dan Desain bagi Beberapa Jenis Gedung Kantor .. 18

Tabel 3.1 Penilaian Terhadap Site ... 37

Tabel 3.2 Data Umum Kecamatan Medan Baru Tahun 2006 ... 40

Tabel 3.3 Jarak tempuh antara pusat kota dengan kecamatan ... 40

Tabel 3.4 Prediksi Jumlah Tenaga Kerja di Kota Medan ... 42

Tabel 3.5 Luas Gedung Perkantoran di Kota Medan ... 42

Tabel 5.1 Kegiatan Lalu Lintas untuk 5 Hari Kerja pada Kawasan ... 83

Tabel 5.2 Perbandingan Titik Entrance ... 84

Tabel 5.3 Kebutuhan Ruang KSD ... 92

Tabel 5.4 Rincian Kebutuhan Ruang Resepsionis ... 93

Tabel 5.5 Rincian Kebutuhan Ruang Pengelola ... 93

Tabel 5.6 Rincian Kebutuhan Ruang Utilitas dan Servis ... 94

Tabel 5.7 Rincian Kebutuhan Ruang Bank ... 95

Tabel 5.8 Rincian Kebutuhan Ruang Swalayan ... 96

Tabel 5.9 Rincian Kebutuhan Ruang Restoran ... 96

Lampiran Tabel Perhitungan Nilai OTTV Lantai Tipikal 2-7 ... 163

Lampiran Tabel Perhitungan Nilai OTTV Lantai Tipikal 8-11 ... 163

Lampiran Tabel Perhitungan Nilai OTTV Lantai Tipikal 12-15 ... 163

Lampiran Tabel Perhitungan Nilai OTTV Keseluruhan Bangunan ... 163


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekonomi adalah aspek vital yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia saat ini. Hal tersebut dapat terlihat dengan berbagai macam usaha manusia di bidang ekonomi dan bagaimana perkembangan usaha tersebut memanfaatkan berbagai sumber yang ada baik sumber alam maupun non alam atau buatan manusia sendiri. Keadaan tersebut tidak lepas dari hakekat ekonomi sendiri yang berusaha mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari modal yang sekecil-kecilnya.

Kota Medan memiliki SDM dalam jumlah yang besar. Sayangnya angka tenaga kerja yang tinggi masih belum dapat ditampung seluruhnya. Dalam tahun 2006 tercatat 1.117.300 orang jumlah tenaga kerja yang ada di kota Medan1

Saat ini tercatat ada 1651 jumlah perusahaan yang ada di Kotamadya Medan. 1328 di antaranya merupakan Perusahaan Skala Kecil, 241 merupakan Perusahaan Skala Menengah, dan 82 Perusahaan tercatat sebagai Perusahaan Skala Besar.

, dan diperkirakan pada tahun 2009 mencapai 1.146.876. Sebagian besar tenaga kerja tersebut bekerja di kantor yang berupa rumah-rumah sewaan di pusat kota atau di daerah perkantoran, sedangkan sisanya bertempat di gedung kantor milik pribadi ataupun sewa yang rata-rata bertingkat 8-10 lantai.

2

Pada tahun 2008 lalu dunia dilanda krisis energi, harga minyak melambung, dan banyak negara, baik yang maju maupun masih berkembang, yang menghadapi kesulitan mendapatkan energi. Hal ini harus dipandang

Oleh karena itulah sekarang dinilai dengan kesiapan kota Medan untuk memasuki era pasar bebas, perlunya suatu wadah atau fasiltas yang menampung serta menjadikan kota Medan dapat bersaing dengan kota-kota yang sedang berkembang. Dengan adanya bangunan yang akan direncanakan diharapkan mampu mengakomodir hal-hal tersebut.

1

Medan dalam Angka 2007 2


(19)

sebagai cerminan keadaan di masa depan, di mana cadangan energi dunia (yang sebagian besar berupa minyak bumi dan turunannya) akan semakin tipis sehingga harganya tentu akan semakin mahal.

Dengan demikian, urgensi pembangunan yang lebih hemat energi sekaligus berwawasan lingkungan menjadi faktor yang kian penting, bukan hanya karena kontribusi positifnya kepada lingkungan, tetapi juga untuk menekan biaya operasional di masa mendatang. Elemen-elemen hemat energi tidak boleh lagi dipandang sebagai pemborosan biaya, namun sebaliknya, sebagai investasi yang dapat menekan biaya energi untuk operasi dan perawatan bangunan setelah bangunan tersebut selesai.

1.2 Maksud dan Tujuan Proyek

Maksud dan tujuan dari proyek ini adalah:

1. Mendirikan gedung yang dapat menampung kebutuhan ruang kantor sewa di kota Medan.

2. Memberikan tampilan yang berbeda pada citra bangunan yang direncanakan, yaitu dengan menghasilkan suatu bentuk yang memiliki karakteristik hemat energi.

3. Memberikan sumbangan yang positif dengan meningkatkan kualitas

lingkungan sekitar tapak bangunan.

1.3 Perumusan Masalah

Dalam sebuah perancangan, walaupun memiliki fungsi bangunan yang sama, namun memiliki permasalahan yang berbeda. Karena memiki keunikan yang berbeda, di samping itu lahan ataupun kawasan juga mempengaruhi. Dalam kasus ini ada beberapa poin yang menjadi masalah utama dalam perancangan, antara lain:

1. Masalah dalam perencanaan bentuk yang mencitrakan fungsi bangunan tersebut sebagai kantor yang hemat energi.

2. Masalah dalam pengintegrasian keadaan bangunan sekitar (misalnya pohon-pohon eksisting, pedagang kaki lima, dan pangkalan becak) dalam desain.


(20)

1.4 Metode Pendekatan

Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan dihadapi dalam proses perencanaan dan perancangan gedung kantor sewa ini, dilakukan beberapa pendekatan desain, yaitu:

1. Melakukan survei dan analisis terhadap lokasi tapak.

2. Studi literatur mengenai kantor sewa dari buku dan internet.

1.5 Batasan Proyek

Batasan-batasan dalam merencanakan gedung kantor sewa ini adalah:

• Hanya membahas tentang masalah-masalah yang dihadapi dalam

merancang sebuah gedung kantor sewa.

• Kajian arsitektur akan dibatasi oleh tema dalam penyelesaian kasus ini yaitu arsitektur hemat energi.

1.6 Kerangka Berpikir

Pradisain

Data Latar Belakang

Kasus Proyek

Judul Maksud dan Tujuan

Permasalahan Pengenalan

Studi Banding Judul dan Tema Sejenis

Konsep Analisis

Program Ruang Tekno

F

ee

d

B

a

c

k Kawasan

Perkembangan Peraturan Batasan Literatur Tema


(21)

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Adapun sistematika pembahasan pada laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, berisi kajian tentang latar belakang pembangunan gedung kantor sewa, maksud dan tujuan, masalah perancangan, lingkup dan batasan, dan metode pendekatan.

BAB II Tinjauan Umum, menggambarkan keadaan wilayah tempat proyek berada dalam skala kota. Juga meninjau fungsi bangunan secara umum dan juga struktur bangunan secara menyeluruh.

BAB III Tinjauan Khusus, memberikan informasi tentang potensi daerah, lokasi; kriteria pemilihan site, alternatif dan penilaian terhadap site, dan juga studi kelayakan proyek.

BAB IV Elaborasi Tema, membahas tinjauan teoritis, pengertian tema, interpretasi tema, dan studi banding tema sejenis.

BAB V Analisis, membahas dan menganalisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan dan analisis mikro yang berkaitan dengan tapak dan bangunan, analisis fasilitas dan kebutuhan ruang, organisasi ruang dan penzoningan, dan menghasilkan program ruang.

BAB VI Konsep Perancangan, membahas konsep dasar fisik tapak, konsep dasar fisik ruang, konsep dasar fisik bangunan dan teknologi struktur dan konstruksi bangunan yang akan dipakai.

BAB VII Gambar Perancangan, memuat gambar-gambar hasil desain bangunan.


(22)

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Tinjauan Umum Kota Medan

2.1.1. Keadaan Geografis dan Demografis Kota Medan

Kota Medan merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 Km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut.

Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya Alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, dan Binjai. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama yang sejajar dan saling menguntungkan dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.


(23)

Berdasarkan data kependudukan tahun 2007, penduduk Kota Medan saat ini telah mencapai 2.067.288 jiwa, dan pada tahun 2009 diperkirakan mencapai 2.122.011 jiwa. Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter.

Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumla penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk).

