Elderly House Arsitektur Perilaku

(1)

ELDERLY HOUSE

ARSITEKTUR PERILAKU

LAPORAN PERANCANGAN

TKA - 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER A TAHUN AJARAN 2009/2010

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

RIMA REALITA

060406038

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(2)

ELDERLY HOUSE

(ARSITEKTUR PERILAKU)

O l e h

RIMA REALITA 06 0406 038

Medan, 18 Juni 2010 Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Nurlisa Ginting. MSc Ir. N. Vinky Rahman, MT. (NIP : 19620109 198701 1 005) (NIP: 19660622 199702 1 001)

(Ketua Departemen Arsitektur FT- USU)

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho,MT. (NIP: 19630716 199802 1 001)


(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR ( SHP2A )

Nama : Rima Realita

NIM : 060406038

Judul Proyek Akhir : Elderly House Tema Proyek Akhir : Arsitektur Perilaku

Rekapitulasi Nilai :

Nilai akhir A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :

No Status Waktu

Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbing I Paraf Pembimbing II Koordinator TKA-490

1 LULUS LANGSUNG 2 LULUS

MELENGKAPI 3 PERBAIKAN

TANPA SIDANG 4 PERBAIKAN

DENGAN SIDANG 5 TIDAK LULUS

Medan, Juni 2010

Ketua Departemen Arsitektur FT – USU Koordinator TKA-490 Studio Tugas Akhir

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT. Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT. (NIP: 19630716 199802 1 001) (NIP: 19630716 199802 1 001)


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Proses panjang dan penuh suka duka ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan, doa, semangat, dan perhatian tiada henti dari Bapak dan Ibu tercinta, adik, serta keluarga besar saya.

Terimakasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada :

 Ibu Ir. Nurlisa Ginting, Msc sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingannya yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.

 Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna.

 Ibu Wahyuni Zahrah ST, Msi selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.

 Ibu Ir. Dwira N. Aulia, Msc, Phd selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.

 Bapak Ir. Novrial M. Eng selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.

 Bapak Ir. Dwi Lindarto H. MT Sebagai Ketua Jurusan dan Koodinator Studio Tugas Akhir Semester A TA. 2009/2010.

 Para staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas Teknik Departemen Arsitektur USU.

 Rekan-rekan TA Angkatan XXVIII, terutama rekan-rekan sidang.

 Teman–teman angkatan 2006, Dini,Meli,Tasya,Zilly,Diana,Elsha.

Akhir kata, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, Juni 2010


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Elderly House ... 2

1.3. Masalah Perancangan ... 3

1.4. Metoda Pendekatan ... 3

1.5. Lingkup dan Batasan Proyek ... 3

1.6. Kerangka Berfikir ... 5

1.7. Sistematika Laporan ... 6

BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1. Terminologi Judu l ... 7

2.2. Pemilihan Lokasi ... 7

2.2.1. Kriteria Pemilihan Lokasi ... 8

2.2.1.1. Tinjauan Terhadap Struktur Kota . ... 8

2.2.1.2. Persyaratan Umum . ... 8

2.2.2. Analisa Pemilihan Lokasi ... 8


(6)

