Redevelopmen Pasar Peringgan (Arsitektur Perilaku)

(1)

REDEVELOPMEN PASAR PRINGGAN

( ARSITEKTUR PERILAKU )

LAPORAN PERANCANGAN

TGA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009/2010

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

DICKY ANDREA S

060406023

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A

2010


(2)

REDEVELOPMEN PASAR PRINGGAN

Oleh

DICKY ANDREA SEMBIRING

060406023

Medan, 18 Juni 2010

Disetujui oleh,

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, M.T. Amy Marissa Lubis S.T., M.Sc

NIP : 1963 0716 1998 02 1001 NIP : 1972 0504 2000 12 2001

(Pembimbing I)

(Pembimbing II)

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, M.T.

NIP : 1963 0716 1998 02 1001

(Ketua Departemen Arsitektur)


(3)

REDEVELOPMEN PASAR PRINGGAN

( ARSITEKTUR PERILAKU )

LAPORAN PERANCANGAN

TGA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009/2010

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

DICKY ANDREA S

06 0406 023

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A

2010


(4)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR

( SHP2A )

Nama

: Dicky Andrea Sembiring

NIM

: 060406023

Judul Proyek Akhir

: Redevelopmen Pasar Pringgan

Tema Proyek Akhir

: Arsitektur Perilaku

Rekapitulasi Nilai

:

Nilai akhir

A

B+

B

C+

C

D

E

Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :

No Status

Waktu

Pengumpulan

Laporan

Paraf

Pembimbing I

Paraf

Pembimbing

II

Koordinator

TKA-490

1

LULUS

LANGSUNG

2

LULUS

MELENGKAPI

3

PERBAIKAN

TANPA SIDANG

4

PERBAIKAN

DENGAN

SIDANG

5

TIDAK LULUS

Medan, 18 Juni 2010

Ketua Departemen

Koordinator TKA-490

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho , M.T.

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, M.T.

(NIP: 1963 0716 1998 02 1001)

(NIP : 1963 0716 1998 02 1001)


(5)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunia yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Tugas ini dibuat sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik , khususnya Program Studi Arsitektur. Tugas akhir yang penulis susun ini mengambil judul

Redevelopmen Pasar Pringgan dengan tema Arsitektur Perilaku. Hasil tugas akhir ini dituangkan dalam bentuk laporan tertulis.

Laporan ini berisi pembahasan mengenai dasar penentuan judul, tema, deskripsi proyek, analisa lokasi dan bengunan, konsep seta hasil perancangan arsitektur dalam bentuk perancangan dan maket. Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah selain sebagai persyaratan mendapatkan gelar sarjana teknik, laporan ini dibuat untuk menyempurnakan hasil tugas akhir sehingga dapat dibukukan dan bisa diambil manfaatnya oleh pembaca.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Adapun orang-orang yang telah mendukung penyelesaian tugas akhir ini adalah :

1. Kedua orang tua dan sudara saya yang tercinta

2. Bapak Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, M.T. selaku dosen pembimbing pertama dalam tugas akhir ini.

3. Ibu Amy Marisa Lubis selaku dosen pembimbing kedua

4. Teman-teman arsitektur khususnya stambuk 2006 yang telah memberi motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Dan seluruh pihak yang telibat dan telah membantu penulis dalam penyelesaian Studio Tuga Akhir ini.

Semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca sekalian, serta menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca khususnya mahasiswa arsitektur

Medan, 18 Juni 2010 Hormat saya,


(6)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ...ii

Daftar Gambar ... v

Daftar Tabel ... vii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Maksud dan Tujuan ... 2

I.3 Masalah Perancangan ... 2

I.4 Pendekatan Masalah ... 3

I.5 Lingkup/ Batasan ... 4

I.6 Kerangka Berfikir ... 5

I.7 Sistematika Penulisan Laporan ... 6

BAB II DESKRIPSI PROYEK

II.1 Terminologi Judul ... 7

II.1.1 Pengertian Judul ... 7

II.1.2 Pasar Tradisional... 9

II.1.3 Pusat Perbelanjaan ... 14

II.2 Lokasi ... 17

II.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi ... 18

II.2.2 Analisis Pemilihan Lokasi ... 23

II.2.3 Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi ... 24

II.3 Tinjauan Fungsi ... 30

II.3.1 Dekripsi Penggunaan dan Kegiatan ... 30

II.3.2 Deskripsi Prilaku ... 34

II.3.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang ... 34

II.3.4 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang ... 34


(7)

BAB III ELABORASI TEMA

III.1 Pengertian Tema ... 42

III.2 Arsitektur Kontekstual ... 43

III.2.1 Jenis Perkembangan Arsitektur Kontekstual ... 44

III.3 Analisis Pemilihan Tema ... 46

III.4 Perilaku Dalam Arsitektur ... 49

III.5 Perilaku Masyarakat Sekitar... 51

III.5.1 Masyarakat Sekitar Pasar Pringgan... 51

III.5.2 Masyarakat Sekitar Pusat Perbelanjaan ... 53

III.6 Keterkaitan Tema dengan Judul ... 48

III.7 Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Tema Sejenis ... 54

III.7.1 Els Colors Kindergarten ... 54

III.7.2 Toyama Children Center... 56

III.7.3 Glenaire Retirement Center ... 57

BAB IV ANALISA IV.1 Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan... 58

IV.1.1 Data Site ... 58

IV.1.2 Analisa Pencapaian ... 63

IV.1.3 Analisa Sirkulasi ... 66

IV.1.4 Analisa Orientasi ... 69

IV.1.5 Analisa Matahari ... 70

IV.1.6 Analisa Ruang Terbuka dan Tata Hijau ... 72

IV.1.7 Analisa Sarana dan Prasarana ... 73

IV.1.8 Analisa Tata Guna Lahan ... 74

IV.2 Analisis Fungsional ... 78

IV.2.1 Kegiatan dan Kriteria Ruang ... 78

IV.2.2 Ruang ... 86

IV.2.3 Bentuk ... 99

IV.3 Analisis Teknologi ... 102

IV.3.1 Struktur ... 102

IV.3.2 Utilitas ... 105

BAB V KONSEP V.1 Konsep Tapak ... 110


(8)

V.2 Konsep Massa Bangunan ... 115

V.2.1 Bentukan Pasar ... 115

V.2.2 Bentukan Plaza ... 116

V.2.3 Bentukan Pusat Perbelanjaa ... 116

V.3 Konsep Struktur ... 118

V.3.1 Struktur Pasar ... 118

V.3.2 Struktur Pusat Perbelanjaan ... 118

V.3.3 Struktur Plaza ... 118

V.4 Konsep Utilitas... 119

V.4.1 Utilitas Pasar ... 119

V.4.2 Utilitas Pusat Perbelanjaan ... 119

BAB VI HASIL PERANCANGAN VI.1 Gambar Arsitektural ... 121

VI.2 Gambar Struktural ... 130

VI.3 Gambar Rencana Mekanikal dan Elektrikal ... 137

VI.3.1 Rencana AC ... 137

VI.3.2 Rencana Elektrikal ... 142

VI.3.3 Rencana Kebakaran ... 147

VI.3.4 Rencana Sanitasi ... 151

VI.4 Gambar Perspektif dan Poster ... 159


(9)

Daftar Gambar

BAB I PENDAHULUAN

Gbr 1.1 Pendekatan Masalah... 3

Gbr 1.2 Kerangka Berfikir ... 5

BAB II DESKRIPSI PROYEK Gbr 2.1 Peta Kota Medan ... 18

Gbr 2.2 Kecamatan Medan Baru ... 18

Gbr 2.3 Peta Kawasan ... 18

Gbr 2.4 Pemukiman Sekitar Pringgan ... 20

Gbr 2.5 Pencapaian Menuju Site ... 21

Gbr 2.6 Kawasan Pelayanan Pasar ... 22

Gbr 2.7 Perletakan Lokasi ... 23

Gbr 2.8 Ukuran Site ... 24

Gbr 2.9 GSB Site ... 26

Gbr 2.10 Ketinggian Bangunan Sekitar ... 28

Gbr 2.11 Eksisting Kawasan Pringgan ... 29

Gbr 2.12 Desain Pasar Pabean ... 37

Gbr 2.13 Pasar Beringharjo ... 39

Gbr 2.14 Suasana Pasar BSD ... 40

Gbr 2.15 Suasana Blok M Plaza ... 41

BAB III TEMA Gbr 3.1 Els Color Kindergarten ... 55

Gbr 3.2 Toyama Children Center ... 56

Gbr 3.3 Glenaire Retirement Center ... 57

BAB IV ANALISA Gbr 4.1 Perspektif Kawasan Pringgan ... 58

Gbr 4.2 GSB Site ... 59

Gbr 4.3 Ketinggian Lantai Bangunan ... 60

Gbr 4.4 Eksisting Utara dan Selatan ... 61

Gbr 4.5 Eksisting Barat dan Timur ... 62

Gbr 4.6 Pencapaian Menuju Site ... 63


(10)

Gbr 4.8 Sirkulasi Kendaraan ... 66

Gbr 4.9 Denah Lt 1 Pasar ... 67

Gbr 4.10 Denah Lt 2 Pasar ... 68

Gbr 4.11 View Menuju Site ... 69

Gbr 4.12 Pergerakan Matahari ... 71

Gbr 4.13 Ruang Terbuka dan Tata Hijau ... 72

Gbr 4.14 Pola Drainase pada Site ... 73

Gbr 4.15 Tata Guna Lahan ... 74

Gbr 4.16 Jenis Usaha Sekitar Site ... 75

BAB V KONSEP Gbr 5.1 Konsep Tapak-Ground ... 110

Gbr 5.2 Konsep Tapak-Basement ... 111

Gbr 5.3 Jembatan Penyebrangan ... 112

Gbr 5.4 Detail Pedestrian ... 112

Gbr 5.5 Detail Parkir Kendaraan Pribadi ... 113

Gbr 5.6 Detail Parkir Kendaraan Umum ... 113

Gbr 5.7 Entrance Basement ... 114

Gbr 5.8 Bentukan Pasar ... 115

Gbr 5.9 Bentukan Plaza ... 116

Gbr 5.10 Bentukan Pusat Perbelanjaan ... 116

Gbr 5.11 Bentukan Keseluruhan Bangunan ... 117

Gbr 5.12 Detail Sanitasi ... 120

BAB VI HASIL PERANCANGAN Gbr 6.1 Site Plan ... 121

Gbr 6.2 Basement ... 122

Gbr 6.3 Ground Plan ... 123

Gbr 6.4 Denah Lantai 2 ... 124

Gbr 6.5 Denah Lantai 3 ... 125

Gbr 6.6 Denah lantai 4,5,6 dan Rooftop ... 126

Gbr 6.7 Tampak Samping Kiri dan Kanan ... 127

Gbr 6.8 Tampak Depan dan Belakang ... 128

Gbr 6.9 Potongan ... 129

Gbr 6.10 Rencana Pondasi ... 130

Gbr 6.11 Rencana Pembalokan Basement ... 131


(11)

Gbr 6.13 Rencana Pembalokan Lantai 2 ... 133

Gbr 6.14 Rencana Pembalokan Lantai 3 ... 134

Gbr 6.15 Rencana Pembalokan Lantai 4,5,6 dan Rooftop ... 135

Gbr 6.16 Rencana Atap ... 136

Gbr 6.17 Rencana AC Basement ... 137

Gbr 6.18 Rencana AC GroundPlan ... 138

Gbr 6.19 Rencana AC Denah Lantai 2 ... 139

Gbr 6.20 Rencana AC Denah Lantai 3 ... 140

Gbr 6.21 Rencana AC Denag Lantai 4,5,6 dan Rooftop ... 141

Gbr 6.22 Rencana Elektrikal Basement ... 142

Gbr 6.23 Rencana Elektrikal Ground Plan... 143

Gbr 6.24 Rencana Elektrikal Denah Lantai 2 ... 144

Gbr 6.25 Rencana Elektrikal Denah Lantai 3 ... 145

Gbr 6.26 Rencana Elektrikal Denah Lantai 4,5,6 dan Rooftop ... 146

Gbr 6.27 Rencana Kebakaran Basement ... 147

Gbr 6.28 Rencana Kebakaran Lantai 1 ... 148

Gbr 6.29 Rencana Kebakaran Lantai 2 ... 149

Gbr 6.30 Rencana Kebakaran Lantai 3,4,5,6 ... 150

Gbr 2.31 Rencana Sanitasi Basement ... 151

Gbr 2.32 Rencana Sanitasi Ground Plan ... 152

Gbr 2.33 Rencana Sanitasi Lantai 2... 153

Gbr 2.34 Rencana Sanitasi Lantai 3... 154

Gbr 2.35 Rencana Sanitasi Rooftop ... 155


(12)