Dilihat dari struktur umur penduduk, Kota Medan dihuni lebih kurang 1.359.447 jiwa berusia produktif (15-59 tahun), dan jumlah ini diperkirakan meningkat mencapai 1.395.432 jiwa pada tahun 2009. Dengan demikian, Kota Medan secara relatif memiliki tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan, di mana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09%, meningkat menjadi 0,63% tahun 2004, 1,50% tahun 2005, dan 1,53% pada tahun 2006. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.267 jiwa per km2 pada tahun 2001; 7.408 jiwa per km2 (2002); 7.520 (2003); 7.567 (2004); 7.681 (2005); dan menjadi 7.798 jiwa per km2 tahun 2006.

Pertumbuhan tenaga kerja di kota Medan cukup tinggi sebagai akibat dari naiknya pertumbuhan penduduk dan mobilitas urbanisasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan dengan berbagai kepentingan misalnya mencari kerja. Selama kurun waktu tahun 2002-2006, pertumbuhan rata-rata tenaga kerja yang belum ditempatkan tahun sebelumnya sebesar 46,50% pertahun, yang terdaftar naik 57,62% pertahun, tenaga kerja yang telah ditempatkan naik sebesar 244,42% pertahunnya dan yang belum ditempatkan naik 32,20% per tahun.3

3


(24)

2.1.2. Perkembangan Kota Medan Secara Umum

PP No. 47 Tahun 1997, menetapkan Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu sebagai pusat yang mendorong kawasan sekitarnya; sebagai pintu gerbang nasional dan internasional; sebagai simpul transportasi nasional, sebagai simpul distribusi dan kolektor untuk barang dan jasa; dan pusat jasa pemerintahan.

Terkait dengan pengembangan Kota Medan yang merupakan bagian wilayah MEBIDANG, maka salah satu kawasan tertentu dalam lingkup nasional yang penataan ruangnya diprioritaskan dan termasuk juga dalam kawasan segitiga pertumbuhan Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle (IMT-GT).

Sejak tahun 1862, terlihat adanya dua kutub pertumbuhan fisik kota Medan, yaitu pelabuhan Laut Belawan dan Pusat Kota Medan sekarang, yang menjadi pusat perkantoran dan perdagangan kota.4

4

http://www.pemkomedan.go.id

Kota Medan terlibat dengan konsep pengembangan kota “metropolitanisasi” dengan kota dan kabupaten di sekitar/tetangganya dengan sebutan MEBIDANG (Medan, Binjai dan Deli Serdang). Kota Medan menjadi kota inti, sedangkan Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang merupakan kota satelit.

Pengembangan wilayah perkotaan MEBIDANG secara dekonsentrasi diarahkan pada pengembangan pusat-pusat pelayanan dan kegiatan ekonomi di kedua koridor Medan-Binjai dan Medan-Lubuk Pakam. Kota Binjai dan Lubuk Pakam dikembangkan sebagai kota mandiri dan penyeimbang perkembangan Kota Medan. Pada tahun 1990, wilayah MEBIDANG telah dideliniasi meliputi Kota Medan, Kota Binjai dan 11 Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, yang luas totalnya mencapai lebih kurang 1.200 km2 dengan jumlah penduduk 3,3 juta jiwa (tahun 2001).

Dalam mengembangkan wilayah MEBIDANG, maka pengelolaan kota memerlukan kerjasama daerah sebagaimana tertuang dalam UU 32 tahun 2004, yaitu:


(25)

1. Beberapa daerah dapat mengadakan kerjasama antar daerah yang diatur dengan keputusan bersama.

2. Daerah dapat membentuk Badan Kerjasama Antar Daerah.

WPP Kotamadya Medan dibagi menjadi lima wilayah, yaitu :

WPP Cakupan Kecamatan

Pusat

Pengembangan Peruntukan Lahan A

M. Belawan M. Marelan M. Labuhan

BELAWAN Pelabuhan, Industri, Permukiman, Rekreasi, Maritim

B M. Deli TJ. MULIA Perkantoran, Perdagangan, Rekreasi Indoor, Permukiman C M. Timur M. Perjuangan M. Tembung M. Area M. Denai M. Amplas

AKSARA Permukiman, Perdagangan, Rekreasi

D M. Johor M. Baru M. Kota M. Maimoon M Polonia INTI KOTA

CBD, Pusat Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat Pendidikan, Perkantoran, Rekreasi Indoor, Permukiman

E M. Barat M. Helvetia M. Petisah M. Sunggal M. Selayang M. Tuntungan SEI SIKAMBING Permukiman, Perkantoran, Perdagangan,

Konservasi, Rekreasi, Lapangan Golf, Hutan Kota

Sumber : RUTRK Kotamadya Medan 2001-2005 Tabel 2.1 Pembagian WPP di Kotamadya Medan

Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam RUTRK di atas, maka lokasi yang tepat untuk mendirikan gedung kantor sewa yang bersifat komersil adalah di daerah pusat kota yang diorientasikan menjadi daerah pusat bisnis (CBD) di WPP-D dan perkantoran pada WPP-B dan WPP-E.

Pembangunan Kota Medan saat ini relatif melambat. Namun prospek bisnis kantor sewa di Medan ke depannya masih menguntungkan, walaupun dewasa ini persaingan semakin ketat dengan bermunculannya sejumlah gedung kantor baru. "Meski persaingan


(26)

semakin ketat, bisnis sewa perkantoran masih menjanjikan, karena selain pertumbuhan ekonomi semakin bagus Kota Medan juga masih menjadi incaran pengusaha untuk tempat investasi," kata Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan dan Perkantoran Sumut (AP4SU), Paulus Tamie. 5

Seperti halnya sekarang ini Kota Medan mempersiapkan Medan masa depan dengan memperbarui citra kota. City Hall yang berada di titik nol kota Medan, Generasi Lambang Kota Sejak tahun 1908, bangunan balai kota telah menjadi landmarknya kota Medan. Hampir seabad kemudian, bentuk landmark tersebut kemudian menjelma menjadi lambang baru kota Medan dengan ukuran yang lebih besar.

Tren pembangunan Kota Medan sekarang yang mengarah pada pengembangan sektor komersil, bisnis dan perdagangan ditandai dengan terdapatnya gedung-gedung perkantoran, hotel dan pusat-pusat perbelanjaan yang berskala besar. Dapat diperkirakan Kota Medan masa depan dengan pembangunan dan perencanaan akan melahirkan citra-citra baru kota yang lebih besar lagi.

6

A. Perkembangan Ekonomi Kota Medan

Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan tercatat sebesar 6,98% pada tahun 2005, 7,76% tahun 2006, dan mencapai 7,78% pada tahun 2007, sehingga diprediksi angka pertumbuhan ekonomi Kota Medan mencapai 8,22% dan 8,69% pada tahun 2008 dan 2009.7

5

http://www.kapanlagi.com – Medan Senin, 04-08-2008

Pendapatan per kapita (salah satu indikator dalam tingkat kemakmuran masyarakat) merupakan hasil pembagi antara Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) dengan jumlah penduduk. Pendapatan per kapita masyarakat kota Medan atas dasar harga konstan pada tahun 2005 mencapai Rp. 12.350.000,00 atau meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan tahun 2000 yang baru mencapai Rp. 6.265.000,00 dan tahun 1993 yang hanya Rp. 2.402.000,00. Angka-angka tersebut menunjukkan dari

6

7


(27)

waktu ke waktu secara umum kesejahteraan masyarakat kota Medan semakin meningkat.8

B. Perkembangan Keuangan, Persewaan dan Perusahaan Jasa

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan menunjukkan angka yang terus meningkat baik untuk atas dasar harga berlaku, maupun atas harga konstan tahun 1994-2003. Dari kesembilan sektor dan sub sektor pada PDRB kota Medan, sektor Keuangan juga mengalami peningkatan, terutama pada akhir-akhir ini.

Sebagai pusat kegiatan ekonomi dan daerah transit di Propinsi Sumatera Utara, tuntutan akan penyediaan berbagai sarana dan prasarana terutama di pusat kota tentunya sangat tinggi. Hal tersebut terlihat dari pemanfaatan ruang dan lahan di wilayah kota yang digunakan untuk kegiatan komersil seperti plaza, restoran, pasar swalayan, toko, kios, dan kegiatan rumah tangga. Di samping pemanfaatan lahan untuk kegiatan komersil juga ada pemanfaatan lahan untuk kegiatan industri besar dengan sumber pembiayaan dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Potensi yang besar sebagai pusat pertumbuhan dan perdagangan regional dan internasional ini juga diperkuat oleh letak strategis kewilayahan kota Medan. Kota Medan berfungsi sebagai pintu gerbang ekspor Sumatera Utara. Alasan ini pulalah yang memunculkan perjanjian-perjanjian regional atau dalam bentuk kerjasama lainnya seperti kerjasama Sejori/IMT GT, Sister City dan lain-lain.