2.2.2.2. Penilaian Alternatif Lokasi ... 10

2.2.3. Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan ... 11

2.3. Tinjauan Fungsi ... 12

2.3.1. Deskripsi Perilaku ... 12

2.3.1.1. Perilaku Umum Pada Elderly ... 12

2.3.1.2. Keluhan Umum Pada Masa Elderly . ... 12

2.3.1.3. Hobby Umum Pada Masa Elderly . ... 13

2.3.2. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 14

2.3.2.1. Deskripsi Pengguna Berdasarkan Subjek ... 14

2.3.2.2. Deskripsi Pengguna Berdasarkan Waktu ... 14

2.3.2.3. Deskripsi Kegiatan Penghuni ... 15

2.3.2.4. Deskripsi Kegiatan Pelayan Kesehatan ... 17

2.3.2.5. Deskripsi Kegiatan Pengunjung ... 17

2.3.3. Studi Banding Fungsi Sejenis ... 18

2.3.3.1. Glenaire Retirement Community ... 18

2.3.3.2. Teresian Elderly House ... 18

2.3.3.3. Panti dan Klub Manula di Malang ... 19

2.3.3.4. Graha Werda AUSSI Kusuma Lestari ... 20

2.3.3.5. Ashwood Park ... 22

2.3.3.6. Elderly Sun Flower Garden ... 24

2.3.4. Deskripsi Kebutuhan Ruang ... 27

2.3.5. Deskripsi Pembagian Elderly dan Kriteria Ruang 28

2.3.5.1. Kriteria Ruang Pada Pembagian Elderly ... 28

2.3.6. Program Ruang ... 31


(7)

3.1. Pengertian Arsitektur Prilaku ... 36

3.1.1. Arsitektur ... 36

3.1.2. Prilaku ... 36

3.1.3. Arsitektur Prilaku ... 36

3.2. Kajian Arsitektur Prilaku ... 37

3.3. Interpretasi Tema ... 42

3.4. Studi Banding Tema Sejenis ... 44

3.4.1. Els Colors Kindergarten ... 44

3.4.2. Toyama Children Center ... 46

3.4.3. Nursing Home, Surabaya ... 47

BAB IV ANALISA 4.1. Analisa Eksisting ... 48

4.1.1. Analisa Lokasi ……… ... 48

4.1.2. Kondisi Eksisting Lahan ... 49

4.1.3. Tata Guna Lahan ... 50

4.1.3.1. Peruntukan Lahan ... 50

4.1.4. Batas Site... 51

4.1.5. Eksisting Bangunan Sekitar Site ... 52

4.2. Analisa Potensi dan Kondisi Site ... 53

4.2.1. Analisa Sirkulasi ... 53

4.2.2. Analisa Pencapaian ... 54

4.2.3. Analisa View ... 55

4.2.3.1. View Ke Luar ... 55

4.2.3.2. View Ke Dalam ... 56


(8)

4.2.5. Analisa Kebisingan ... 57

4.2.6. Analisa Matahari ... 58

4.3. Analisa Bangunan ... 59

4.3.1. Bentuk ... 59

4.4. Analisa Non Fisik ... 60

4.4.1. Analisa Pemakai ... 60

4.4.1. Analisa Jumlah Penghuni ... 64

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Bangunan ... 67

5.2. Diagram Konsep ... 68

5.2.1. Konsep Bentukan Massa ... 69

5.2.2. Bentukan Massa ... 71

5.3. Konsep Struktur... 72

5.4. Konsep Utilitas Bangunan ... 72

5.4.1. Konsep Kebakaran ... 72

5.4.2. Konsep Sistem Pembuangan ... 74

5.4.3. Konsep Sistem Air Bersih ... 74

5.4.4. Konsep Pencahayaan ... 74

5.5. Konsep Interior Elderly ... 75

BAB VI LAMPIRAN 6.1. Gambar Perancangan ... 75

6.1.1. Site Plan ... 75

6.1.2. Ground Plan ... 76


(9)

6.1.4. Potongan Site ... 78

6.1.5. Denah Lantai Dasar ... 79

6.1.6. Denah Tipikal ... 80

6.1.7. Rencana Elektrikal ... 81

6.1.8. Rencana Plumbing ... 82

6.1.9. Rencana Kebakaran ... 83

6.1.10. Rencana Pondasi... 84

6.1. Maket ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... xiv


(10)

D A F T A R T A B E L

Halaman

Tabel 2.1. Potensi Pengembangan Wilayah Kota Medan ... 9

Tabel 2.2. Penilaian Lokasi Site ... 11

Tabel 2.3. Analisa Penggunaan Berdasarkan Subject ... 14

Tabel 2.4. Analisa Penggunaan Berdasarkan Waktu ... 15

Tabel 2.5. Kegiatan Penghuni... 17

Tabel 2.6. Kegiatan Pelayanan Kesehatan ... 17

Tabel 2.7. Kegiatan Pengunjung ... 17

Tabel 2.8. Kebutuhan Ruang ... 28

Tabel 2.9. Pembagian Ruang Elderly... 31

Tabel 2.10. Program Ruang ... 34

Tabel 4.1. Kriteria Kota Medan ... 48


(11)