Daftar Tabel

BAB I PENDAHULUAN

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Tabel 2.1 Pembagian WPP Kota Medan ... 20

Tabel 2.2 Jumlah dan Jenis Kios Pasar Pringgan ... 32

Tabel 2.3 Jenis Usaha di Plaza Medan Baru ... 33

BAB III TEMA BAB IV ANALISA Tabel 4.1 Jenis Usaha Sekitar Site ... 77

Tabel 4.2 Kegiatan dan Kriteria Ruang ... 83

Tabel 4.3 Program Ruang ... 98

Tabel 4.4 Jenis Massa Bangunan ... 100

Tabel 4.5 Bentuk Dasar Massa Bangunan ... 101

Tabel 4.6 Jenis Sistem Struktur Bangunan ... 103

Tabel 4.7 Jenis Struktur Kolom ... 104

Tabel 4.8 Jenis Sistem Air Bersih... 105

Tabel 4.9 Jenis Sistem Penghawaan ... 107

Tabel 4.10 Jenis Sistem Instalasi Listrik ... 108


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pasar tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa kita. Namun tidak seperti kebanyakan warisan budaya lainnya, yang butuh biaya perawatan yang besar dan

kebanyakan tidak menguntungkan. Pasar tradisional merupakan salah satu bukti bahwa masyarakat kita juga sudah mengenal sistem perdagangan sejak lama. Selain menjadi bagian dari sejarah, keberadaan pasar tradisional ini juga menguntunkan secara ekonomi, karena dengan adanya pasar tradisional ini, maka ekonomi masyarakat sekitar juga akan ikut terdorong.

Namun keberadaan pasar tradisional akhir-akhir ini sudah mulai terancam. Salah satu penyebabnya adalah semakin banyaknya bermunculan pasar-pasar modern yang mempunyai modal yang besar serta fasilitas yang lengkap. Pasar-pasar modern ini mulai menggeser peran pasar tradisional bahkan cenderung menyingkirkannya. Tetapi kita tidak boleh mengkambinghitamkan pasar modern sebagai penyebab hilangnya pasar tradisional, karena faktor penyebab lainnya adalah buruknya kualitas serta pengelolaan dari pasar tradisional itu sendiri. Keberadaan pasar tradisional yang kotor, berbau busuk, pengap serta tidak nyaman telah menyebabkan masyarakat enggan untuk berbelanja di pasar tradisional.

Untuk itu sebenarnya hubungan antara pasar tradisional dengan pasar modern sebenarnya harus lebih diperbaiki. Sehingga nantinya diperoleh suatu keselarasan antara bangunan pasar tradisional dengan bangunan pasar modern. Sehingga keberadaan pasar modern tidak lagi dijadikan alasan hilangnya keberadaan pasar tradisional.

Salah satu contoh konkretnya adalah kawasan pasar Pringgan. Kita mengetahui bahwa kawasan pasar ini memang sudah pernah mengalami pembangunan kembali beberapa waktu yang lalu. Tetapi dengan seiring perkembangan zaman, maka dirasakan perlu ada lagi perbaikan maupun tambahan-tambahan fungsi tertentu untuk lebih memperlancar kegiatan ekonomi di kawasan tersebut.

Banyak masalah baru yang telah muncul dan menyebabkan tidak efektifnya kegiatan masyarakat di kawasan tersebut. Salah satu hal konkret dan mungkin paling signifikan adalah kemacetan. Kita dapat melihat bahwa permasalahan sirkulasi pejalan kaki kendaraan sering sekali menjadi penyebab utamanya. Hal itu kemudian diperparah lagi oleh ulang angkutan kota yang menurunkan dan menaikkan penumpang dengan


(14)

sembarangan. Adapun masalah lainnya adalah ketidakefektifan gedung pasar itu sendiri. Hal itu dapat terlihat dari basement atau parkiran yang memang tidak digunakan, yang merujuk kepada kegagalan desain awal dari bangunan pasar pringgan itu sendiri. Tidak hanya sampai disitu, koneksi antara bangunan pasar dengan bangunan shopping mall yang ada di depannya hampir tidak memiliki koherensi. Jika terlihat sepintas, gedung pasar itu hanya merupakan halaman belakang dari pusat perbelanjaan tersebut dan penghubungnya hanyalah sebuah pintu keluar yang tidak mencerminkan keharmonisan.

Sehingga dengan mempertimbangkan segala hal yang sudah disampaikan di atas, maka pembangunan kembali (redevelopmen) bangunan pasar pringgan yang terkoneksi dengan shopping mall di depannya sangatlah tepat. Karena perlu dibuat suatu perbaikan mengenai susunan kawasan ini sehingga menjadi lebih efektif dan efisien. Mengingat pasar ini merupakan satu-satunya pasar untuk kawasan kecamatan Medan Baru dan sekitarnya, sehingga pembangunan kembali pasar ini dengan tujuan mengingkatkan vitalitas dan kualitas lingkungan ini sangatlah diperlukan

I.2 Maksud dan Tujuan

Adapun yang menjadi maksud dan tujuan perancangan ini adalah :

1. Menciptakan suatu wadah berjualan bagi para pedagang yang lebih efektif dan efisien

2. Menciptakan pasar yang nyaman, bersih serta terkoneksi langsung dengan pasar modern (shopping mall) bagi para pengunjung dan pembeli

3. Mengubah persepsi masyarakat akan pasar tradisional yang panas, sumpek dan berbau tidak sedap

4. Menciptakan lingkungan pasar yang mampu mengatasi permasalahan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki, serta masalah perparkiran.

5. Menciptakan suatu pusat perbelanjaan modern yang terkoneksi langsung dengan pusat pasar tradisional, serta memiliki keselarasan hubungan diantara keduanya.

I.3 Masalah Perancangan

Hal-hal yang menjadi masalah perancangan yang utama adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan tema dalam desain bangunan.

2. Pengaturan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki, sehingga nantinya tidak ada crossing yang menyebabkan kemacetan.

3. Bagaimana mengatasi permasalahan perparkiran yang sering menyebabkan kemacetan


(15)

4. Bagaimana menyusun organisasi ruang, sehingga nantinya ada sequence yang jelas dalam mengendalikan arus sirkulasi pengunjung

5. Bagaimana memadukan ruang dalam dan ruang luar bangunan sehingga terdapat suatu keharmonisan.

6. Bagaimana penempatan fasilitas-fasilitas pendukung sehingga nantinya tidak mengganggu peletakan dari fasilitas utama.

7. Bagaimana membuat satu keterhubungan antara desain baru dari pasar tradisional dengan desain baru dari pusat perbelanjaan yang terdapat di depannya.

I.4 Pendekatan Masalah

Dimana dalam pendekatan masalah, metode yang digunakan untuk mencapai desain akhir dari proyek ”redevelopmen kawasan pasar pringgan” ini antara lain :

- KONSEP BENTUK

- KONSEP MASSA

- KONSEP RUANG

- PERILAKU MASYARAKAT

- ARSITEKTUR

- ESTETIKA

- FUNGSI

- EFEKTIFITAS

- BENTUK

- RUANG

- UTILITAS

Redevelopme

n Kawasan

Pasar


(16)

-Survey : Metode survey dilakukan dengan cara mengamati lokasi proyek perencanaan dan tempat-tempat pameran yang ada untuk mengetahui permasalahan yang ada.

-Pengumpulan Data : Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data, informasi, dan persyaratan-persyaratan perancangan dan perencanaan gedung pameran dengan cara studi literatur dan studi banding kasus proyek dan tema yang sama.

- Analisa Data : Dalam tahap analisa, data mentah yang sudah diperoleh kemudian diolah kembali sehingga didapatkan kesimpulan-kesimpulan tertentu.

- Konsep : Penyusunan konsep perancangan dilakukan untuk menganalisa dan menetapkan usulan-usulan perancangan dari permasalahan, data-data variabel, dan persyaratan yang diperoleh untuk mendapatkan skematik desain.

- Desain Akhir : Desain akhir merupakan kesimpulan dari hasil penyusunan skematik desain yang diterapkan pada perencanaan dan perancangan fisik bangunan pasar Pringgan dan Pusat perbelanjaan Ramayana

I.5 Lingkup/ Batasan

a. Lingkup Pembahasan

Materi pembahasan disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi dan tujuan yang ingin dicapai pada perencanaan dan perancangan ”redevelopmen kawasan pasar pringgan” dengan menerapkan gagasan arsitektur fungsional untuk memperoleh desain pasar dan pusat perbelanjaan dengan tingkat fleksibilitas, kenyamanan, keamanan, efektifitas yang tinggi, sirkulasi bangunan, serta utlitas yang baik dalam bangunan.

b. Batasan Pembahasan

Perencanaan proyek ini terbatas pada perancangan bangunan gedung pasar serta gedung plaza Medan Baru serta fasilitas penunjangnya dengan berpedoman pada standar-standar khusus untuk suatu gedung pameran. Pengkajian ini ditekankan pada interaksi antara pusat perbelanjaan di bagian depan dengan bangunan pasar tradisional di bagian belakangnya dengan penerapan tema arsitektur fungsional untuk bangunan daerah tropis dengan asumsi-asumsi yang diambil berdasarkan hasil studi banding dan pedoman yang diperoleh.


(17)

Gbr 1.2 Kerangka Berfikir

I.6 Kerangka Berfikir

Latar Belakang

Pendekatan Perancangan

Identifikasi Masalah

Tema

Perumusan Masalah

Pengumpulan

Data

Analisa

Studi Literatur

Potensi

Konsep

Pra Rancangan

Maksud dan Tujuan

Sasaran

Analisa

Kriteria

Kriteria

Desain

Kriteria Perancangan

Masalah

Kerangka Survey

Survey

Data Fisik

Wawancara

Dokumentasi

Prospek


(18)

I.7 Sistematika Penulisan Laporan

Adapun sistematika pembahasan pada laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, membahas mengenai latar belakang pemilihan judul, permasalahan yang ada, maksud dan tujuan, pendekatan masalah, ruang lingkup dan batasan masalah, kerangka berpikir, asumsi dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK, membahas mengenai deskripsi, pengertian dan batasan proyek, studi lokal, tinjauan khusus, gambaran umum lokasi proyek, lingkup dan batasan proyek, dan studi tipologi bentuk pasar tradisional dan bangunan pusat perbelanjaan.

BAB III ELABORASI TEMA, mengemukakan mengenai tinjauan teoritis / pengertian tema, interpretasi tema, dan studi banding tema sejenis.

BAB IV ANALISA, membahas dan mempelajari masalah yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya secara terperinci berdasarkan fakta-fakta data serta standar-standar yang sudah ada, dimulai dengan analisa mikro yang berkaitan dengan lingkungan dan analisa mikro yang berkaitan dengan tapak dan bangunan.

BAB V KONSEP, menguraikan konsep dasar perancangan pasar tradisional dan pusat perbelanjaan yang terdiri dari konsep dasar perencanaan tapak dan konsep dasar perencanaan bangunan.


(19)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

II.1 Terminologi Judul

Judul kasus proyek yang akan dirancang dan direncanakan adalah ”Redevelopmen Kawasan Pasar Pringgan” untuk itu akan dibahas berikutnya masing-masing unit pembentuk kata dari judul tersebut.