8


(28)

Tahun Atas Dasar Harga

Konstan

Sub Sektor Keuangan

Sektor

Keuangan PDRB

Perbankan Non Bank Perusahaan Jasa Bangunan Sewa

1999

PDRB atas sektor

(juta rupiah) 466.851,18 57.914,97 14.055,43 169.188,56 708.010,14 5.003.957,97

laju pertumbuhan

PDRB (persen) -17,42 2,71 57,45 5,12 -10,56 3,52

indeks perkembangan

PDRB (persen) 92,95 119,50 187,66 124,27 101,97 114,19

2000

PDRB atas sektor

(juta rupiah) 462.573,31 41.142,67 21.006,69 193.248,66 717.971,33 5.274.101,21

laju pertumbuhan

PDRB (persen) -0,90 -28,96 49,46 12,89 1,41 5,40

indeks perkembangan

PDRB (persen) 92,10 84,89 280,47 141,95 103,40 120,35

2001

PDRB atas sektor

(juta rupiah) 471.185,89 41.654,78 23.715,29 226.716,33 763.272,29 5.549.453,20

laju pertumbuhan

PDRB (persen) 1,86 1,24 12,89 17,32 6,31 5,22

indeks perkembangan

PDRB (persen) 93,81 85,95 316,63 166,53 109,92 126,63

2002

PDRB atas sektor

(juta rupiah) 473.569,31 43.256,99 26.428,58 275.313,78 818.568,66 5.799.222,07

laju pertumbuhan

PDRB (persen) 0,51 3,85 11,44 21,44 7,24 4,50

indeks perkembangan

PDRB (persen) 94,29 89,26 352,85 202,23 117,89 132,33

2003

PDRB atas sektor

(juta rupiah) 474.467,99 54.113,88 28.682,09 304.833,67 862.097,63 6.107.457,23

laju pertumbuhan

PDRB (persen) 0,19 25,10 8,53 10,72 5,32 5,32

indeks perkembangan

PDRB (persen) 94,47 111,66 382,94 223,91 124,16 138,37

2004

PDRB atas sektor

(juta rupiah) 459.512,76 54.540,30 36.699,88 345.980,12 878.856,81 6.400.126,58

laju pertumbuhan

PDRB (persen) -3,15 0,79 27,95 13,50 1,94 4,79

2005

PDRB atas sektor

(juta rupiah) 445.028,92 54.970,07 46.958,97 392.680,52 895.941,78 6.706.820,65

laju pertumbuhan

PDRB (persen) -3,15 0,79 27,95 13,50 1,94 4,79

2006

PDRB atas sektor

(juta rupiah) 431.001,61 55.403,24 60.085,88 445.684,53 913.358,89 7.028.211,49

laju pertumbuhan

PDRB (persen) -3,15 0,79 27,95 13,50 1,94 4,79

2007

PDRB atas sektor

(juta rupiah) 417.416,43 55.839,82 76.882,28 505.843,03 931.114,59 7.365.003,39

laju pertumbuhan

PDRB (persen) -3,15 0,79 27,95 13,50 1,94 4,79

2008

PDRB atas sektor

(juta rupiah) 404.259,47 56.279,83 98.373,95 574.121,72 949.215,46 7.717.934,35

laju pertumbuhan

PDRB (persen) -3,15 0,79 27,95 13,50 1,94 4,79

2009

PDRB atas sektor

(juta rupiah) 391.517,21 56.723,32 125.873,41 651.616,67 967.668,21 8.087.777,76

laju pertumbuhan

PDRB (persen) -3,15 0,79 27,95 13,50 1,94 4,79

Sumber : Perhitungan Pendapatan Regional kota Medan tahun 2003, BPS Medan dan Olah Data Tabel 2.2 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan PDRB


(29)

Struktur perekonomian Kota Medan didominasi oleh 4 (empat)

lapangan usaha utama yaitu Industri Pengolahan (14,28%),

Perdagangan, Hotel dan Restoran (28,10%), Pengangkutan dan Telekomunikasi (19,38%), serta Keuangan, Persewaan dan Jasa (14,42%). Keempat sektor ini memberikan kontribusi sekitar 76,18% terhadap perekonomian daerah.

Terhitung luas gedung perkantoran yang disewakan sampai tahun 2008 sekitar 158.650 m2, dan akan bertambah tiap tahunnya, menimbang atas dasar usaha pemerintah yang membentuk kerjasama kalangan bisnis dan lapisan masyarakat, yang tentunya akan menambah jumlah investor dan membuka usaha di kota Medan. Sektor Keuangan, yang disebut sektor finansial, merupakan darah dari perekonomian secara keseluruhan, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penarikan dana dari masyarakat maupun menyalurkan kembali kepada masyarakat.

2.2 Tinjauan Fungsi dan Struktur Bangunan 2.1.1. Tinjauan Kantor

A. Klasifikasi Gedung Perkantoran

Menurut KADIN (Kamar Dagang dan Industri), gedung perkantoran dibagi atas beberapa kategori, yaitu berdasarkan:

• Tujuan usaha dan lingkungan bersama

 Kantor administrasi pemerintah

 Kantor administrasi perusahaan

 Kantor administrasi sosial

• Kepemilikan

 Milik pemerintah

 Milik swasta

• Sifat dari bangunan kantor

 Kantor bersifat komersil

Bangunan kantor ini adalah bangunan kantor yang disewakan untuk memperoleh keuntungan materi.


(30)

Klasifikasi kantor sewa dibedakan atas:

o Faktor jumlah lantai

o Faktor fasilitas perkantoran

Sistem pemanfaatan kantor sewa dilakukan antara lain dengan:

o Strata title (sistem hak milik untuk tiap lantai bangunan) o Leasing (sistem sewa)

 Kantor bersifat non komersil

o Sistem dan tujuan administrasi  Kantor profit

 Kantor non profit

o Pemakaian bangunan kantor

 Kantor untuk badan usaha sejenis

 Kantor untuk berbagai bidang usaha

o Hirarki

 Kantor induk / pusar

 Kantor cabang

 Kantor pewakilan

Sedangkan menurut L.Manaseh dan R.Cunliffe, kantor dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :

Commercial Office

Jenis perkantoran yang termasuk golongan ini adalah perkantoran untuk umum (yang disewakan), perusahaan dagang (trading company), asuransi dan transportasi.

Industrial Office

Jenis perkantoran ini terikat harus mempunyai hubungan fisik dengan pabriknya.

Professional Office

Jenis perkantoran ini tidak dipakai dalam waktu yang panjang dan merupakan perkantoran dengan jumlah modal yang digunakan relatif kecil.


(31)

Institutional / Governmental Office

Jenis perkantoran ini bersifat usaha yang teratur dalam bentuk lembaga yang berpedoman pokok untuk hidup lama dan kokoh. Biasanya digunakan waktu yang lama atau panjang.

Dari jenis-jenis kantor di atas dipilih jenis Commercial Office

sebagai fungsi utama proyek ini.

B. Klasifikasi Sistem Sewa

Sistem sewa perkantoran pada umumnya terbagi menjadi 2 jenis berdasar perhitungan luasan yang disewa, yaitu :

Net System artinya sewa per meter persegi diperhitungkan atas dasar luasan lantai bersih (tidak termasuk koridor ataupun common space dan biasanya harga sewa per meter persegi lebih tinggi.

Gross System artinya sewa per meter persegi diperhitungkan atas dasar luas lantai kotor sehingga luasan lantai yang digunakan untuk kantor lebih kecil dari jumlah luasan yang disewa pada awalnya karena penyewa dikenakan beban biaya untuk koridor ataupun common space. Hal ini menyebabkan penyewa lebih baik menyewa per lantai supaya tidak rugi. Harga sewa per meter persegi lebih rendah.

Melihat kedua sistem sewa tersebut maka dipilih suatu kombinasi kedua sistem di atas sebagai acuan sistem sewa dalam proyek ini, yaitu semi-gross system yang relatif cukup lazim dipakai di Indonesia. Semi-gross system artinya penyewa dikenakan biaya sewa akumulasi luasan lantai yang dipakai ditambah luasan

common space seperti lobby, area parkir, dan sebagainya yang telah dibagi sama rata dengan penyewa lainnya. Untuk hal ini fleksibilitas dapat dicapai dengan negosiasi antara pengelola gedung dengan penyewa melihat varietas usaha, varietas penyewa dan varietas luasan yang dipakai oleh penyewa.


(32)

C. Wadah Perkantoran

• Kompleks perkantoran

Kompleks perkantoran merupakan bangunan perkantoran yang terpadu; seperti kantor pemerintah, perkantoran umum, pusat perbelanjaan, klub eksekutif, hotel, hunian, pusat rekreasi, dll.