D A F T A R G A M B A R

Halaman

Gambar 2.1. Glenaire Retirement Community ... 18

Gambar 2.2. Teresian Elderly House ... 19

Gambar 2.3. Tampak Depan ... 20

Gambar 2.4. Layout Plan... 20

Gambar 2.5. Interior Werda Aussi ... 21

Gambar 2.6. Ashwood Park ... 22

Gambar 2.7. Interaksi Sosial ... 22

Gambar 2.8. Birchwood Court ... 23

Gambar 2.9. Lansia Menikmati Suasana Sore... 23

Gambar 2.10. Elderly Sun Flower Garden ... 24

Gambar 2.11. Denah Sun Flower Garden ... 25

Gambar 2.12. Suasana Teras Sun Flower Garden ... 25

Gambar 2.13. Suasana Interior Ruang Bersama dan Kamar Tidur ... 26

Gambar 2.14. Lounge ... 26

Gambar 2.15. Ruang Makan... 26

Gambar 3.1. Bangunan Els Color Kindergarten ... 45

Gambar 3.2. Gang Kecil Sebagai Sirkulasi Horizontal ... 45

Gambar 3.3. Peta Lokasi Toyama Children Center .. ... 46

Gambar 3.4. Kondisi Pedesterian di Lokasi Toyama Children Center.. .... 46

Gambar 4.1. Kondisi Eksisting Lahan.. ... 49

Gambar 4.2. Peta Tata Guna Lahan.. ... 50

Gambar 4.3. Batas Site.. ... 51


(12)

Gambar 4.5. Analisa Sirkulasi Kendaraan.. ... 53

Gambar 4.6. Analisa Pencapaian.. ... 54

Gambar 4.7. Analisa View Ke Luar.. ... 55

Gambar 4.8. Analisa View Ke Dalam.. ... 56

Gambar 4.9. Analisa Vegetasi.. ... 57

Gambar 4.10. Analisa Kebisingan.. ... 57

Gambar 4.11. Analisa Matahari.. ... 58

Gambar 5.1. Diagram Konsep.. ... 68

Gambar 5.2. Detail Diagram Konsep.. ... 69

Gambar 5.3. Konsep Bentukan Massa. ... 69


(13)

D A F T A R D I A G R A M

Halaman


(14)

BAB I


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Di jaman seperti sekarang ini, dimana aktivitas manusia sangat padat dan persaingan hidup sangat berat, manusia cendrung menyukai hal-hal yang praktis. Dengan kesibukan yang sangat banyak, manusia cendrung menginginkan sesuatu yang serba instan dan tidak mau repot. Sikap tidak mau repot ini juga mulai merambat ke hubungan kekeluargaan, khususnya hubungan dengan orang tua.

Banyak keluarga sekarang yang karena kesibukannya yang luar biasa terkesan melalaikan orang tua. Dan karena tidak mau repot mengurus orang tuanya, mereka memasukkan orang tuanya ke panti jompo. Kesan yang tertangkap di sini adalah keluarga sudah tidak sayang lagi kepada orang tuanya. Kesan ini diperoleh karena kondisi nyata mengenai keadaan panti jompo di Indonesia, khususnya di Medan yang tidak memadai. Panti Jompo seakan menjadi tempat pembuangan orang-orang tua. Panti Jompo yang kita lihat selama ini di Indonesia memang merupakan tempat yang tidak nyaman, dengan fasilitas yang sangat minim, dan bangunan yang mungkin sudah tidak layak pakai. Karena itu, terkesan dalam pikiran masyarakat panti jompo merupakan tempat pembuangan orang tua yang sudah tidak disayangi lagi oleh keluarganya.