II.1.1 Pengertian Judul

Redevelopmen atau pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari, atau seluruh unsur-unsur lama dari kawasan kota tersebut dengan unsur-unsur-unsur-unsur kota yang lebih baru dengan tujuan untuk meningkatkan vitalitas serta kualitas lingkungan kawasan tersebut.

Maksud dari proses pembangunan kembali tergantung kepada kondisi wilayah yang akan diremajakan, pada dasarnya menyangkut tiga hal pokok :

1. Memberikan vitalitas baru 2. Meningkatkan vitalitas yang ada

3. Menghidupkan kembali vitalitas yang lama telah pudar

Tujuan tersebut dimaksudkan agar wilayah yang diremajakan tersebut dapat menyumbang kontribusi yang lebih positif kepada kehidupan kota baik dilihat dari segi ekonomi, sosial budaya, fisik, dan bahkan segi politik. Upaya peremajaan umumnya selalu mengambil tempat pada kawasan yang dianggap memiliki potensi ekonomi yang paling besar untuk dikembangkan

Selain dari dampak yang bersifat membangun, redevelopmen juga dapat menimbulkan dampak-dampak negatif, antara lain :

1. Aspek fisik : lenyapnya unsur-unsur fisik kota yang tadinya telah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat dapat menimbulkan dampak psikologis pada masyarakat, misalnya hilangnya sumber-sumber fisik yang biasa dipakai sebagai patokan untuk berorientasi dalam kota.


(20)

2. Aspek ekonomis : tergusurnya sarana ekonomi yang masih berfungsi kendati dianggap kurang memadai terutama yang menyangkut kehidupan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah

3. Aspek budaya : hilangnya bangunan tua yang memiliki arti sejarah maupun nilai-nilai arsitektur yang biasa menjadi landmark kota

4. Aspek sosial : tergusurnya masyarakat penghuni ke tempat yang lebih jauh dari sumber mata pencaharian semula.

5. Aspek politis : penanganan yang kurang baik dalam hal pembebasan tanah dan proses relokasi penduduk sering menimbulkan kegiatan-kegiatan yang secara politis sangat peka.

Pengertian pasar berdasarkan ”Kamus Umum Bahasa Indonesia”, ada beberapa, antara lain :

1. Tempat orang berjual-beli ; pekan, tempat berjual beli yang diadakan oleh perkumpulan dan sebagainya dengan maksud mencari derma.

2. Tempat berbagai pertunjukan yang diadakan malam hari untuk beberapa hari lamanya

Pringgan dapat diartikan sebagai suatu kawasan yang terdapat dalam kecamatan Medan Baru. Dimana kawasan pringgan ini terletak pada Jalan Iskandar muda setelah melewati simpang Jalan Abdullah Lubis hingga simpang Jalan Gajah Mada.

Jadi dapat dirangkumkan pengertian dari ”Redevelopmen Pasar Pringgan” adalah

”Pembangunan kembali Pasasr Pringgan yang diperuntukkan sebagai tempat berjual beli (kawasan Pasar Pringgan) pada bagian belakangnya dan pusat perbelanjaan modern pada bagian depannya, yang akan dibuat terkoordinasi, dimana fungsi lamanya tetap dipertahankan dan mungkin akan ditambahkan fungsi-fungsi baru yang bertujuan untuk meningkatkan vitalitas serta kualitas lingkungan tersebut. ”

II.1.2 Pasar Tradisional

II.1.2.1 Klasifikasi pasar

Pasar dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, berdasarkan kepada sudut pandangnya. Berikut akan disajikan beberapa klasifikasi pasar berdasarkan sudut pandang yang berbeda :


(21)

- Pengertian pasar menurut sifatnya : a. Pasar nyata/ konkret

Tempat para penjual dan pembeli berkumpul untuk membeli barang-barang dagangan secara langsung. Contoh : pasar buah, ikan, sayur, dll

b. Pasar abstrak

Barang yang diperdagangkan tidak sampai di pasar, jual beli berlangsung tetapi hanya menurut contoh barang. Contoh : pasar bursa, obligasi, dll

- Pengertian pasar menurut daerah pelayanan dan administrasi pemerintahan :

a. Pasar lingkungan

Pasar yang ruang lingkupnya meliputi suatu lingkungan kira-kira seluas satu kelurahan atau beberapa kelompok perumahan di sekitar pasar tersebut dan jenis barang diperdagangkan adalah barang kebutuhan sehari-hari

b. Pasar wilayah

Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi beberapa lingkungan permukiman dan barang-barang yang diperjual belikan lebih lengkap dari pasar lingkungan

c. Pasar kota

Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi wilayah kota dimana barang-barang yang diperjualbelikan lengkap

d. Pasar regional

Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi daerah kota dan sekitarnya

e. Pasar perumahan

Merupakan toko-toko yang menempel pada rumah tinggal melayani kebutuhan rumah tangga di daerah sekitarnya, kira-kira seluas wilayah RT

- Pengertian pasar menurut sifat jualannya : a. Pasar induk


(22)

Pasar yang merupakan pusat pengumpulan, pusat pelelangan dan pusat penyimpanan bahan-bahan sandang pangan untuk disalurkan kepada grosir-grosir dan pusat-pusat

b. Pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran barang atau jasa secara kecil atau eceran,

c. Pasar khusus

Pasar yang menjual atau sejenis barang tertentu, mis : pasar tekstil, bunga, buah, dll

- Pengertian pasar menurut waktu kegiatannya : a. Pasar siang hari

Pasar yang kegiatannya antara pukul 08.00 s/d 18.00 WIB b. Pasar malam hari

Pasar yang kegiatannya antara pukul 18.00 s/d 05.00 WIB c. Pasar siang malam

Pasar yang kegiatannya dilakukan siang dan malam hari d. Pasar malam

Kegiatan pasar hanya dilakukan pada malam hari e. Pasar pagi

Kegiatan pasar hanya dilakukan pada pagi hari f. Pasar mingguan

Kegiatan pasar hanya dilakukan sekali dalam seminggu.

- Pengertian pasar secara operasional a. Pasar perusahaan daerah

b. Pusat pertokoan / perdagangan perseroan terbatas

c. Pasar tidak reasmi : pasar yang belum diakui oleh pemerintah

d. Trade imporium departemen perindustrian dan perdagangan yang merupakan pusat penjajaan hasil kerajinan rakyat

e. Gelanggang dagang yang dikelola oleh departemen perdagangan dan koperasi

f. Toko serba ada yang dikelola departemen perdagangan dan koperasi g. Pusat pertokoan atau perbelanjaa swasta

- Pasar ditinjau dari sistem pelayanannya : a. Pasar tradisional


(23)

Yang dimaksud dengan pasar tradisional adalah pasar yang ada pada masa kini, yang masih memiliki karakter atau ciri-ciri pada masa lalu dimana salah satu adalah adanya interaksi sosial langsung antara penjual dan pembeli yang sifatnya tawar menawar harga barang dan jasa.

b. Pasar khusus

- Produk yang ditawarkan berupa satu atau beberapa produk barang tertentu saja.

- Pasar yang ditawarkan tetap dalam keadaan khusus, misalnya pasar souvenir walaupun kemudian pasar berkembang produk yang dipasarkan adalah penunjang dari produk utama.

- Sistem pembagian perlu diperhatikan agar penyeberan keuntungan sedapat mungkin merata.

- Sistem proteksi kebakaran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan mengingat fungsi pasar yang merupakan bangunan umum

- Memperhatikan keamanan pasar setiap sudut desain agar mencegah munculnya kriminalitas pada lokasi.

c. Pasar modern

Suatu kompleks toko eceran dan dihubungkan dengan fasilitas yang terencanan sebagai suatu kesatuan kelompok, untuk memberikan pelayanan perbelanjaan yang maksimal

d. Pasar wisata

Umumnya berkembang pada kawasan objek wisata dan tercipta dari perkembangan aktivitas wisata itu sendiri yang didukung oleh faktor-faktor lingkungan yang mendukung terhadap market tersebut, yaitu : - Potensi wisata pada kawasan wisata

- Interest publik terhadap potensi wisata kawasan tersebut - Adanya sarana yang mendukung terhadap potensi wisata

- Perkembangan jumalah wisata yang mengunjungi kawasan wisata

II.1.2.2 Unsur-Unsur Pokok Perpasaran A. Konsumen

Konsumen adalah pribadi atau badan yang menikmati penggunaan fisik suatu barang dan jasa ekonomi atau seseorang yang membeli untuk dijual kembali.


(24)

Dari pihak konsumen yang perlu untuk diteliti antara lain : a. Daya beli atau tingkat pendapatan

b. Daya mobilitas untuk mencapai tempat belanja c. Waktu yang tersedia

d. Tingkah laku adat dan kebiasaan

B. Lembaga Perdagangan dan Wadah

Lembaga yang melaksanakan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen

Dari pihak pedagang, hal yang perlu diperhatikan antara lain : a. Keuntungan yang relatif baik

b. Harga dan biaya penjualan c. Cara pelayanan

d. Suplai barang yang diperdagangkan

C. Barang

Mengenai penggolongan barang terdapat banyak teori. Untuk pembahasan selanjutnya diambil penggolongan barang yang merupakan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh PD Pasar Jaya Bersama dengan LPEM F.E. UI 1971 :

a. Golongan I : Merupakan barang-barang yang dinilai sebagai barang kebutuhan sehari-hari misalnya : sayur, bumbu dapur, lauk-pauk, dll b. Golongan II : Barang ini bukan merupakan kebutuhan sehari-hari yang

dibutuhkan dalam waktu interval tertentu misalnya seminggu atau sebulan. Contohnya : pakaian, tekstil, sepatu, kosmetik.

c. Golongan III : Sifat barang yang termasuk dalam golongan ini hampir sama dengan golongan barang sekunder, akan tetapi merupakan barang-barang lux dan relatif mahal harganya bagi ukuran pembeli masyarakat Indonesia. Contohnya : tv, kamera foto, dll

d. Golongan IV : Barang-barang golongan ini dirasakan dan dibutuhkan oleh pembeli hanya sebagai insidential, atau tidak dapat ditentukan. Misalnya : mebel, onderdil mobil , dll

II.1.2.3 Materi Perdagangan di Pasar

Materi perdagangan di pasar dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, sifat, urgensinya, cara pengangkutannya, dan cara penyajiannnya :


(25)

a. bahan kebutuhan rohani / pemuas diri b. bahan sandang / tekstil

c. kebutuhan rekreasi B. Sifat / kesan perdagangan

a. basah b. kering c. tahan lama

C. Tingkat urgensi materi perdagangan

a. barang kebutuhan sehari-hari (demand good) b. barang kebutuhan berkala (convinience good) D. Cara pangangkutan

a. barang bukan pecah b. barang pecah belah E. Cara penyajian

a. cara penyajian sedang b. cara penyajian baik

II.1.2.4 Unsur-Unsur Penunjang Pasar

Yaitu pihak yang berperang dalam kelangsungan kegiatan perdagangan di pasar, unsur-unsur ini meliputi pemerintah, pengelola, bank, dan swasta : a. Pemerintah

Pemerintah wajib memelihara kestabilan ekonomi dalam pembangunan dan kelancaran ekonomi, diantaranya dengan menguasai sektor perpasaran dalam bentuk mengelola dan menarik pajak pasar, menentukan klasifikasi pasar dalam wilayah kekuasaannya, pembangunan fisik pasar yang biasanya dilakukan dengan menggunakan anggaran daerah atau inpres.

b. Pengelola

Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari pemerintah menunjuk : a. Jawatan atau dinas dibawahnya atau

b. Perusahaan daerah yang memberi otorita untuk mengelola pelayanan umum di bidang perpasaran

Adapun kegiatan yang biasanya dialksanakan oleh pengelola ini antara lain :

1. Memelihara kebersihan


(26)

3. Mengusahakan kelancaran distribusi bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari.

c. Bank

Bank berperan khususnya dalam pembayaran pembangunan dan pemodalan bagi para pedagang. Misalnya pembangunan pasar Inpres dibiayai melalui bank pemerintah, kredit candak kulak bagi para pedagang kecil disalurkan melalui BRI, dll

d. Swasta

Dalam hal ini yang disebut swasta bisa para pedagang itu sendiri atau para pelaksana yang membiayai pembangunan pasar, dengan prinsip pembangunan fasilitas pasar dibiayai dengan dana dari masyarakat yang akan kembali kepada masayarakat dalam bentuk lain.