Wadah tersebut terbentuk seiring dengan perkembangan kota yang mencakup perkembangan kebutuhan manusia yang terus bertumbuh, yang dinilai dari perkembangan ekonomi dan lahan yang semakin sempit. Pertimbangan akan lahan yang semakin sempit dipengaruhi pertumbuhan penduduk, aktivitas bekerja, tempat tinggal isirahat dan berekreasi/bermain.

• Gedung perkantoran

Gedung perkantoran merupakan bangunan perkantoran tunggal yang direncanakan dan dirancang sesuai dengan fungsi dan dilengkapi dengan fasilitas pendukung. Bangunan tersebut dibedakan berdasarkan jumlah lantai, yang saat ini dapat dapat dibagi tiga yaitu; bangunan tingkat rendah (memiliki 1-5 lantai), bangunan tingkat menengah (memiliki 6-19), bangunan tingkat tinggi (20 tingkat lebih)9

Gedung perkantoran memiliki karakter masing-masing dan konfigurasi yang berbeda. 10

9

Berdasarkan jumlah lantai yang dikategorikan dalam buku Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE. Erlangga 2005.

10

Metode Perencanaan Kantor, Roestanto Wd, Sistim Bangunan Pintar Gambar 2.1 Diagram Klasifikasi Gedung Perkantoran

Gedung Kantor Gedung milik sendiri Gedung sewa Kantor pemerintah pusat/daerah Bangunan milik pribadi Bangunan sebagian milik pribadi Sebagian besar gedung disewakan Sebagian kecil gedung disewakan


(33)

D. Aktivitas Perkantoran

Berdasarkan kelompok aktivitas yang mungkin dalam gedung pelaku aktivitas perlu dikelompokkan atas kegiatan berdasarkan kepentingannya menjadi :

• Kelompok Pengelola

• Kelompok Service

• Kelompok Kegiatan Utama (yaitu penyewa kantor)

• Kelompok Kegiatan Pelengkap

Kelompok-kelompok ini memiliki kebutuhan ruang masing-masing sesuai dengan fungsinya. Hubungan antar kelompok kegiatan yang dapat digambarkan pada bagan berikut.

Gambar 2.2 Hubungan antar kelompok aktivitas di dalam gedung.

Dari bentuk hubungan dan kelompoknya, ada ruang-ruang yang umum terdapat pada perkantoran;

Kelompok kegiatan utama adalah kelompok yang melakukan aktivitas terbanyak di ruang-ruang perkantoran yang disewakan.

Kelompok kegiatan pengelola yang terdiri dari :

• Ruang direksi

• Ruang manager

• Ruang sekretaris

• Ruang kepala bagian

• Ruang tenaga ahli

• Ruang rapat

• Ruang tamu dan lobby pengelola

Kelompok Pengelola

Kelompok Service Kelompok Kegiatan

P l k


(34)

Kelompok kegiatan service :

• Toilet

• Klinik

• Gudang

• Mekanikal Elektrikal

Kelompok kegiatan pelengkap merupakan fasilitas pelengkap dalam gedung perkantoran. Fasilitas ini dipengaruhi oleh potensi lingkungan dan site.

E. Struktur Organisasi Umum

Seiring dengan pertumbuhan suatu perkantoran, seorang manajer pengelola gedung tidak dapat bekerja sendiri untuk melakukan perencanaan dan pengembangan perusahaan. Maka dibentuklah suatu tim kerja yang dapat diekspresikan dalam bentuk bagan yang umum seperti bagan di bawah ini. Garis-garis penghubung dapat diartikan sebagai pendelegasian atas tugas dari atasan kepada tim yang dibentuknya.

Gambar 2.3 Bentuk Umum Struktur Organisasi Pengelola Gedung Perkantoran Direksi Manager

Sekretaris Kepala bagian teknik Kepala bagian umum Kepala bagian keuangan Kepala bagian pemasaran Ahli mekanikal elektrikal, dan bangunan Perencana keungan dan anggaran, akuntansi Administrasi, statistik Pemasaran, promosi dan iklan


(35)

F. Pertimbangan dan Peraturan dalam Perencanaan Kantor

Semua orang bekerja lebih baik apabila mereka diberi lingkungan dan peralatan yang sesuai dengan pekerjaan mereka, dan juru tulis bukan perkecualian dalam kaidah ini. Akomodasi perkantoran harus ditata dan dilengkapi agar juru tulis dapat bekerja sepanjang hari tanpa pemborosan gerakan, tanpa gangguan, dan tanpa terpengaruh secara tidak perlu oleh keletihan mental yang dapat menyertai pekerjaan di belakang meja.11

Tabel ini menawarkan beberapa tipe gedung kantor beserta kriteria umumnya (mulai dari jumlah lantai sampai jenis sistem HVAC yang digunakan).

Birolandschaft Traditional British

New ’Broadgate’ type of British

Traditional North American

New North European

Jumlah lantai 5 10 10 80 5

Luas lantai tipikal (m2) 2000 1000 3000 3000 Kelipatan 200

Kedalaman tipikal (m) 40 13,5 18 dan 12 18 10

Jarak terjauh dari keliling bangunan

20 7 9 sampai 12 18 5

Efisiensi Ruang - 80% 85% 90% 70%

Jenis Core Semi-dispersed Semi-dispersed

Compact Compact Dispersed

Jenis HVAC Terpusat Minimal Lantai ke lantai Terpusat Setempat Tabel 2.3 Kriteria Perencanaan dan Desain bagi Beberapa Jenis Gedung Kantor

Adapun jenis gedung kantor yang dipilih untuk Kantor Sewa Diponegoro adalah Traditional British, di mana jenis ini memiliki kedalaman bangunan yang paling rendah, sehingga dapat memaksimalkan pencahayaan alami yang sesuai dengan konsep hemat energi.

11

Mills Geoffry, Standingford Oliver, Appleby Robert C, Manajemen Perkantoran Modern, edisi ketujuh, Bina Rupa Aksara, 1991.


(36)

Gambar 2.4 Perbandingan Jenis Layout Kantor. Layout bervariasi tergantung pada : derajat kedekatan, kepadatan pengguna, dan distribusi ruang


(37)

Gambar 2.6 Tipikal Layout Structured Open Plan Office

Gambar 2.7 Group Space


(38)

Gambar 2.9 Tipikal Layout Combi Office

Gambar 2.10 Tipikal Layout Cellular Office

Gambar 2.11 Jangkauan rata-rata orang yang duduk di kursi. Untuk menjangkau daerah luar, orang harus membungkuk, tapi tidak sampai berdiri

Gambar 2.12 Meja dengan tempat untuk meletakkan kertas pada satu sisi

Gambar 2.14 Meja dengan tempat untuk meletakkan kertas pada dua sisi Gambar 2.13 Dimensi meja untuk pekerjaan


(39)

Gambar 2.15 Meja dengan tempat untuk kertas, alat tulis, dan telepon

Gambar 2.16 Kebutuhan ruang untuk laci meja kerja

Gambar 2.17 Meja dengan tempat untuk kertas dan referensi

Gambar 2.19 Kebutuhan ruang untuk unit filing lateral

Gambar 2.18 Meja dengan tempat untuk kertas yang lapang


(40)

Gambar 2.21 Layout dan ruang sirkulasi meja dan rak file

Gambar 2.22 Layout meja dengan kursi dan rak file, serta jalur sirkulasinya

Gambar 2.23 Layout meja kerja dengan meja tambahan dan jalur sirkulasi

Gambar 2.24 Layout meja kerja dengan meja tambahan yang digunakan bersama beserta jalur sirkulasinya


(41)

Gambar 2.26 Layout meja kerja dengan meja tambahan bersama dan jalur sirkulasi

Gambar 2.27 Meja gambar yang dapat dipindahkan untuk sirkulasi : luas 6 m2

Gambar 2.28 Meja gambar dengan front reference : luas 7 m2

Gambar 2.29 Meja gambar dengan back reference : luas 6,6 m2

Gambar 2.30 Meja gambar dengan side reference : luas 7,1 m2

Gambar 2.31 Kebutuhan ruang bagi pertemuan informal


(42)

G. Peranan dan Unsur-unsur dalam Pengadaan Bangunan

Penyelenggaraan bangunan berarti adanya kegiatan pembangunan yang melalui proses perencanaan perancangan, juga teknis pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, hingga pada akhirnya gedung dapat berguna dengan baik sesuai dengan yang direncanakan dari fungsinya. Dalam pengadaan bangunan kantor, unsur-unsur yang terkait di dalamnya adalah:

• Pemerintah, berperan dalam mengatur keinginan, memberi rangsangan membangun sekaligus mengendalikan lingkungan.

• Pemilik, peranan pemilik adalah menentukan, antara lain tujuan, fungsi bangunan kantor, permodalan dan para ahli yang akan membantu dalam proses perdagangan.

• Pemakai, adalah orang yang akan menggunakan bangunan tersebut.