Di luar negeri, pemikiran ini terbalik. Keluarga memasukkan orang tua ke panti jompo bukan karena mereka tidak sayang lagi kepada orang tuanya. Justru karena mereka sayang, mereka memasukkan orang tuanya ke panti jompo agar orang tua tidak kesepian di rumah. Di sana orang tua akan mendapat perawatan serta perhatian dari mereka yang berpengalaman. Bahkan ada orang tua yang sejak mudanya menabung dengan sengaja untuk mendapat tempat dipanti jompo tersebut untuk tinggal mereka ketika mereka tua nantinya. Jadi bukan anggota keluarga yang memasukkan orang tuanya, tetapi si orang tua sendiri yang dengan senang hati mendaftar dan masuk untuk menjadi penghuninya.

Panti jompo di luar negeri dikenal dengan istilah Elderly House. Dan Elderly House yang ada di luar negeri, memang sangat berbeda dengan panti jompo di Indonesia. Fasilitas yang disediakan sangat lengkap. Bahkan tidak hanya lengkap, tetapi juga bagus. Bangunanya setara dengan hotel atau rumah sakit internasional. Tinggal di Elderly House merupakan suatu kesenangan bagi orang-orang tua di sana.

Hal-hal tersebut di atas melatarbelakangi keinginan untuk merencanakan pembangunan Elderly House di Indonesia. Dan kota Medan merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk proyek ini. Selain masyarakatnya memang memiliki aktivitas yang padat,


(16)

pola pikirnya juga sudah modern. Dengan demikian diharapkan pola pikir masyarakat di luar negeri tadi dapat diterapkan pada masyarakat Medan. Dan untuk lokasi yang tepat di kota Medan adalah daerah pinggiran, tetapi masih dekat dengan pusat kota. Hal ini bertujuan memudahkan kelurga jika ingin menjenguk orang tuanya. Jika terlalu jauh seperti di Brastagi, keluarga akan malas untuk menjenguk, ditambah lagi keterbatasan waktu keluarga untuk menjenguk yang disebabkan kesibukannya yang luar biasa.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi poin-poin penting dari uraian latar belakang di atas adalah :

Semakin tingginya tuntutan jaman menyebabkan makin tingginya tingkat kesibukan manusia, sehingga manusia tidak lagi punya waktu untuk mengurus orang tuanya.

Fasilitas yang telah ada dirasa belum maksimal baik secara kualitas maupun kuantitas jika dibandingkan dengan di luar negeri. Maka perlu diadakan sebuah wadah yang lebih baik dan intensif.

Masyarakat kota Medan tingkat menengah ke atas dengan kesibukan yang sangat tinggi memerlukan sarana untuk tetap menjaga orang tuanya dengan penuh tanggung jawab, meskipun tidak tinggal dengan mereka.

I.2. Tujuan Elderly House

Tujuan perencanaan bangunan Elderly House ini adalah :

Menyediakan wadah bagi para orang tua lanjut usia di kota Medan yang ingin menikmati masa tuanya dengan nyaman dan menyenangkan bersama sesama lansia.

Memberikan solusi bagi keluarga-keluarga di kota Medan (dengan kesibukan bertumpuk) dalam merawat orang tua. Di Elderly House mereka mendapat jaminan bahwa orang tuanya akan dirawat dengan sangat baik. Berbeda dengan jika mereka meninggalkan orang tuanya di rumah untuk dirawat oleh pembantu.

Pemilihan lokasi yang tidak terlalu jauh bertujuan untuk menjaga keakraban hubungan antara keluarga dengan orang tua. Anggota keluarga dapat sewaktu-waktu datang untuk menjenguk orang tuanya.


(17)

I.3. Masalah Perancangan

Adapun permasalahan yang dihadapi dalam perencanaan hunian lansia ini adalah : Bagaimana menciptakan kawasan untuk lanjut usia dengan segala aktivitas yang ada .

Bagaimana menciptakan kawasan bagi lanjut usia dengan memperhatikan segi perilaku bagi lanjut usia .

Bagaimana menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi lansia dan membuat fasilitas-fasilitas hunian bagi lansia.