Secara umum pasar merupakan suatu kebutuhan masyarakat melalui peranannya sebagai unsur-unsur penunjang yang menggerakkan kehidupan sehari-hari.

II.1.3 Pusat Perbelanjaan

II.1.3.1 Klasifikasi Pusat Perbelanjaan

Pusat perbelanjaan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa sudut pandang tertentu, antara lain :

a. Bentuk pusat perbelanjaan berdasarkan penutup bangunan 1. Pusat perbelanjaan terbuka

Adalah pusat perbelanjaan yang terbuka langsung terhadap cahaya matahari sehingga memberi kesan luas dan cocok untuk udara, tetapi berpengaruh pada kenyamanan terhadap gangguan cuaca dan retail yang saling terpisah.

2. Pusat perbelanjaan tertutup

Adalah pusat perbelanjaan dengan pelingkup merupakan suatu bangunan lengkap dimana pedagang dan pemiliki toko terlindungi dalam bangunan yang tertutup dan terkontrol serta dimungkinkan terjadinya interaksi sosial.

3. Pusat perbelanjaan gabungan

Merupakan gabungan antara pusat perbelanjaan terbuka dan tertutup, dimana sebagian terbuka dan lainnya tertutup. Bentuk ini mengantisipasi terhadap pengaruh pengontrolan penghawaan dan keborosan energi serta mahalnya biaya perawatan.


(27)

b. Bentuk pusat perbelanjaan berdasarkan komposisi ukuran dan bentuk 1. Bentuk L

2. Bentuk Segitiga 3. Bentuk Jalur 4. Dumb shell shape 5. Bentuk U

6. Bentuk Cluster

7. Double dumbbed shaped 8. Bentuk T

II.1.3.2 Prinsip Pusat Perbelanjaan

Prinsip dasar pusat perbelanjaan terletak pada peran dan pola hubungan antara unit retail dengan pusat perbelanjaan.

a. Design control zone

Mencapai komunitas flow melalui efek ping-pong sehingga semua ruang bernilai strategis, control zone dicapai dengan :

1. Pola pusat perbelanjaan, linear, sederhana, dengan jalur utama tanpa pembagi agar semua ruang sewa strategis dan orientasi sirkulasi jelas

2. Magnet / anchor, unit utama sebagai obyek penarik pengunjung. Kuncinya adalah perancangan key tenant yaitu pemilihan dan penempatan anchor tenant. Penyewa seperti supermarket, cineplex, restoran, dll, penempatannya harus mampu menjadi magnet bagi pengunjung.

3. Pembatasan panjang dan lebar, mempertimbangkan kenyamanan perjalanan kaki dan komunikasi antar tenant

4. Pembatasan tinggi bangunan, sehingga tercapai kenyamanan horizontal.

b. Tenan mix

Pengelompokan magnet dan unit retail berdasarkan jenis materi perdagangan dengan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan persaingan yang mematikan

- Design criteria

Desain dari masing-masing unit sewa telah ditentukan sebelumnya kepada para tenant, menyangkut perwujudan fisik seperti ketentuan mengenai bahan, warna, desain interior, dll yang mengutamakan kesesuaian bukan kesenangan semata.


(28)

II.1.3.3 Unsur Pusat Perbelanjaan

Pusat perbelanjaan merupakan penggambaran suatu bangunan yang terdiri dari elemen-elemen

a. Anchor (magnet)

Merupakan transformasi dari nodes dapat pula berfungsi sebagai landmark, perwujudannya berupa plaza dalam pusat perbelanjaan

b. Secondary anchor

Merupakan transformasi dari distrik perwujudan berupa toko-toko pengecer, retail, supermarket, bioskop, dll

c. Street mall

Merupakan transformasi path perwujudannya berupa pedestrian yang menghubungkan magnet-magnet

d. Landscaping

Merupakan transformasi dari edges sebagai pembatasan pusat pertokoan di tempat-tempat luar.

II.1.3.4 Pelaku dan Kegiatan

Pelaku dan kegiatan pada pusat perbelanjaan secara garis besar terdiri dari : a. Kelompok pengunjung

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang mengunjungi fasilitas ini untuk mencari dan membeli barang kebutuhannya. Kegiatan pengunjung disini ada yang datang dengan tujuan membeli barang, melihat-lihat, mencari hiburan, berekreasi atau hanya berjalan-jalan.

b. Kelompok pedagang

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang melakukan kegiatan menjual brang kebutuhan atau jasa, sebagai pengecer akhir, yang memanfaatkan ruang toko atau pertokoan dengan sistem sewa kepada pihak pengelola c. Kelompok Pengelola

Yaitu sekelompok orang atau badan yang mengelola dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung dalam pusat perbelanjaan serta mengatur semua jalannya kegiatan tersebut, termasuk administrasi penyewaan ruang kepada para pedagang atau pemilik usaha, sehingga dapat dicapai suatu kelancaran kegiatan, kenyamanan, kemudahan dan keamanan


(29)

Ada beberapa hal yang harus dibedakan dalam masing-masing pengertian antara pusat perbelanjaan, supermarket, departement store dan unit toko , antara lain :

Unit-unit toko

Fungsinya menjual kelompok barang kebutuhan berkala yaitu kebutuhan sekunder dan tersier. Pada umumnya sistem penjualan yang dipakai adalah personal services. Semua toko harus mempunyai kesempatan yang sama untuk terlewati oleh pengunjung

Departemen Store

Merupakan kelompok pertokoan yang lengkap yang menyediakan kebutuhan sekunder dan tersier dengan satu sistem pengelolaan. Departemen store adalah merupakan magnet dalam pusat perbelanjaan maka harus diletakkan secara menarik agar dapat menarik minat pengunjung

Supermarket

Fungsinya menjual barang kebutuhan sehari-hari dan keperluan rumah tangga yang terletak dalam sebuah ruang yang luas, dimana sistem penjualannya dengan self service.

II.2 Lokasi

Adapun lokasi dari proyek ”redevelopmen kawasan pasar pringgan” ini terletak di daerah pringgan itu sendiri, tepatnya pada Kecamatan Medan Baru. Berikut merupakan tinjauan lokasi pasar pringgan dan gedung ramayana terhadap kota Medan dan Kecamatan Medan Baru.


(30)

Gbr 2.2 Kecamatan

Gbr 2.3 Peta Kawasan

Gbr 2.1 Peta Kota

II.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dari hampir semua proyek arsitektur. Namun dalam proyek ini, lokasi sudah ditentukan, karena merupakan redevelopmen dari kompleks pasar yang sudah ada. Sehingga tidak diperlukan adanya kriteria tertentu dalam pemilihan lokasi. Adapun hal yang diperlukan mengenai permasalahan lokasi ini adalah alasan apa yang bisa disampaikan sehingga lokasi tersebut memang memenuhi kelayakan untuk di-redevelopmen sebagai proyek pasar dan pusat perbelanjaan yang baru.


(31)

II.2.1.1 Tinjauan terhadap struktur kota

Berdasarkan RUTRK Kota Medan, maka wilayah kota Medan dapat dibagi menjadi 5 wilayah pengembangan dan pembangunan (WPP), berikut akan disajikan arah pengembangan dari masing-masing wpp :

Wilayah Pembangunan

Cakupan wilayah Pentadbiran

Kecamatan

Luas (ha) Aktivitas Utama

WPP A Medan Belawan Medan Marelan Medan Labuhan Jumlah 2,625.01 2,382.10 3.,667.17 8,674.28

• Pelabuhan • Industri • Terminal • Pergudangan

berorientasi

pelabuhan Belawan • Perumahan

• Pemuliharaan WPP B Medan Deli 2,084.33 • Perumahan

• Perdagangan • Perkebunan WPP C Medan Timur

Medan Perjuangan Medan Area Medan Denai Medan Tembung Medan Amplas Jumlah 775.75 409.42 552.43 905.04 799.26 1,118.57 4,560.47

• Perkebunan

• Industri terbatas (KIM)

• Terminal barang

WPP D Medan Baru Medan Maimun Medan Polonia Medan Kota Medan Johor Jumlah 583.77 297.76 901.12 526.96 1,457.47 3,767.08

• Pusat Bisnis

• Pusat Pemerintahan • Perumahan

• Hutan Kota • Pusat pendidikan


(32)

Retail + Pemukiman Penduduk

Retail + Pemukiman Penduduk

Retail + Pemukiman Penduduk

Retail + Pemukiman Penduduk

Gbr 2.4 Pemukiman Sekitar Pringgan

Tabel 2.1 Pembagian WPP Kota Medan

WPP E Medan Barat Medan Petisah Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Tuntungan Medan Selayang Jumlah 681.72 532.84 1,543.66 1,316.42 2,068.04 1,281.16 7,423.84 • Perumahan • Perkantoran • Conservation • Lapangan Golf • Hutan Kota

Pemerintah Kota Medan

Jumlah WPP A – D

26.510,00

Kawasan Pasar Pringgan terletak pada WPP D. Arah pengembangan wilayah ini adalah untuk pusaat bisnis, pusat pemerintahan, perumahan, hutan kota dan pusat pendidikan. Keberadaan pasar pringgan ini adalah tepat, dikarenakan terletak pada daerah yang berorientasi sebagai pusat bisnis dan dekat dengan pemukiman penduduk.

II.2.1.2 Pencapaian

Lokasi site yang berada pada Jalan Iskandar Muda, sangat efesien untuk pencapaian dari kendaraan, angkutan umum, maupun truk barang. Selain itu untuk para pejalan kaki, juga mudah dicapai, dikarenakan letak site yang dekat dengan jalur angkutan umum.


(33)

SITE

JALUR UTAMA

JALUR SEKUNDER

Jalan Wahid Hasyim

Jalan D.I Panjaitan

Jalan Sekunder

SITE

Jalan Iskandar Muda

Jalan Abdullah Lubis

Gbr 2.5 Pencapaian Menuju Site

1. Jalan Iskandar Muda 2. Jalan D.I. Panjaitan 3. Jalan Abdullah Lubis 4. Jalan K.H Wahid Hasyim

II.2.1.3 Area pelayanan

A. Pasar Pringgan

Berdasarkan jenis pasar yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa Pasar Pringgan adalah pasar kecamatan, tepatnya adalah pasar kecamatan Medan Baru.

Sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan Pasar Pringgan memiliki kriterial sebagai berikut :

Pasar Kecamatan Medan Baru :

- Fasilitas pelayanan : pertokoan, perpasaran, kantor-kantor pelayanan umum dan civic center.


(34)

Plaza Medan Fair

Pasar Pagi

Pasar Pringgan dan

Plaza Medan Baru

Medan Plaza

Pasar Petisah

- Skala radius pelayanan : 0 - 1,5 km - Perkiraan kepadatan : 80-100 ha - Status pasar lingkungan

B. Pusat Perbelanjaan

Pada bagian pusat perbelanjaan, dapat dilihat dari gambar di atas, maka letaknya cukup dekat dengan pusat perbelanjaan lainnya, yaitu Medan Plaza dan Medan Fair Plaza. Sehingga dapat dikatakan bahwa saingan

Gbr 2.6 Kawasan Pelayanan Pasar

Berdasarkan peta pelayanan kawasan di atas, maka dapat dikatakan, saingan utama pasar pringgan yang sejenis adalah pasar petisah. Namun dikarenakan luasnya daerah, maka keberadaan ke 2 pasar ini tidak saling mengganggu satu sama lainnya.