• Masyarakat, yang dimaksud adalah orang yang secara tidak langsung merasakan keberadaan bangunan perkantoran tersebut.

• Arsitek sebagai pelaku kegiatan proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi. Menurut Danisworo (1993) bahwa arsitektur (karya seorang arsitek, misalkan: bangunan, dll) adalah komponen pembentuk utama dari lingkungan buatan/lingkungan binaan dimana lingkungan ini adalah bagian dari lingkungan hidup.

• Real estate atau properti menjadi unsur perencanaan karena proyek ini juga mempertimbangkan suatu kawasan yang akan dijadikan wadah atau lingkungan hidup yang akan difungsikan untuk tinggal bekerja, bersosialisasi, berkembang dan juga berorientsi pada


(43)

investasi modal yang ditanamkan untuk mendapatkan kembali keuntungan dari modal awal. Bisnis ini memerlukan penanganan managerial yang meliputi 3 hal; Developing, Financing, Marketing.

H. Peranan Ekonomi dalam Perancangan Gedung Perkantoran

Sebagian besar dari proyek bangunan pengembangan dan ekonomi bangunan diprakarsai oleh pelaksanaan untuk kebutuhan, pemilikan, atau pengelolaan mereka sendiri, dan atau untuk dijual kembali. Untuk itu perancangan suatu bangunan untuk tujuan bisnis harus memiliki pertimbangan guna tujuan investasi.12 Oleh sebab itu ada pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan dalam merancang. Salah satunya adalah daur hidup bangunan yang akan dirancang. Pertimbangan dalam daur hidup bangunan adalah biayanya. Biaya dan pembobotannya dalam perancangan.

Gambar 2.33 Biaya Daur Hidup Gedung13

12

Snyder, James C.& Catanese, Anthony J. Penantar Arsitektur, (Jakarta: Erlangga, 1989) 13

Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE. Erlangga 2005

pajak pemeliharaan Biayan lain-lain renovasi Bunga pinjaman operasional Biaya konstruksi System arsitektur ( 40% )

System struktur ( 25% )

System mekanik dan elektrikal (35%) asuransi Bunga pinjaman perabot perijinan survey Jasa profesi Biaya konstruksi 100%)


(44)

2.2.2. Tinjauan Gedung Bangunan Tinggi

A. Perencanaan Gedung Bangunan Tinggi

Perencanaan gedung bangunan tinggi dipengaruhi banyak faktor. Namun yang menjadi dasar dalam perencanaan dalam bangunan adalah kebutuhan, yang mencakup suatu wilayah atau kelompok bahkan individu, yang kemudian dikembangkan ke arah faktor-faktor lain, yang sesuai dengan fungsi bangunannya. Gedung bangunan tinggi perkantoran misalnya, perlu mempertimbangkan aspek lingkungan sekitar namun yang paling mendasar adalah kebutuhan yang dialokasikan sesuai fungsi-fungsi di dalam bangunan.

B. Kinerja Gedung Bangunan Tinggi

Dalam gambar ditunjukkan beberapa hal umum yang dipertimbangkan dalam bangunan tinggi, yang kesemuanya harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna bangunan.


(45)

Terdapat beberapa kelompok kegiatan yang akan direncanakan dalam bangunan. Sebagai kegiatan utama adalah perkantoran, yang mengharapkan kenyamanan dan keamanan dalam bekerja. Selain kelompok kegiatan utama ada kelompok pelengkap, yang kesemuanya dirancang untuk memenuhi kebutuhan.

C. Pertimbangan Ekonomis Bangunan Tinggi

Tinggi bangunan mempengaruhi tingkat pengembalian investasi. Investasi merupakan ukuran finansial suatu proyek. Dalam gedung perkantoran sewa, semakin tinggi gedung perkantoran kita, bukan berarti tingkat pengembalian tinggi juga. Berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan ketinggian bangunan, selain fungsi, masih banyak hal yang harus dipertimbangkan. Menurut Ir. Hartono Poerbo, M. Arch, ketinggian gedung yang memberikan tingkat pengembalian investasi yang optimal disebut tinggi bangunan ekonomis. Hal ini tentunya akan mempengaruhi ketinggian bangunan dalam perancangan proyek ini. Dalam bukunya dikatakan juga bila harga sewa kantor yang diperkirakan jauh lebih rendah dari harga sewa kantor yang sedang dipasarkan, hal ini berarti proyek sangat feasible dan mudah dipasarkan yang juga akan menarik minat para kalangan investor.

D. Struktur Gedung Bangunan Tinggi

Perkembangan teknologi struktur dengan baja dan beton bertulang, kemungkinan untuk merencanakan bangunan tanpa pertimbangan bagaimana struktur tersebut dapat didukung dan dibangun setidaknya pada proses tahap persiapan atau pendahuluan. Dengan sedikit kebebasan seperti yang dilakukan oleh Worf Prix, arsitek dari Coop Himmelblau, menerapkan :

‘ pada tahap awal perancangan, struktur tidak akan menjadi prioritas utama….’14

14

Struktur Yang Diabaikan Dalam Proses Pembuatan Bentuk, Struktur Dan Arsitektur II, Macdonal,


(46)

Berikut adalah jenis-jenis struktur gedung bangunan tinggi yang lazim dibangun dan menjadi acuan dalam perancangan.


(47)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS

3.1 Terminologi Judul

Pengertian Kantor Sewa Diponegoro

Untuk dapat mengartikan Kantor Sewa Diponegoro, diambil pendekatan definisi secara terminologi, yaitu sebagai berikut.

Kantor15

Sewa

adalah 1 balai (gedung, rumah, ruang) tempat mengurus suatu pekerjaan (perusahaan dsb); 2 tempat bekerja.

16

Diponegoro

adalah 1 pemakaian sesuatu dng membayar uang; 2 uang yg dibayarkan krn memakai atau meminjam sesuatu; ongkos; biaya pengangkutan (transpor); 3 yg boleh dipakai setelah dibayar dng uang.

Dari pengertian kantor dan sewa, diambil kesimpulan bahwa kantor sewa adalah tempat bekerja yang dipakai dengan membayar sejumlah uang.

17

3.2 Lokasi Proyek

adalah nama salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Tetapi dalam proyek ini, Diponegoro mengacu pada nama jalan tempat site ini berada.

Jadi dapat diartikan Kantor Sewa Diponegoro adalah tempat bekerja yang dipakai dengan membayar sejumlah uang yang terletak di Jalan Diponegoro.

3.1.1. Kriteria Pemilihan Site

Bangunan kantor sewa yang akan direncanakan tentunya bersifat komersil yang mengharapkan keuntungan yang besar. Oleh karena itu diperlukan kriteria lokasi sebagai berikut:

1. Berada di pusat kota atau dekat dengan pusat kota dan tentunya daerah perkantoran yang berpotensi dan iklim bisnisnya lebih besar sehingga cepat mendapatkan untung.

15

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online http://pusatbahasa.diknas.go.id 16

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online http://pusatbahasa.diknas.go.id 17


(48)

2. Karena melibatkan banyak pekerja, diharapkan berada di lokasi yang banyak kendaran umum dan sirkulasi yang mudah dan lancar.

3. Bangunan diharapkan dapat menjadi landmark kawasan. Karena itu baiknya site berada di daerah perkantoran dan memperkuat citra daerah perkantoran tersebut.

4. Bangunan direncanakan akan menggunakan struktur bangunan tinggi. Keberadaan bangunan tinggi diharapkan dapat terintegrasi dengan bangunan sekitarnya.

Beberapa kriteria dalam pemilihan site:

RUTRK

Kajian utama dalam penilaian site yaitu kesesuaian dengan RUTRK Medan, di mana bangunan dengan fungsi perkantoran sesuai dengan RUTRK Medan yaitu Wilayah Pusat Pengembangan (WPP) B, D, dan E.

Lingkungan

Lingkungan yang diharapkan untuk mendukung perencanaan proyek ini adalah lokasi yang strategis dalam dunia bisnis. Tidak hanya dalam mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, tetapi juga diharapkan mampu memperkuat citra kawasan perkantoran dan bisnis ini.

Fungsi Sekitar

Fungsi bangunan sekitar tapak akan mempengaruhi citra kawasan. Penempatan bangunan dengan fungsi seragam di suatu kawasan tentu akan memperkuat citra fungsi tersebut, dalam hal ini bangunan perkantoran.

Fungsi Lahan Sekarang

Fungsi lahan eksisting mempengaruhi kemudahan pembangunan suatu bangunan, di mana bila lahan eksisting berupa lahan kosong, maka tidak diperlukan proses pembebasan lahan, ganti rugi, penghancuran bangunan, sampai pada proses pengangkutan sampah konstruksi.

Pencapaian

Pegawai adalah salah satu pengguna bangunan perkantoran yang lebih aktif dan mengharapkan pencapaian ke lokasi yang relatif singkat.


(49)

Di samping jarak pencapaian ke site, sirkulasi jalan raya juga mempengaruhi waktu dalam pencapaian ke lokasi.

Ukuran Lahan

Lahan yang menjadi tempat gedung yang direncanakan diharapkan memiliki kapasitas untuk dapat menampung program fungsional dan pengembangannya di kemudian hari. Dalam proyek ini lahan yang diperkirakan kurang lebih 1 ha.

Potensi Fasilitas Lingkungan

Fasilitas umum yang terdapat pada sutu kawasan perkantoran juga memiliki pengaruh dalam perancangan, yang memungkinkan pemanfaatan fasilitas lebih maksimal.

View

View salah satu hal yang diperhatikan dalam proyek ini. View yang diharapkan mampu mendukung fungsi gedung sebagai perkantoran.

Pelayanan dan Service

Dalam kasus ini diharapkan pelayanan dan service mudah masuk dan keluar site.

Entrance

Suatu bangunan kantor yang menampung banyak pekerja akan memiliki nilai tambah bila memiliki pintu masuk/keluar alternatif ke tapak. Dengan demikian, pencapaian dari berbagai arah jalan dapat disebar sehingga tidak menimbulkan kemacetan pada saat jam-jam masuk/pulang kerja.

Aktivitas kantor dengan lingkungan

Berbagai aktivitas dalam lingkungan perkantoran dapat mencerminkan fungsi site. Pegawai sebagai pelaku utama dalam limgkungan perkantoran, dengan sendirinya membentuk citra dunia perkantoran. Karena itu juga perlu lingkungan yang mendukung. Salah satunya lapangan terbuka. Menurut Almat (1980) bahwa faktor-faktor psikologis ruang sangat mempengaruhi kinerja pegawai dan karyawan kantor, seperti depresi, kebisingan, view, dan lain-lain. Tekanan-tekanan tersebut dapat dihilangkan dengan merubah suasana ruang sejenak untuk mengembalikan kinerja.


(50)

3.2.2. Analisis Pemilihan Lokasi

Dari gambar pembagian WPP di Kotamadya Medan di atas, dapat disimpulkan bahwa WPP D merupakan WPP yang paling sesuai dengan perkantoran bila dibandingkan dengan WPP B dan E, sebab WPP D diperuntukkan bagi kawasan perkantoran dan CBD (Central Business District)/Kawasan Bisnis Terpadu sehingga menjadi daerah strategis dalam pengembangan Kantor Sewa Diponegoro. Dengan demikian, dipilih beberapa lokasi yang termasuk WPP D untuk kemudian dibandingkan potensinya.

WPP E

Permukiman,

Perkantoran, Perdagangan, Konservasi,

Rekreasi, Lapangan Golf, Hutan Kota

WPP D CBD, Pusat

Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat

Pendidikan,

Perkantoran, Rekreasi Indoor, Permukiman

WPP A

Pelabuhan, Industri, Permukiman, Rekreasi, Maritim

WPP B Perkantoran,

Perdagangan, Rekreasi Indoor,

Permukiman

WPP C

Permukiman,

Perdagangan, Rekreasi


(51)

A. Alternatif Lokasi

Alternatif A

Luas lahan : 1 ha

Lokasi : Jln. Brigjend Katamso (Eks. Kebun Binatang Medan) Batas-batas : Utara : Deretan Ruko

Timur : Jln. Brigjend Katamso Selatan : Deretan Ruko

Barat : Perumahan Penduduk

Keterangan`: Berada pada Kecamatan Medan Johor, yang termasuk dalam WPP D.

Kelebihan :

• Berada di tepi jalan arteri primer, yaitu Jalan Brigjend Katamso.

• Pencapaian ke site mudah karena banyak angkutan umum yang melewati site.

• Kawasan ini merupakan kawasan yang lalu lintasnya tidak padat. Kekurangan:

• Site kurang strategis karena terletak jauh dari pusat Kota Medan.

• Daerah sekitar site didominasi oleh komersial dan hunian.

Peta :


(52)

Alternatif B

Luas lahan : 1,9 ha

Lokasi : Jln. Pangkalan Mansyur – Jln. Karya Budi (Samping Asrama Haji Medan)

Batas-batas : Utara : Jalan Pangkalan Mansyur

Timur : Asrama Haji Medan

Selatan : Jalan Karya Budi

Barat : Perumahan Penduduk

Keterangan : Berada pada Kecamatan Medan Johor, yang termasuk dalam WPP D.

Kelebihan :

• Berada di tepi jalan arteri primer, yaitu Jalan Pangkalan Mansyur.

• Pencapaian site mudah karena banyak angkutan umum yang melewati site.

• Kawasan sudah dikenal baik oleh penduduk Kota Medan karena terletak di samping Asrama Haji Medan.

Kekurangan:

• Site kurang strategis karena terletak jauh dari pusat Kota Medan.

• Kawasan sekitar site bukanlah kawasan perkantoran.

Peta :

²


(53)

Alternatif C

Luas lahan : 1,27 ha

Lokasi : Jln. Diponegoro – Jln. H.Z.Arifin

Batas-batas: Utara : Jln. H.Z. Arifin, Gedung BCA, Bank Mestika Timur : Perumahan Penduduk dan Restoran Sushi Tei Selatan : Jln. T. Daud, Gedung Bina Graha, Wisma

Tamu Pemprovsu

Barat : Jln. Diponegoro, Gedung BII

Keterangan : Berada pada Kecamatan Medan Baru, yang termasuk dalam WPP D.

Kelebihan :

• Berada di kawasan perkantoran.

• Pencapaian site mudah karena banyak angkutan umum yang

melewati site.

• Site amat strategis karena dekat dengan pusat kota Medan. Kekurangan:

• Kawasan ini macet pada jam-jam sibuk.

Peta :


(54)

B. Penilaian Alternatif Lokasi

Berdasarkan kriteria pemilihan lokasi dibuat suatu tabel penilaian potensi site dalam perancangan gedung perkantoran.

No Kriteria penilaian

Site A Jln. B.Katamso (Eks Kebun Binatang Medan) Site B Jln. Pangkalan Mansyur & Jln.

Karya Budi

Site C Jl. Diponegoro &

Jln. H.Z.Arifin

1 RUTRK 10

(WPP-D)

10

(WPP-D)

10

(WPP-D)

2 Lingkungan 7

(cukup strategis)

8

(strategis)

10

( sangat strategis )

3 Fungsi sekitar

7 (Perbankan, perumahan, sekolah) 8 (Kantor Pemerintah, Asrama Haji, perumahan) 10 (Gubernur, Pusat Perkantoran dan Perbelanjaan)

4 Fungsi lahan sekarang 10 (lahan kosong) 10 (lahan kosong) 9 (rumah tinggal dengan fungsi kantor)

5 Kondisi lahan sekarang 9 (sedikit berkontur) 10 (relatif datar) 10 (relatif datar)

6 Pencapaian (akses mudah dan 10 lancar)

10

(akses mudah dan lancar)

9

(akses mudah dan cukup lancar)

7 Ukuran lahan 10

(1 Ha )

8

(1,9 Ha )

10

( 1,2 Ha )

8 Potensi fasilitas lingkungan 10 (memadai dan baik) 9 (memadai dan cukup baik) 10 (memadai dan baik)

9 View 9 9 10

10 Pelayanan dan service 8 9 10 11 Entrance 7

(hanya di satu sisi)

8

(dua sisi)

10

(tiga sisi)

12 Aktivitas kantor dengan lingkungan 7 (tidak begitu mendukung) 8 (cukup mendukung) 10 (sangat mendukung)

13 Total 104 107 118

Keterangan: penilaian terhadap potensi yang diharapkan dengan nilai tertinggi 10 Tabel 3.1 Penilaian Terhadap Site

C. Analisis dan Penetapan Lokasi

Dari hasil penilaian dapat diambil kesimpulan, bahwa Site C, Jln. Diponegoro dan Jln. Z. Arifin, adalah site yang paling berpotensi dan akan digunakan sebagai lahan/site dalam proyek ini.