(35)

Merupakan kawasan pemukiman penduduk, sehingga pasar pringgan ini memiliki pelanggan tetap yang ada di sekitarnya

Dilalui oleh jalan Iskandar muda yang dilalui oleh banyak angkutan umum, sehingga mudah untuk diakses masyarakat.

Lokasi site yang terletak di pusat kota sehingga mudah untuk diakses oleh masyarakat ramai.

Gbr 2.7 Perletakan lokasi pringgan

dari pusat perbelanjaan ini cukup sulit, karena dekat dengan dua pusat perbelanjaan yang lebih besar.

Namun apabila diamati lebih lanjut, maka dapat ditarik suatu kesimpulan ternyata posisi gedung plaza Medan Baru ini tidaklah serupa dengan kedua bangunan plaza lainnya. Karena Plaza Medan Baru ini kelasnya sedikit di bawah dari kedua pusat perbelanjaan di atas, maka dapat dikatakan bahwa sebenarnya plaza medan baru ini memiliki pangsa pasar tersendiri dan tidak bersaing dengan ke dua plaza lainnya.

II.2.2 Analisis Pemilihan Lokasi

Pada site ini, lokasi merupakan lokasi tunggal, dikarenakan ini termasuk ke dalam proses redevelopmen. Sehingga tidak akan ada site lainnya sebagai pembanding. Terdapat beberapa kriteria agar sebuah lokasi dapat menjadi lokasi sebuah pasar dan pusat perbelanjaan, antara lain :

1. Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga mempunyai konsumen yang tetap.

2. Lokasi harus dapat menjangkau masyarakat banyak

3. Dilalui oleh lintasan angkutan umum, sehingga dapat diakses oleh para pejalan kaki

4. Memiliki sarana dan utilitas yang baik di sekitar kawasannya. Sehingga nantinya tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.


(36)

Gbr 2.8 Ukuran Site

65,7 meter

186,7 meter

187,9 meter

65,9 meter

II.2.3 Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi

II.2.3.1 Luas lahan

Ukuran site 66 m x 187 m, dengan pembagain sebagai berikut : Luasan site pasar Pringgan : 125 m x 66 m

Luasan site Ramayana : 62 m x 66 m Dengan luasan total sekitar 12.342 m2

Site ini terletak pada kecamatan Medan Baru. Termasuk dengan fungsi sebagai pusat bisnis, rekreasi indoor, pusat pemerintahan, perumahan, hutan kota dan pusat pendidikan. Termasuk dalam WPK F, dengan fungsi pendidikan, perumahan, dan pemerintahan.

Adapun site ini memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu antara lain : - Kelebihan :

1. Berada pada salah satu jalan utama di kecamatan Medan Baru yaitu jalan Iskandar Muda.

2. Pencapaian mudah, dikarenakan jalan ini dilalui oleh banyak angkutan umum


(37)

4. Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga target pasar dapat dengan mudah terpenuhi, karena tersedianya jumlah pembeli yang memadai.

5. Karena memilikii koneksi dengan pusat perbelanjaan modern, sehingga kawasan ini menawarkan sebuah kolaborasi yang unik antara pusat perbelanjaan modern dengan pasar tradisional.

- Kelemahan :

1. Memiliki arus lalu lintas yang cukup padat, sehingga cukup menyulitkan untuk memarkirkan kendaraan di sekitar site.

2. Ketersediaan parkir yang kurang memadai sehingga kebanyakan kendaraan diparkir di badan jalan dan menimbulkan kemacetan. 3. Lebar jalan samping site yang kurang memadai, sehingga tidak

memungkinkan untuk jalan 2 arah.

4. Tidak adanya fasilitas halte, tempat tunggu angkutan umum, sehingga pengunjung menunggu pada pinggir jalan yang kemudian menyebabkan kemacetan.

5. Utilitas bangunan yang tidak terawat, sehingga menimbulkan bau tidak sedap serta citra bangunan yang tampak kusam dan kotor.

II.2.3.2 Peraturan Site

1. Land Use (RDTRK) : rencana detail tata ruang kota. Yaitu peruntukan dan syarat-syarat lain tentang suatu wilayah pada daerah tertentu. Peraturan ini dibuat agar penggunaan lahan pada suatu kawasan dapat terencana dan teratur.

2. GSB = Garis Sempadan Bangunan : Mengatur jarak batas bangunan dengan batas kapling, bisa batas depan, samping atau belakang. Sering garis sepadan ini hanya depan atau jalan saja, 1/2 x lebar jalan atau (1/2xlebar jalan) + 1.

GSB ideal yang seharusnya ideal untuk sebuah site adalah seperti yang diutarakan dalam penjelasan di atas, yaitu :

- GSB sebelah utara (Jl. Pasar Pringgan I):


(38)

GSB ± 11 m

GSB ± 2 m

GSB ± 2 m

GSB ± 2,5 m

GSB ± 3 m

Gbr 2.9 GSB Site

- GSB sebelah Timur (Jl. Iskandar Muda):

(1/2x 12m) + 1 = 7m

- GSB sebelah Barat (Jalan D.I. Panjaitan):

(1/2x8m) + 1 = 5m

- GSB sebelah Selatan (Jl. Sei Mencirim):

(1/2x 6m) + 1 = 4m

Namun, dalam kenyataannya GSB tersebut tidak tercapai dan GSB yang sebenarnya dari kawasan sekitar Pasar Pringgan tersebut adalah :

3. BC = Building Coverage (Koefisien Dasar Bangunan). Yakni perbandingan tapak dengan kawasan terbangun. Koefisien ini akan semakin kecil untuk kawasan perbelanjaan atau kawasan mahal, bisa berubah tergantung fungsi dan harga tanah atau lahan.

Sebagai kawasan pusat perbelanjaan dan pasar, maka koefisen dasar bangunan yang ada di sekitar dan pada site adalah sekitar 80 % - 90 %


(39)

Maka koefisen dasar bangunan adalah : 90 % x 12.342 m2 = 11.107, 8 m2

4. FAR = Floor Area Ratio (Koefisien Lantai Bangunan). Yaitu perbandingan luas tapak dan klasifikasi yang telah ditetapakan total luas lantai. Koefisien ini bisa lebih dari 100% untuk bangunan bertingkat.

Untuk daerah di sekitar pasar Pringgan, maka koefisien lantai bangunan sekitarnya adalah 2-3 lantai. Dengan KDB sekitar 90 % maka dengan kata lain KLB bisa mencapai 200 % - 300 %.

II.2.3.3 Luas dan ketinggian bangunan

Berdasarkan survey yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa luas dan ketinggian bangunan, serta luas dan ketinggian bangunan sekitarnya. Penyajiannya adalah sebagai berikut :

II.2.3.3.1 Luas Bangunan Eksisting

1. Bangunan Pasar Pringgan dan Pusat Perbelanjaan serta pelataran

- Pasar Pringgan A. Lantai I

- Stan 394 unit @ (2 x 1,5) - Kios 169 unit @ (2 x 2)

- Lavatory 4 unit @ (4 x 6) - Ruang Tangga 5 unit - Kantor Pengelola

- Dll

Luas total lantai I : 4006,88 m2 B. Lantai 2

- Stan 319 @ (2 x 1,5) - Kios 188 @ (2x2) - Lavatory 4 @ (4x 6) - Dll

Luas total lantai II : 3520,12 m2

Keseluruhan luas total pasar eksisting adalah : 7527 m2


(40)

Ketinggian 5 lantai

Ketinggian 4 lantai

Ketinggian 3 lantai

Ketinggian 2 lantai

Ketinggian 1 lantai

Gbr 2.10 Ketinggian Bangunan Sekitar

A. Lantai : 1844,20 m2 B. Lantai II : 2284,84 m2 C. Lantai III : 2275,68 m2 D. Lantai IV : 2275,68 m2 E. Lantai V : 2297,16 m2 F. Lantai Basement : 3653,44 m2

Luas Total : 14571,00 m2

- Ruang Pelataran

Luas : 1907,20 m2

Kebanyakan bangunan yang terdapat di sekitar kawasan Pringgan merupakan bangunan ruko dengan ketinggian 2-4 lantai. Berikut akan disajikan ketinggian masing-masing ruko di sekitar kawasan Pasar Pringgan :

Luas total Pasar Pringgan + pusat perbelanjaan : 24.005 m2

II.2.3.3.2 Ketinggian Bangunan

1. Bangunan Pasar Pringgan dan Pusat Perbelanjaan serta pelataran

- Pasar Pringgan : 2 lantai - Pusat Perbelanjaan : 5 lantai

- Ruang Pelataran : 1 lantai (terbuka) 2. Bangunan di Sekitar Kawasan Pringgan Medan


(41)

Keadaan tempat

pembuangan sampah yang

tidak teratur. Sehingga

menimbulkan bau dan

pemandangan yang tidak

sedap

Keadaan lalu lintas yang

cukup macet di depan

pusat perbelanjaan.

Terlihat sejumlah becak

penumpang parkir

sembarangan.

Keadaan utilitas yaitu

parit pasar yang tidak

terawat dengan baik,

sehingga sering

menimbulkan

genangan air pada

waktu terjadi hujan,

serta bau dan

pandangan tidak sedap

Keadaan sekitar pasar

pringgan yang dipenuhi oleh

sampah. dimana sampah tidak

hanya bertebaran di sekitar

tempat pembuangan, tetapi

juga di sekitar pinggiran pasar

tradisional

Kedaan bagian depan pasar pringgan yang dipenuhi oleh PKL sehingga menyebabkan jalan semakin sempit dan menimbulkan kemacetan

Gbr 2.11 Eksisting Kawasan Pringgan

II.2.3.4 Eksisting

Tapak terletak pada Jalan Iskandar Muda, disamping Jalan Sei Mencirim dan Jalan Pasar Pringgan. Tapak terletak pada Kecamatan Medan Baru. Dengan KDB di kawasan tersebut mencapai 80 % - 90 %. Dengan luasan site sekitar 1,2 Ha -1,3 Ha.

Berikut akan disampaikan kondisi eksisting dari tapak di sekitar site.


(42)

II.3 Tinjauan Fungsi

II.3.1 Dekripsi Penggunaan dan Kegiatan

Pelaku pada proyek ”Redevelopmen Kawasan Pringgan” ini dapat dikelompokkan secara umum menjadi beberapa bagian demikian juga dengan kegiatan yang terjadi juga dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian besar.

Pelakunya antara lain :

- Pengunjung yaitu masyarakat baik yang berasal dari daerah sekitar (dalam kota), maupun dari luar kota bisa pengunjung pasar maupun pengunjung pusat perbelanjaan

- Pedagang pasar yaitu pihak yang menjajakan barang dagangan di pasar.

- Pedagang pusat perbelanjaan yaitu pihak yang menjajakan barang dagangan di pusat perbelanjaan.

- Pengelola yaitu pihak yang bertugas mengawasi, mengelola, dan memberikan pelayanan fasilitas kepada para pedagang baik di pasar maupun pusat perbelanjaan

Kegiatannya antara lain :

- Berdagang yang merupakan fungsi utama dari komplek bangunan ini. Merupakan kegiatan menjajakan barang kepada para pengunjung, baik dalam benutk kios, los, retail, maupun pameran.

- Pembelian yang merupakan feedback dari kegiatan berdagang. Disini pembeli akan membayar untuk barang yang diingininya.

Secara lebih lengkap akan dibahas mengenai kronologis kegiatan dan pelaku yang terdapat di komplek bangunan ini :

II.3.1.1 Deskripsi kegiatan Pasar Pringgan

Dikarenakan oleh lokasi pasar yang berada pada pusat kota, maka pasar termasuk daerah yang hidup mulai dari pagi jam 04.00 s/d 18.00 WIB. Sedangkan untuk wilayah sekitarnya terdapat pedagang kaki lima yang beroperasi hingga malam hari, seperti pedagang vcd/cd serta pedagang makanan.

- Pada pukul 04.00 WIB barang dagangan mulai berdatangan ke pasar pringgan. Kebanyakan merupakan barang dagangan yang berupa sayur dan daging.