(55)

3.2.3. Deskripsi Kondisi Eksisting

Lokasi lahan terletak di simpang Jalan Diponegoro dengan Jalan H. Zainul Arifin, Medan. Batas-batas site:

Sebelah Timur : Perumahan Penduduk dan Restoran Sushi Tei

Sebelah Selatan : Jl. Teuku Daud, Gedung Bina Graha, Wisma Tamu Pemprovsu

Sebelah Barat : Jl. Diponegoro, Gedung BII

Sebelah Utara : Jl. Zaenal Arifin, Gedung BCA dan Bank Mestika

Gambar 3.5 Peta Lokasi

P E T A M E DAN

Gedung Bank SUMUT SUN Plaza Gedung Bank Permata Restoran Sushi Tei Gedung Bina Graha Pemprovsu Wisma Tamu Pemprovsu Gedung BAPPEDA Masjid Agung Medan Kantor Gubernur Gedung BII Gedung ANZ Gedung BCA Gedung Mestika Museum

TNI Gedung

Mandiri

U

Peta Provinsi


(56)

A. Wilayah dan Potensi

Lokasi yang direncanakan berada di wilayah Kecamatan Medan Baru. Lokasi ini dinilai berpotensi karena peruntukan lahan sebagai daerah pusat bisnis dan perkantoran. Kecamatan Medan Baru terletak di Pusat Kota Medan ( WPP-D ) dengan batas-batas sebagai berikut :

o Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal

dan Kecamatan Medan Selayang.

o Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia. o Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor. o Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah

Kecamatan Medan Baru dengan luas wilayahnya 4,94 Km².

Kecamatan ini adalah daerah pusat perdagangan Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah: 43.524 jiwa (2006). Di Kecamatan Medan Baru banyak terdapat pusat perbelanjaan, pasar, pertokoan, perbankan, perkantoran dan show room.Data Umum Wilayah

N o Da t a u m u m Ke t e ra n ga n

1 Luas 4,94 k m ²

2 Jum lah Kelurahan 6 k elurahan 3 Jum lah Penduduk 43.524 j iw a 4 Tingk at Kepadat an Penduduk 8810 j iw a/ k m2

5 Panj ang Jalan Aspal 63,4 k m 6 Volum e Sam pah Harian 25,67 t on

Je n is Pe n did ik a n

1 SD / Sederaj at 26 unit 2 SLTP / Sederaj at 8 unit 3 SMU / Sederaj at 6 unit

4 Ak adem i 5 unit

5 Univ ersit as 2 unit

Je n is Pe la ya n a n

1 Air Bersih 64,3%

2 List r ik 96%

3 Telepon 75,90%

4 Gas 45%

5 Lapangan Olahraga 14 persil 6 Pant i Asuhan 3 unit 7 Rum ah Sak it 6 unit

8 Pusk esm as 1 unit

9 Balai Pengobat an Um um 16 unit 10 Rum ah Bersalin 3 unit


(57)

Je n is Pe rd a ga n ga n

1 Pasar Tradisional 3 unit 2 Plaza / Mall 1 unit

3 Pasar Grosir -

Je n is Pe riba d a t a n

1 Masj id 14 unit

2 Musholla 17 unit

3 Gerej a 15 unit

4 Kuil 0

5 Vihara 0

La in - la in

1 Kebak aran 8 k asus

2 Banj ir 1 k asus

Sumber Tabel 3.2 Data Umum Kecamatan Medan Baru Tahun 2006

Jarak Tempuh Antara Pusat Kota Dengan Kecamatan

Dari Pusat Kota ke Kecam atan Jarak ( Km ) Medan Tunt ungan 12

Medan Johor 5 Medan Am plas 10

Medan Denai 9 Medan Area 5 Medan Kota 5 Medan Maim un 2 Medan Polonia 3,5

Medan Baru 10

Medan Selayang 6 Medan Sunggal 8,5 Medan Helvetia 6,4 Medan Petisah 3

Medan Barat 4 Medan Timur 1,5 Medan Perj uangan 6

Medan Tem bung 5,2 Medan Deli 10 Medan Labuhan 16 Medan Marelan 22 Medan Belaw an 23

Sumber: BPS Kota Medan 2007 Tabel 3.3 Jarak tempuh antara pusat kota dengan kecamatan

Figure Ground Kawasan

Pada sisi barat site, terdapat susunan bangunan atau figure yang cukup padat di mana daerah tersebut merupakan wilayah padat (bangunan komersil yang kebanyakan berupa ruko dan gedung kantor), sedangkan di sisi timur site tidak terlalu padat. Di sisi ini terdapat pusat perkantoran dan jasa.


(58)

Daerah di sekitar site didominasi oleh bangunan perkantoran swasta 6-10 lantai, perumahan 2 lantai yang dialihfungsikan menjadi perkantoran, ruko, dan bangunan kantor pemerintah. Beberapa ikon Kota Medan juga terletak di sekitar kawasan site, yaitu Kantor Gubernur Sumatera Utara, Masjid Agung, dan Sun Plaza.

Gambar 3.6 Figure Ground Kawasan Site 2. Data Umum Site

Luas lahan : 1,27 ha (12.715m2)

Kontur : Relatif rata

GSB : 15 m (dari Jln Diponegoro dan Jln. Zaenal Arifin)

Jarak dari pusat kota : ± 10 Km

Pemilik : Swasta


(59)

3.3 Studi Kelayakan Proyek

Statistik Penduduk dan Tenaga Kerja Kota Medan

Tahun Penduduk Laki-Laki Perempuan Penduduk Penduduk Total

Jumlah Tenaga Kerja Pengangguran Terbuka Jumlah Pekerja Bidang Jasa

96 942427 952888 1895315 1246357 136850 1109507 159991

97 943594 955434 1899028 1248799 137118 1111681 160304

98 944379 956688 1901067 1250140 137265 1112875 160477

99 944891 957609 1902500 1251082 137369 1113713 160597

00 945847 958426 1904273 1252248 137497 1114751 160747

01 960477 966043 1926520 1266877 139103 1127774 162625

02 979106 984776 1963882 1291447 141801 1149646 165779

03 990216 1003386 1993602 1310991 143947 1167044 168288

04 995968 1010174 2006142 1319237 144852 1174385 169346

05 1012040 1024145 2036185 1338993 147021 1191972 171882

06 1027607 1039681 2067288 1359446 149267 1210179 174508

07* 1036595 1048775 2085370 1371337 150573 1220764 176034

08* 1045662 1057949 2103610 1383332 151890 1231442 177574

09* 1054808 1067203 2122010 1395431 153218 1242213 179127

10* 1064034 1076538 2140571 1407637 154559 1253078 180694

11* 1073341 1085954 2159294 1419949 155910 1264039 182274

12* 1082729 1095453 2178181 1432369 157274 1275095 183869

13* 1092199 1105035 2197233 1444898 158650 1286248 185477

14* 1101752 1114701 2216452 1457536 160037 1297499 187099

15* 1111389 1124451 2235839 1470285 161437 1308848 188736

16* 1121110 1134286 2255396 1483146 162849 1320297 190387

17* 1130916 1144207 2275124 1496119 164274 1331845 192052

18* 1140808 1154215 2295024 1509205 165711 1343494 193732

19* 1150787 1164311 2315098 1522406 167160 1355246 195426

* angka prediksi dari rata-rata laju pertumbuhan penduduk tahun 1996-2006

Sumber : Medan Dalam Angka 2007 dan Olah Data Tabel 3.4 Prediksi Jumlah Tenaga Kerja di Kota Medan

Adapun rincian luas gedung perkantoran eksisting dan prediksi ke depannya di Kota Medan dapat dilihat dalam tabel berikut.

Luas Gedung Perkantoran di Kota Medan

Nama Gedung Fungsi Gedung Keterangan Jumlah Lantai Luas Lantai m2 Jumlah

Eksisting

B&G Tower Disewakan sebagian besar 13 2400 31200

Bank Sumut Disewakan sebagian kecil 8 2400 19200

Wisma BII Disewakan sebagian besar 8 2000 16000

uniland Disewakan sebagian besar 6 2400 14400

BCA Disewakan sebagian kecil 8 1200 9600

HSBC Disewakan sebagian kecil 6 900 5400

Mestika Disewakan sebagian kecil 8 900 7200


(60)

Nama Gedung Fungsi Gedung Keterangan Jumlah Lantai Luas Lantai m2 Jumlah

Mandiri Jl. Z. Arifin Disewakan sebagian besar 6 1800 10800

Bank Danamon Disewakan sebagian kecil 9 1050 9450

City Bank Disewakan sebagian besar 6 450 2700

Graha Niaga Disewakan sebagian besar 6 750 4500

Capital Building Disewakan sebagian besar 10 750 7500

PT. Indosat Disewakan sebagian kecil 7 900 6300

total 158650

Prediksi Tambahan

Crystal Square Sedang dibangun 16 1200 19200

Medan Fair

Tahap

perencanaan 11 900 9900

Deli Grand City

Tahap

perencanaan 27 2400 64800

GRAND TOTAL 252550

Sumber: Survey Lapangan dan Literatur Luas Perkantoran di Kota Medan Tabel 3.5 Luas Gedung Perkantoran di Kota Medan

Pada tahun 2006, jumlah pekerja di sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa mencapai 14,42 % dari keseluruhan pekerja. Dengan demikian, diprediksi pada tahun 2019 jumlah pekerja di bidang jasa akan mencapai 195.426 orang. Bila diperhitungkan luas bruto setiap pekerja sebesar 10 m2, maka luas perkantoran yang diperlukan tahun 2019 mencapai 1.954.260 m2. Karena di Medan sebagian besar ruang kantor berupa perumahan yang beralih fungsi menjadi perkantoran (yang diasumsikan sebesar 70%), maka perhitungan area gedung kantor yang diperlukan sebesar 586.278 m2.