- Pada pukul 06.30 WIB, pembeli mulai berdatangan. Sehingga suasana pasar mulai ramai.


(43)

- Pukul 06.30-18.00 WIB merupakan waktu dimana kegiatan berdagang dilaksanakan

- Pukul 18.00 WIB pasar ditutup

- Untuk para pedagang keliling yang ada di sekitar kawasan ini mulai beroperasi dari pukul 18.00-02.00 WIB

II.3.1.2 Deskripsi kegiatan pusat perbelanjaan

Pada pusat perbelanjaan yang sekarang ada, sama dengan pasar pringgan, yaitu terletak pada satu blok site yang sama. Sehingga mempunyai keidentikan yang sama. Adapun kronologis kegiatan yang biasanya terjadi pada pusat perbelanjaannya antara lain :

- Pada pukul 09.00 WIB pusat perbelanjaan Ramayana mulai dibuka. - Pada pukul 09.00-21.00 WIB kegiatan di pusat perbelanjaan

Ramayana berlangsung. (pada waktu ini juga terjadi kegiatan bongkar muat barang yang biasanya terjadi pada bagian basement gedung)

- Pukul 21.00 WIB pusat perbelanjaan Ramayana ditutup

II.3.1.3 Deskripsi pengguna Pasar Pringgan

Berdasarkan hasil survey dan data yang ada, maka dapat diperoleh deskripsi pengguna/ struktur organisasi pengelola, pengunjung, dll dari pasar Pringgan antara lain :

Pedagang dalam area pasar

NO JENIS DAGANGAN KIOS BUKA KIOS TUTUP JUMLAH

Lantai 1

1 Sayur 75 21 96

2 Buah 19 8 27

3 Daging 36 25 61

4 Ikan hidup / basah 46 20 66

5 Ayam hidup / potong 19 2 21

6 Makanan / kedai kopi 5 1 6

7 Kelapa 5 - 5

8 B. sampah, rempah, bumbu, ikan asin

105 10 115


(44)

Tabel 2.2 Jumlah dan Jenis Kios Pasar Pringgan

10 Pecah belah, kerajinan, bunga 42 8 50

Jumlah kios / stand LT.I 364 103 467

Lantai 2

11 Kain 187 20 207

12 Tk. Jahit 2 - 2

13 Kelontong 58 5 63

14 Emas / imitasi 37 5 42

Jumlah kios / stand LT.2 284 30 314

Jumlah kios / stand LT 1 dan LT 2 648 133 781

Pedagang yang ada di luar area pasar

JALAN JENIS DAGANGAN JUMLAH

Jalan Iskandar Muda VCD, CD, DVD, dan majalah

3

Buah (bermacam buah) 5 Jalan Pasar Pringgan Pulsa (Voucher) 1

Buah 3

Sayur 3

Jalan Sei Mencirim Sayur dan Buah 15 Jalan D.I. Panjaitan Sayur dan Buah 13

Jumlah 43

II.3.1.4 Deskripsi pengguna pusat perbelanjaan

Berdasarkan hasil survey dan data yang ada, maak dapat diperoleh deskripsi pengguna (struktur pengelola, pengunjung, dll) dari pusat perbelanjaan antara lain:

Pada bangunan pusat perbelanjaan, pada saat sekarang, seluruhnya disewa oleh pihak ”Ramayana”. Sehingga di dalam bangunan, keseluruhan usahan merupakan milik dari Ramayana Departmen store. Dengan penjelasan usaha di tiap lantainya sebagai berikut :

NO Lantai Jenis Dagangan Keterangan


(45)

pengetesan kesehatan mata. - Supermarket ”Ramayana” Menjual berbagai kebutuhan

sehari-hari seperti minyak goreng, deterjen, sabun, dll

- Area makan (sejenis foodcourt) Menjual makanan jadi, tetapi lebih kepada makanan berat, seperti nasi goreng, nasi ayam, dll

- Area Penjualan Pakaian obral Menjual berbagai macam jenis pakaian yang sedang di-obral

2 Lantai 2 - Area Pakaian Wanita Menjual berbagai macam jenis pakaian wanita mulai dari remaja hingga dewasa.

- Area Sepatu dan tas Menjual berbagai macam sepatu dan tas untuk wanita mulai dari remaja hingga dewasa

- Toilet Toilet hanya terdapat pada lantai 2, tidak ada toilet lainnya, sehingga cukup menyulitkan bagi pengunjung.

3 Lantai 3 - Area Pakaian Pria Menjual berbagai macam jenis pakaian pria mulai dari remaja hingga dewasa.

- Area Sepatu dan tas Menjual berbagai macam sepatu dan tas untuk priamulai dari remaja hingga dewasa

4 Lantai 4 - Area Pakaian Anak Menjual berbagai macam pakaian anak mulai dari bayi hingga balita

- Area Permainan anak Merupakan area permainan videogame dan permainan ketangkasan lainnya bagi anak-anak dan dewasa

5 Lantai 5 - Diskotik “Iguana” Merupakan diskotik yang dikhususkan untuk orang dewasa, dan tidak dapat diakses dari pusat perbelanjaan, hanya dapat diakses dari tempat parkir basement


(46)

II.3.2 Deskripsi Prilaku

Berdasarkan sifat aktivitas yang dilakukan, perilaku pengguna komplek bangunan pasar dan pusat perbelanjaan ini dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu :

- Bersifat statis

Perilaku pengguna yang lebih bersifat menetap pada satu tempat atau ruang. Kebiasaan pengguna ini merupakan kegiatan yang menjadi rutinitas atau sementara dengan intensitas waktu yang lebih lama seperti aktivitas pengelola pasar dan pusat perbelanjaan dan para pedagang yang biasa berjualan di kios.

- Bersifat dinamis

Perilaku pengguna bangunan yang cenderung bergerak atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam ruang lingkup bangunan, diantaranya aktivitas pengunjung dan pihak lain yang menggunakan fasilitas yang disediakan di bangunan.

II.3.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang

Mengenai deskripsi dari kebutuhan dan besaran ruang, maka hal ini akan didapatkan berdasarkan analisa kegiatan dan pengguna. Hal itu dikarenakan untuk menentukan ruang yang dibutuhkan perlu diketahui terlebih dahulu jenis pengguna dan ruang apa saja yang dibutuhkannya.

Setelah mengetahui jenis pengguna dan kegiatannya, maka ruang-ruang yang dibutuhkannya akan disesuaikan dengan standar-standar yang sudah baku. Hal itu bisa didapatkan dari buku-buku standar yang sudah umum yaitu Time Saver, Architect Data, atau buku standar lainnya.

II.3.4 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

Dalam perancangan pasar dan pusat perbelanjaan, ada persyaratan dan kriteria tertentu yang perlu diperhatikan antara lain fleksibillitas, keamanan pengunjung, kenyamanan pengunjung yang dihubungkan dengan keadaan termal, pencahayaan, sirkulasi. Untuk lebih jelasnya akan dibahas sebagai berikut :

1. Fleksibilitas

Secara harafiah fleksibilitas dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri. Kemudahan penyesuaian kios dan los untuk dapat menampung lebih banyak jumlah pedagang. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :


(47)

b. Pembagian ruang c. Ketinggian ruang

d. Tata letak stan, kios dan los 2. Kenyamanan

Kenyamanan merupakan kepuasan atau kenikmatan dalam melakukan aktivitasnya. Kenyamanan untuk ruang pusaat perbelanjaan dan pasar dipengaruhi faktor keadaan termal dan pencahayaan ruang pameran.

a. Kenyamanan ditinjau dari segi termal

b. Kenyamanan ditinjau dari segi pencahayaan 3. Sirkulasi

Perencanaan dan perancangan sistem sirkulasi pada bangunan terutama ditekankan pada pola pengaturan pencapaian pejalan kaki, jalur sirkulasi pengunjung dan sirkulasi bangunan servis bangunan.

II.3.5 Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Fungsi Sejenis

II.3.5.1 Pasar Pabean , Surabaya

Studi banding yang didapatkan ini adalah berupa tugas akhir dari mahasiswa Universitas Petra, Surabaya. Adapun data ini didapat melalui website universitas terbut, melalui cara pendownloadan.

Pada kasus ini dibahas mengenai redevelopmen dari kawasan pasar pabean, Surabaya dengan pendekatan tema arsitektur prilaku. Dari studi ini, penulis berharap mendapatkan konsep-konsep tertentu yang dianggap bisa disesuaikan dengan pasar Pringgan yang ada di Medan. Serta sebagai bahan untuk membuka wawasan akan proses redevelopmen dari sebuah pasar tradisional.


(48)

(49)

(50)

Berdasarkan studi yang dilakukan, diketahui bahwa bangunan ini mengambil bentuk tema perilaku kebanyakan dalam proses desainnya. Hal itu tampak dari bentukan denah memanjang untuk mengakomodasi kemudahan parkir masyarakat, bentukan bangunan yang mengambil bentukan arsitektur tropis, dan banyak hal lainnya

II.3.5.2 Pasar Tradisional di Padang Sidempuan

Pasar tradisional di padang sidempuan ini juga merupakan studi banding dalam bentuk tugas akhir mahasiswa. Pada kasus ini, studi banding didapat dari ruang perpustakaan departemen arsitektur, atau dengan kata lain, studi banding ini adalah salah satu tugas akhir mahasiswa departemen arsitektur terdahulu.

Pada studi banding ini dibahas mengenai perancangan dari pasar tradisional dari tidak ada menjadi ada, atau dengan kata lain ini adalah rencana pembuatan pasar tradisional yang baru. Dimulai dari studi kelayakan hingga gambar rancangan dari pasar itu sendiri. Dalam proyek ini pendekatan tema yang digunakan adalah arsitektur fungsional.

Adapun harapan penulis dari studi banding ini adalah untuk mencoba mencari tipologi dari pasar, serta kedekatan-kedekatan lainnya, dikarenakan letak pasar ini masih dalam wilayah yang sama yaitu Sumatera Utara, sehingga diharapkan ada kesamaan-kesamaan yang dapat digunakan penulis sebagai referensi dalam pengerjaan tugasnya.

II.3.5.3 Pasar Beringharjo, Yogyakarta

Pasar beringharjo merupakan salah satu pasar tradisional yang terdapat di Surabaya. Dalam pasar ini, diketahui jenis-jenis pembagian yang jelas dari barang dagangan yang ada. Sehingga hal ini lebih memudahkan pengunjung untuk mencari barang yang diinginkan.

Pasar ini juga merupakan pasar 2 lantai, sehingga memudahkan bagi penulis untuk mengambil contoh-contoh pemecahan yang mungkin dilakukan untuk lantai ke-2 di pasar tersebut.

Faktor kebersihan juga merupakan salah satu hal yang membuat penulis mengambil pasar ini sebagai contoh studi banding, karena ingin dihasilkan suatu pasar tradisional yang bebas dari stereotip ”bau dan kotor”. Karen kedua hal diatas, dianggap telah terlalu melekat pada pasar tradisional.


(51)

Gbr 2.13 Pasar Beringharjo

II.3.5.4 Pasar Tradisional BSD

Pasar tradisional BSD merupakan salah satu contoh pasar hasil redevelopmen pemerintah yang bisa dikatakan cukup berhasil. Pasar ini tidak memiliki bentuk yang luar biasa, namun berhasil membuat suatu bentuk sederhana, dimana masyarakat yang berbelanja merasa cukup nyaman dan efektif.

Berdasarkan tanggapan masyarakat yang ada di salah satu website, pasar BSD ini dianggap salah satu pasar tradisional yang baik. Hal itu dimulai dari sistem sirkulasi kendaraan dan ketersediaan lahan parkir untuk kendaraan. Kemudian masuk kedalam penataan kios-kios yang rapi, terorganisasi dan fungsional. Sehingga pengunjung yang datang sama sekali tidak kesulitan menemukan barang yang dicari, dikarenakan adanya pengelompokan yang jelas. Selain itu salah satu hal pendukung yang


(52)

Gbr 2.14 Suasana Pasar BSD

penting adalah pasar ini dikelola dengan baik, dimana semua petugas pasar, mulai dari petugas pembersih, petugas parkir, sampai kepada pengelola mempunyai kerjasama yang baik.

Pada studi banding ini, penulis mengharapkan mendapatkan suatu sistem utilitas dari pasar tradisional yang efesien yang ada pada pasar ini, sehingga dapat diterapkan dalam desain nantinya. Selain itu pengelolaan parkir dan sirkulasi kendaraan juga akan menjadi salah satu perhatian dari studi banding ini.

II.3.5.5 Blok M Plaza Jakarta

Blok M ibarat jantung kota di wilayah Jakarta Selatan. Disinilah tempat semua orang bertemu dari seluruh penjuru kota Jakarta bahkan dari seluruh Indonesia. Karena identitasnya sebagai muara masyarakat local maupun pendatang, maka Blok M bisa disebut terminal yang paling ramai dan sibuk di seluruh Indonesia. Sejak tahun 60 an wilayah ini sudah merupakan tempat ideal untuk dibangun rumah tinggal, sekolah, taman kota dan beragam hiburan bagi warganya


(53)

Gbr 2.15 Suasana Blok M Plaza

Pada masa 80 an, masyarakat berkelas dari kategori B ke A+ dan sebagian besar para professional muda, lebih memilih wilayah ini maka tidaklah mengherankan jika pada masa tersebut kawasan Blok M dianggap mewah dan paling bergengsi di Jakarta Selatan. Hal itulah yang mendorong grup pengembang Pakuwon untuk membangun pusat perbelanjaan bergengsi di sini yang dinamakan Blok M Plaza. Sehingga kerap ada julukan bahwa lokasi tersebut seperti Tokyo mini atau Korea mini, karena banyak dijual barang bermerk terkenal dari mancanegara. Blok M plaza kemudian dibuka pada akhir tahun 80 an.

Berada dekat lokasi dekat terminal bis, gelanggang remaja dan perkantoran, semakin menguntungkan blok M plaza dalam menarik konsumen yang tepat sasaran dan focus ke dalam target pasarnya yaitu remaja, mahasiswa dan para professional muda dari segment C sampai B+. mereka tertarik dengan fasilitas yang disediakan seperti bioskop , departemen store, dan toko lainnya. Sepanjang hari kerja dan pada saat makan siang atau sore hari, plaxa ini tetap ramai dan semakin ramai pada saat akhir


(54)

BAB III

ELABORASI TEMA

III.1 Pengertian Tema

Adapun tema yang diambil dalam proyek ini adalah “Perilaku Masyarakat sebagai Konteks”. Yang dimaksud dengan perilaku masyarakat sebagai konteks adalah pendekatan konsep perancangan bangunan dengan menggunakan perilaku masyarakat sebagai tolak ukurnya. Sehingga nantinya unsur-unsur konsep perancangan yang dihasilkan adalah berhubungan dengan perilaku masyarakat sekitar.

Untuk lebih jelasnya akan dibahas masing-masing dari kata pembentuk tema tersebut, antara lain :

1. Perilaku

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadarminta, maka yang dimaksud dengan perilaku adalah :

- Tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan tubuh tidak saja badan atau ucapan

2. Masyarakat

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadarminta, maka yang dimaksud dengan masyarakat adalah :

- Pergaulan hidup manusia (sehimpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu)

3. Kontekstual

Seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang sebelumnya, kata kontekstual itu sendiri memiliki makna yang bermacam-macam, antara lain :

Menurut W.J.S Poerwadarminta dalam ”Kamus Bahasa Indonesia”

- Apa yang ada di depan atau di belakang (kata, kalimat, ucapan) yang membantu menentukan makna (kata, kalimat, ucapan, dsb)

- Bertautan dengan sesuatu.

Menurut Dr. Ir Mas Santoso

- Kontekstual dalam arsitektur berarti kita membahas arsitektur tersebut dari berbagai macam konteks berdasarkan geografinya. Atau dapat juga membahasnya bukan dari konteks obyek tetapi dengan konteks sebagai bangunan secara umum yang berarti juga konteks teknologi, kultur, geografis atau ketiganya secara bersama dalam sebuah obyek.


(55)

Menurut Ir Josef Prijotomo

- Arsitektur kontekstual adalah cara pandang atau kesadaran baru dalam memahami dan menangani arsitektur dan bukan sebuah teknik

- Arsitektur kontekstual merupakan sebuah ciri zaman, bukan merupakan ciri arsitektur.

- Setiap aristektur pasti kontekstual, sebab arsitektur terikat dengan faktor eksternal dan internal.

Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tema ”Perilaku Masyarakat sebagai Konteks” adalah :

Arsitektur yang menggunakan pendekatan melalui reaksi sekumpulan orang yang bertempat tinggal di suatu tempat dengan ikatan terentu terhadap suatu bentuk, site, yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal lainnya.

III.2 Arsitektur Kontekstual

Kontekstualisme dalam arsitektur merupakan salah satu reaksi yang melawan prinsip-prinsip modernisme. Kontekstualisme sering disalah-artikan hanya sebagai suatu pola pemikiran yang mempertimbangkan konteks sebagai unsur pendekatan disain baru. Sebenarnya kontekstualisme mempunyai arti lebih spesifik dari itu sehingga bisa dikatakan bangunan kontekstual tidak berdiri sendiri yang bisa berteriak "Lihatlah aku!" (Bob Cowherd, 1993).

Kontekstual adalah situasi yang tidak memungkinkan sebuah obyek ada di suatu tempat tanpa mengindahkan obyek-obyek yang sudah ada di tempat itu terlebih dahulu. Perancangan kontekstual dengan demikian memusatkan perhatian terutama pada karakteristik obyek-obyek yang sudah ada itu ketimbang pada obyek yang akan dibuat. Hal itu sejalan dengan asal katanya, yaitu "konteks" yang berarti "semua yang mendahului hadirnya sesuatu". (Budi Sukada, 1993)

Kontekstual dalam arsitektur dan kota pertama kali dilontarkan oleh kelompok arsitek perancang kota di Universitas Cornell tahun 1970-an (Sumber lain menuliskan Stuart Cohan dan Steven Hurtt-lah yang mengaku memperkenalkannya untuk pertama kalinya di Cornell pertengahan tahun 1960-an) dimuat dalam buku Collage City yang ditulis Colin Rowe dan Fred Koetter di mana dicanangkan suatu teori baru perancangan kota. Kata "kontekstual" di dalam perancangan arsitektur dan kota telah banyak disalah-artikan dalam pengertian "regionalisme", "jati diri", "kepribadian", bahkan menjadi pandangan kedaerahan yang sempit.


(56)

Kontekstualisme di Amerika maupun rasionalisme baru di Eropa timbul dari reaksi terhadap penghancuran kota-kota dengan gagasan modern perancangan yang menolak sejarah. Keduanya tujuannya sama yakni menghidupkan kembali kota tetapi keduanya mempunyai konsep berbeda.

III.2.1 Jenis Perkembangan Arsitektur Kontekstual

- Kontekstualisme muncul dan diperkenalkan sebagai metode (catatan: dalam dunia arsitektur, perkembangan peradaban manusia menimbulkan banyak variabel nilai dan ketidak pastian, sehingga teori arsitektur banyak dicemooh, maka arsitektur kemudian diposisikan pada metode. Metode dianggap dapat lebih cepat dan tepat mengadakan penyesuaian terhadap perkembangan dalam bentuk antisipasi, partisipasi, prevensi dan kurasi) untuk pengobatan lingkungan yang semakin senjang bagi masyarakatnya. Lingkungan semakin terputus dari sejarah ataupun akar budayanya. Untuk memberi bingkai baru dan mampu menimang (mengakomodasikan) isinya, kontekstualisme diharapkan dapat menarik picu pembuka wawasan yang luas dan kepekaan yang tajam. Ini juga mengingat perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat sehingga sampai kurang yakin di mana keberadaan kita sebenarnya.

- Kontekstualisme oleh Wojciech Lesnikowski lebih disimpulkan sebagai minat dan tanggapan individu ketimbang aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang bersifat universal. Ini berbeda dengan gerakan modern yang mewakili seperangkat dogma, didaktik dan aturan-aturan yang universal dan jadilah hukum untuk standard praktek disain kalangan arsitek penganutnya.

- Kalau di atas kontekstualisme dibaca sebagai metode, kontekstualisme dapat pula dianggap sebagai teknik disain untuk memberi jawaban atas kondisi-kondisi yang bersifat morfologis, tipologis, pragmatis menjadi bersifat plural dan fleksibel, serta bukan merupakan dogma rasional atau melulu berorientasi pada kaidah yang terlalu universal. Meskipun demikian harus diakui pada saat ini cukup banyak disain dengan dasar pemikiran kontekstual yang berakhir dengan kiat-kiat formal yang gersang karena dengan begitu saja mengangkat pengaruh bangunan bersejarah; bukan merupakan adaptasi sejarah yang dipikirkan masak-masak.

- Pendekatan desain arsitektur yang kontekstual dapat dilakukan dengan berbagai aspek. Pendekatan kontekstualisme melalui komposisi. Usaha teoritis kontekstual secara non-eklektis barangkali sudah dimulai dari tulisan Durand, abad 19, bahwa tujuan arsitektur bukan imitasi alam atau kepuasan artistik tetapi kenyamanan fungsional dan ekonomi (simetri, keteraturan,


(57)

kesederhanaan). Dengan demikian komposisi atau disposisi menawarkan grid kontinyu yang tidak terdeferensiasi yang di-superimposed dengan sumbu untuk menyatukan elemen-elemen yang bertentangan.

- Pendekatan kontekstualisme melalui kelanggengan. Penggunaan unsur kelanggengan (the permanences) adalah upaya konservatif sekaligus sophisticated. Tipe dipandang sebagai obyek tunggal yang unik, sebuah metafora yang berhubungan dengan masa lampau saat manusia dikonfrontasikan dengan masalah arsitektur. Dengan demikian tipe memiliki penalaran dan diidentifikasikan dengan logika bentuk yang berhubungan dengan nalar dan penggunaan (program). Sehingga tipe bersifat alamiah dan mengekspresikan the permanence seperti rumah dan monumen; sesuatu yang konstan sepanjang sejarah.

- Pendekatan kontekstualisme melalui struktur formal internal. Tipe bisa muncul sebagai akibat dari perbandingan dan overlapping dari ketentuan formal tertentu. Melalui bentuk dasar tersebut bangunan-bangunan akan berhubungan satu sama lain secara selaras (kontekstual). Tipe dalam pengertian ini didefinisikan sebagai "struktur formal internal" bangunan atau deretan bangunan yang berperan sebagai generator kota dan akan menemukan elemen kota dalam berbagai skala. Struktur formal ini bisa berarti karakter bentuk dalam geometri yang paling dalam seperti sentralitas, linieritas, klaster dan grid. Pendekatan ini pada masa gerakan neo-rationalism dengan Aldo Rossi sebagai hulubalangnya dapat secara gencar menyerang arsitektur modern. Di sini ditemukan relasi ilmiah antara morfologi urban dan tipologi bangunan. Kemudian lebih berkembang setelah dikombinasikan dengan analisa Wittkower tentang villa Palladian, Maurice Kulot, dan terutama Krier bersaudara yang mengembangkan berbagai riset tipologi-morfologi grafis arsitektural.

- Pendekatan kontekstualisme melalui penjajaran reason dan memory. Kota adalah produk (hasil kerja) kolektif dan dirancang untuk (digunakan secara) kolektif. Aldo Rossi menyebut kota sebagai amalgam dari artefak formal produk dari berbagai individu; arsitek berlaku sebagai subyek kolektif. Logika bentuk arsitekturnya terletak pada definisi tipe berdasarkan juxtaposition of reason and memory. Kota adalah locus (komponen dari artefak individual, yang ditentukan oleh ruang, topografi, bentuk yang lama dan baru) dari memory kolektif. Dalam pengertian ini arsitektur menjadi locus solus (tempat dengan karakter unik). Sehingga arsitek agar mendapat proses disain yang analogis, melalui memori, mengimajinasikan dan merekonstruksi fantasi


(58)

masa depan, digerakkan melalui potensi inventif dari perangkat tipe. Memori yang lebur dengan sejarah yang memberikan peluang bentuk tipe menjadi signifikan dalam disain proses yang baru.