Pada tahun 2008 jumlah gedung perkantoran sebagai wadah bekerja bagi para pekerja ini baru mencapai 158.650 m2. Bila diperhitungkan gedung perkantoran yang sedang dalam masa pembangunan dan perencanaan saat ini, didapat tambahan luas sebesar 93.900 m2. Dengan demikian, masih dibutuhkan luasan perkantoran sebesar 333.728 m2.

Diasumsikan Kantor Sewa Diponegoro ini akan menyediakan 10 % kekurangan perkantoran yang diperlukan sampai tahun 2019. Dengan demikian, Kantor Sewa Diponegoro ini akan memiliki luasan ± 33.000 m2, termasuk luas fasilitas tambahan (bank, pasar swalayan, restoran, cafe, ruang serba guna, servis, dsb).


(1)

B. A k so n o m et ri E k st e ri o r 3 d a n A k so n o m et ri E k st eri o r 4 Departemen arsitektur Fakultas teknik universtas sumatera utara

tka 490 tugas akhir angkatan xxvi

semester B

juDul proyek :

kantor sewa Diponegoro

juDul gamBar : Dosen pemBimBing i : Dosen pemBimBing ii :

nama mahasiswa :

iva susanti

nim :

050406012

no.lemBar : ir. Basaria talarosha, mt

ir. vinky rahman, mt

aksonometri eksterior 58

AKSONOMETRI EKSTERIOR 3

TANPA SKALA AKSONOMETRI EKSTERIOR 4TANPA SKALA

G am b ar 6. 5 8 A ks o n o m et ri E ks te ri o r 3 da n A ks o n o m et ri E ks te ri o r 4 Universitas Sumatera Utara


(2)

DAFTAR PUSTAKA

• Badan Pusat Statistik Medan (2007) Medan Dalam Angka.

• De Chiara. Joseph, and John Calender. 1981. Time Saver Standard for Building

Types. Mcgraw Hill Book Company. New York.

• Juwana Ir. Jimmy S., MSAE (2005) Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Penerbit Erlangga.

• Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, (1995). Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua. Penerbit Erlangga, Jakarta.

• Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi, (1997). Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33. Penerbit Erlangga, Jakarta.

• Snyder, James C.& Catanese, Anthony J. (1989) Pengantar Arsitektur. Penerbit Erlangga, Jakarta.

• Standar Nasional Indonesia nomor 03-6389-2000.

• www.pemkomedan.go.id


(3)

LAMPIRAN

Untuk mengetahui secara garis besar sejauh mana bangunan KSD telah menerapkan hemat energi, diambil pendekatan dari nilai OTTV sesuai dengan Standar Nasional Indonesia 03-6389-2000 tentang Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung.

Menurut SNI tersebut, bangunan dikatakan hemat energi bila nilai OTTV tidak melebihi 45 W/m2. Adapun rumus menghitung nilai OTTV adalah sebagai berikut :

(

)

{

U WWR

}

TDeq

(

SC WWR SF

)

(

U WWR T

)

OTTVw• 1− • + • • + f • •∆

(

) (

)

(

)

oi o o i oi o o i A A A OTTV A OTTV A OTTV A OTTV + + + • + + • + • = ... ... 2 1 2 2 1 1 dimana :

a = Absorptansi radiasi matahari untuk dinding/atap yang tidak tembus

cahaya

Uw = Transmitansi termal dinding tak tembus cahaya (W/m2.°K)

Uf = Transmitansi termal fenestrasi (W/m2.°K)

WWR = Perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi tertentu

TDeq = Beda suhu ekivalen antara luar dan dalam (°K) SF = Faktor Radiasi Matahari (W/m2)

SC = Koefisien Peneduh dari sistim fenestrasi/skylight

D T = Selisih temperatur perencanaan antara bagian luar dan dalam ruang

(5K)

A oi = Luas Total dinding + jendela pada bagian dinding luar i (m2)

OTTV = Nilai Perpindahan Termal Menyeluruh seluruh dinding luar (W/m2) OTTVi = Nilai Perpindahan Termal Menyeluruh pada dinding luar i pada arah

tertentu (W/m2)

Sumber : Standar Nasional Indonesia SNI 03-6389-2000 Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung


(4)

Untuk memudahkan perhitungan dan pembandingan, maka rumus-rumus di atas dimasukkan ke dalam tabel sebagai berikut :

Orientasi a U

w WWR TDEk SC SF Uf DT OTTV Luas

OTTV x Luas Barat

0,25 0,34 0,467 15 0,28 243 2,94 5 39,38 153,92 6061,72

Utara

0,25 0,34 0,467 15 0,56 130 2,94 5 41,60 153,92 6404,44

Timur

0,25 0,34 0,293 15 0,28 112 2,94 5 14,43 269,88 3894,65

Selatan

0,25 0,34 0,293 15 0,56 97 2,94 5 21,17 269,88 5714,92

Barat

Laut 0,25 0,34 0,459 15 0,28 211 2,94 5 34,61 269,88 9340,71

Nilai OTTV rata-rata lantai 2-7 28,11

Tabel Perhitungan Nilai OTTV Lantai Tipikal 2-7

Orientasi a U

w WWR TDEk SC SF Uf DT OTTV Luas

OTTV x Luas

Barat 0,25 0,34 0,431 15 0,28 243 2,94 5 36,43 203,87 7428,85

Utara 0,25 0,34 0,431 15 0,56 130 2,94 5 38,49 203,87 7847,73

Timur 0,25 0,34 0,260 15 0,28 112 2,94 5 12,94 236,8 3064,25

Selatan 0,25 0,34 0,260 15 0,56 97 2,94 5 18,92 236,8 4480,43

Nilai OTTV rata-rata lantai 8-11 25,89

Tabel Perhitungan Nilai OTTV Lantai Tipikal 8-11

Orientasi a U

w WWR TDEk SC SF Uf DT OTTV Luas

OTTV x Luas Barat

0,25 0,34 0,475 15 0,28 243 2,94 5 39,99 171,68 6866,43

Utara

0,25 0,34 0,475 15 0,56 130 2,94 5 42,25 171,68 7254,85

Timur

0,25 0,34 0,303 15 0,28 112 2,94 5 14,88 192,4 2864,33

Selatan

0,25 0,34 0,303 15 0,56 97 2,94 5 21,86 192,4 4207,03

Nilai OTTV rata-rata lantai 12-15 29,10

Tabel Perhitungan Nilai OTTV Lantai Tipikal 12-15

Lt. 2-7 Lt. 8-11 Lt. 12-15 Total Jumlah Lantai 6 4 4 14 Nilai OTTV rata-rata 28,11 25,89 29,10 27,76


(5)

Catatan :

a = 0,25 (beton ringan cat putih)

Uw = 0,34 (hasil perhitungan konstruksi breathing wall)

WWR = nilainya bervariasi sesuai dengan denah masing-masing lantai tipikal TDEk = 15 (untuk konstruksi dinding kurang dari 125 kg/m2 menurut SNI)

SC = 0,28 untuk Barat dan Timur (shading sirip vertikal, wave & aluminium louvre)

0,56 untuk Utara dan Selatan (shading wave & aluminium louvre) SF = 243 untuk sisi Barat menurut SNI

130 untuk sisi Utara menurut SNI 112 untuk sisi Timur menurut SNI 97 untuk sisi Selatan menurut SNI 211 untuk sisi Barat Laut menurut SNI Uf = 2,94 untuk kaca Cool-Lite Blue 6mm

DT = 5 menurut SNI

Rincian Perhitungan Uw :

Elemen Ketebalan (m) Nilai k (W/mK) Resistansi (m2K/W) Ri - - 0,123

Plester 0,05 0,16 0,38 Beton Ringan 0,1 0,15 0,67 Insulasi 0,05 0,035 1,43 Rongga 0,05 - 0,18 Beton Ringan 0,1 0,84 0,12 Ro - - 0,055

Total 2,958

Tabel Rincian Elemen Breathing Wall Nilai Uw = 1 / 2,958 = 0,338


(6)

Rincian Perhitungan SC : SCk = 0,8

SCEf Wave & Aluminium Louvre = 0,7

SCEf Sirip Vertikal = 0,5

SC Barat-Utara = SCk x SCEf

= 0,8 x 0,7 x 0,5 = 0,28 SC TS = SCk x SCEf