- Pendekatan kontekstualisme melalui type-image. Venturi mengajukan pemikiran bahwa tipe harus direduksi menjadi imajinasi - atau imajinasi adalah tipe - dengan dasar pemikiran bahwa melalui kesamaan imajinasi komunikasi dapat berlangsung. Dengan demikian type-image lebih menekankan kognisi daripada struktur formal. Hasilnya adalah penggunaan elemen milik arsitektur masa lampau, sedangkan interdependensinya dari elemen bisa terabaikan samasekali. Tipe sebagai struktur formal internal yang merupakan sebuah kesatuan telah hilang, setiap elemen dimanfaatkan dalam ketunggalannya sebagai fragmen bebas untuk menunjang type-image.

- Pendekatan kontekstualisme melalui style. Persoalan kontekstualisme buat Brent C. Brolin adalah bagaimana menyelaraskan formalisme bangunan baru (melalui eksplorasi kesamaan gaya dan teknologi) yang bersebelahan dengan bangunan lama atau lingkungan lama yang memiliki style arsitektur tertentu sehingga kontinyuitas visual terjaga (fitting new buildings with the old). Brolin mengakui bahwa kontras bangunan modern dan kuno bisa merupakan sebuah harmoni, namun diingatkan bahwa bila terlalu banyak "shock effects" yang timbul sebagai akibat kontras maka efektivitas yang dikehendaki akan menurun sehingga yang muncul adalah chaos. Style sangat penting dalam kontekstualisme.

- Pendekatan kontekstualisme melalui regionalism. Gerakan regionalism muncul di dunia ketiga untuk mengembalikan kontinyuitas kekhasan arsitektur yang ada pada suatu wilayah budaya tertentu yang dominan. Arsitektur modern, yang abstrak dan berasal dari barat, sering dituduh sebagai penyebab pudarnya identitas arsitektur setempat.

III.3 Analisis Pemilihan Tema

Pada bagian latar belakang, sebenarnya sudah dijelaskan perkembangan dari tema kontekstual dan jenis-jenis perkembangannya. Tetapi penjelasan di atas, masih mencakup perubahan dan jenis arsitektur kontekstual yang berada di luar negara Indonesia (kebanyakan membahas perkembangan kontekstual di Amerika dan Eropa) Sehingga sehubungan dengan konteks desain yang ada di Indonesia, maka akan dirasakan lebih tepat, jika membahas tema arsitektur kontekstual yang ada dan berkembang di Indonesia, antara lain :


(59)

1. Kontekstual menurut Dr. Ir. Mas Santoso

Membahas arsitektur dari berbagai macam konteks, terutama dari 3 aspek utama : a. Teknologi

b. Kultur c. Geografi

Menurut beliau, dari ketiga aspek tersebut, maka dapat diambil satu aspek yang paling menonjol, salah satunya, ataupun tidak satupun diantara ketiganya (bila tidak ada aspek yang menonjol.)

Untuk itu kita harus melihat jenis bangunannya, misalnya bila yang didirikan adalah museum teknologi, maka aspek yang ditonjolkan adalah aspek teknologi. 2. Kontekstual menurut Ir. Budi Sukada, Dipl A.A (Grad Hon)

Arsitektur kontekstual tersebut hanya berkaitan dengan pengajaran teknik yang memakai situasi lingkungan sekitarnya sebagai titik tolak.

Beliau juga menambahkan bahwa semua karya arsitektur dapat dikatakan sebagai arsitektur kontekstual.

3. Kontekstual sebagai cara berpikir menurut Dr. Ir Ika Putra

Kontekstual itu tidak dapat dainggap sebagai suatu style, karena apabila diartikan sebagai style, maka akan dianggap sebagai suatu hal yang buruk. Sehingga kontekstual itu harus diperhatikan dari cara berpikirnya.

Kontekstual itu akan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan kontekstual itu tidak selalu harus berarti sinkron dengan bangunan yang ada di sekitarnya.

4. Arsitektur kontekstual terikat faktor internal dan eksternal menurut Ir. Josef Prijotomo, M.Arch

Arsitektur kontekstual adalah cara pandang atau kesadaran baru dalam memahami dan menangani arsitektur dan bukan sebuah teknik

Arsitektur kontekstual merupakan sebuah ciri zaman, bukan merupakan ciri arsitektur.

Setiap aristektur pasti kontekstual, sebab arsitektur terikat dengan faktor eksternal dan internal.

5. Arsitektur kontekstual sebuah vision site menurut Dr. Ir Ardi Pardiman Parimin Arsitektur sebagai vision site maksudnya bahwa arsitektur itu harus benar-benar memperhatikan site, diamana bangunan tersebut akan dirancang. Jadi kontekstual lebih mementingkan keharmonisan dengan lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan bangunan itu sendiri. Bangunan itu adalah cerminan site.


(60)

Setelah dilihat kelima pendapat para ahli yang berbicara mengenai arsitektur kontekstual di atas, maka akan disesuaikan dengan keinginan perancang dan kondisi site itu sendiri, antara lain :

1. Penulis ingin memunculkan pendekatan perilaku masyarakat dalam rancangannya. Hal itu dikarenakan perilaku masyarakat sangat dominan dalam menentukan kegiatan yang terjadi di bangunan. Sang arsitek bisa mendesain bangunan berdasarkan persepsinya, tetapi perilku masyarakat lah yang pada akhirnya menentukan apakah desain itu berjalan dengan baik atau tidak.

2. Kondisi sekitar site, ataupun bangunan sekitar tidak ada yang menonjolkan salah satu aspek tertentu, yang berarti sangat memungkinkan bagi penulis untuk memunculkan isu berupa pendekatan perilaku masyarakat untuk bangunan yang akan dirancang.

3. Kawasan sekitar bukan merupakan kawasan preservasi ataupun kawasan yang dilindungi permerintah sehingga tidak terdapat pengaturan yang terikat mengenai arah bentuk pengembangan design bangunan.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa arsitektur kontekstual yang paling mendekati dengan keinginan penulis dan kondisi site sekitar adalah adalah arsitektur kontekstual terikat faktor internal dan eksternal menurut Ir. Josef Prijotomo, M.Arch. . Karena menurut beliau kontekstual itu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal bangunan itu sendiri dan penulis lebih menitikberatkannya kepada faktor eksternal bangunan yaitu berupa perilaku masyarakat sekitar, namun dengan tidak mengurangi kepedulian terhadap faktor internal dan eksternal lainnya.

III.4 Perilaku Dalam Arsitektur

a. Perilaku sebagai suatu pendekatan

Pendekatan perilaku menekankan keterkaitan yang dialektik antara ruang dengan manusia yang memanfaatkan atau menghuni ruang tersebut. Pendekatan ini menekankan perlunya memahami perilaku manusia atau masyarakat yang berbeda dari setiap daerah dari aspek norma, kultur, dan psikologis.masyarakat

b. Psikologis sosial manusia

Merupakan suatu bidang ilmu kejiwaan yang membahas tentang tingkah laku manusia sebagai individu pada lingkungan sosialnya. Yang dimaksud dengan psikologi manusia adalah ilmu yang mempermasalahkan mengenai tingkah laku


(61)

dan proses yang terjadi tentang tingkah laku tersebut. Maka psikologi selalu berbicara tentang kepribadian manusia.

c. Konsep dalam kajian arsitektur lingkungan dan perilaku 1. Behaviour setting

Mengandung unsur-unsur sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan, aktivitas atau perilaku dari sekelompok orang tersebut, secara konstan atau berkala, dan pada suatu tempat atau setting tertentu

2. Environmental perception

Interpretasi tentang suatu seting oleh individu, didasarkan latar belakang budaya, nalar dan pengalaman individu tersebut

3. Perceived environment

Merupakan produk atau bentuk dari persepsi lingkungan seseorang atau sekelompok orang

4. Environment cognition, image, and schemata

Merupakan suatu proses memahami dan memberi arti terhadap lingkungan 5. Environmental learning

Meliputi proses pemahaman yang menyeluruh tentang suatu lingkungan seseorang

6. Environmental quality

Merupakan kualitas lingkungan yang memenuhi preferensi imajinasi ideal seseorang atau sekelompok orang

7. Territory

Merupakan batas dimana organisme hidup menentukan tuntutannya, menandai serta mempertahankannya

8. Personal space and crowding

Merupakan suatu batas yang tidak tampak di sekitar seseorang, dimana orang lain tidak boleh atau merasa enggan untuk memasukinya. Apabila personal space tidak dapat dipertahankan maka akan timbul crowding 9. Environmental pressure and stress

Merupakan faktor fisik yang menimbulkan rasa tidak enak, kehilangan orientasi, tidak nyaman yang dapat menyebabkan stress

d. Psikologis Lingkungan

Menurut Holahan, psikologi lingkungan adalah bidang psikologi yang meneliti khusus hubungan antara lingkungan fisik dan tingkah laku dan pengalaman


(62)

manusia. Menurut UU no 4/1982, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

e. Psikologi Manusia

Proses psikologi dalam interaksi antar manusia dengan lingkungan dapat selalu berhubungan seperti pada pembahasan berikut :

1. Persepsi

2. Kognisi / pengenalan, yang terdiri dari : a. Persepsi

b. Imajinasi c. Berfikir d. Nalar

e. Pengambilan keputusan

3. Motivasi / alasan, yaitu kompleksitas proses fisik psikologi yang bersifat : a. Keterarahan

b. Keterangsangan c. Energik

f. Arsitektur Untuk Mansusia

Membahas bangunan yang berguna untuk manusia dan dirancang untuk manusia individual. Untuk mewujudkannya kita harus menghargai arsitektur sebagai seni yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

Amos Rapoport mengatakan bahwa perancangan arsitektur pada dasarnya menyangkut pengorganisasian dari beberapa hal, yaitu :

1. ruang 2. waktu 3. arti

4. komunikasi

III.5 Perilaku Masyarakat Sekitar

Untuk dapat menghasilkan suatu perancangan dengan ”pendekatan perilaku masyarakat sebagai konteks” yang lebih baik, maka sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu apa saja yang menjadi kebiasaan maupun perilaku masyarakat di sekitar site. Adapun hal ini dapat diperoleh melalui hasil survey lapangan, antara lain :


(1)

(2)

156 Universitas Sumatera Utara


(3)

(4)

158 Universitas Sumatera Utara


(5)

(6)

160

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistiik Medan. 2009. ”Medan Dalam Angka” . Medan : Badan Pusat Statistik

Ernst Neufert. 2002 . ”Data Arsitek Jilid II”. Jakarta : Erlangga.

Jimmy S. Juwana. 2004. ”Panduan Sistem Bangunan Tinggi untuk Arsitek dan Praktisi Bangunan” . Jakarta : Gelora Aksara Pratama

Kusdarjito,Cungki ”Menyoal Pasar Tradisional di Perkotaan”. Tersedia di http://www.bapeda.pemdadiy.go.id/detail.php?jenis=29&id=2389&PHPSESSID=7f6d4 49f9bb3393d9395f9a70f

af47e4

Mudrajad Kuncoro. 2008. ”Strategi Pengembangan Pasar Modern dan Tradisional”. Kadin Indonesia.

Putri Yohanna P.S. 2002. ”Penataan Bangunan Pasar Tradisional Balige”. Medan : Perpustakaan Departemen Arsitektur USU.

Sinaga, Pariaman. 2004. ”Makalah Pasar Modern VS Pasar Tradisional”.

Kementerian Koperasi dan UKM. Jakarta.

_____________.2004. ”Revitalisasi Pasar Pabean Surabaya”. Surabaya : Universitas Petra