Bagaimana membuat sebuah bangunan yang mengubah persepsi orang tentang sebuah panti jompo .

I.4. Metoda Pendekatan

Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses perencanaan dan perancangan Elderly House dilakukan berbagai pendekatan desain:

Studi Pustaka yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang digunakan untuk memperoleh informasi dan bahan literature yang sesuai dengan materi laporan yang berguna untuk memperkuat fakta secara ilmiah.

Studi Literature terhadap kasus dan tema sejenis yang mendukung proses perencanaan dan perancangan.Sumber dapat berasal dari buku, majalah, internet, dan sebagainya.

Studi Lapangan mengenai kondisi sekitar lokasi studi dan lingkungan fisik yang berhubungan dengan kasus.

I.5. Lingkup dan Batasan Proyek

Lingkup kajian dalam studi kasus adalah perencanaan kompleks hunian lansia beserta fasilitas kesehatan khusus untuk lansia yang diperuntukkan untuk kawasan Sumatera Utara khususnya Medan dengan tidak menutup kemungkinan yang berasal dari luar Sumatera Utara . Dalam perancangan ini dilakukan batasan :

Perancangan hunian bagi para lansia

Tapak yang digunakan dianggap milik pemilik proyek dan telah siap untuk dibangun, proses pemilikan, pengosongan tanah, dan sebagainya tidak dibahas. Luas bangunan kurang lebih 10.000 M2 tidak termasuk lahan parkir (bila terdapat parkir dalam gedung).


(18)

Fasilitas dan kebutuhan ditentukan berdasarkan studi banding dari beberapa proyek sejenis serta berdasarkan data yang didapat dari studi literatur maupun survey. Data-data yang diperoleh dianggap benar dan relevan, sedangkan data yang kurang lengkap diambil asumsi dengan perbandingan proyek sejenis.


(19)

I.6. Kerangka Berfikir

I.7. Sistematika Laporan

Tujuan dan Manfaat:

1. Mendesain suatu lingkungan binaan khusus lansia yang layak dan nyaman dan merubah persepsi masyarakat tentang panti wreda . 2. Mendesain hunian dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung

khusus lansia.

3. Mensejahterakan kehidupan para lansia.

Latar Belakang:

Masih sangat minimnya lingkungan binaan yang standart perancangannya mengacu pada lansia sebagai “user”.

Judul:

Elderly House Tema : Arsitektur Perilaku

Masalah Perancangan:

Bagaimana menciptakan kawasan untuk lanjut usia dengan segala aktivitas yang ada .

Bagaimana menciptakan kawasan bagi lanjut usia dengan memperhatikan segi perilaku bagi lanjut usia .

Bagaimana menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi lansia dan membuat fasilitas-fasilitas hunian bagi lansia.

Data Perencanaan

− Data Tapak − Studi Literatur − Studi Banding − Survei Lapangan

Analisa Tapak (Analisa Fisik)

View, sirkulasi, orientasi, dll.

Analisa Fungsional (Analisa Nonfisik)

Pengguna, alur kegiatan, dll

Programming

Program ruang dalam dan ruang luar

Hubungan Antarruang

Konsep Perancangan

Konsep ruang luar, ruang dalam, massa, tema,

struktur, dan utilitas. Desain Perancangan


(20)

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan,

berisi kajian tentang latar belakang elderly house, maksud dan tujuan, masalah perancangan, metode pendekatan,lingkup dan batasan proyek,kerangka berfikir, sistematika laporan .

Bab 2 Deskripsi Proyek,

berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, pemilihan lokasi, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis,program ruang.

Bab 3 Elaborasi Tema,

menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.

Bab 4 Analisa Perancangan,

menjelaskan tentang analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa fisik, analisa non fisik dan penerapan tema.

Bab 5 Konsep Perancangan, menjelaskan konsep bangunan. DAFTAR PUSTAKA


(21)

BAB II


(22)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1. Terminologi Judul

Judul dari proyek ini adalah Elderly House. Berikut merupakan penjelasan terhadap judul kasus proyek tersebut:

• Pengertian Elderly :

 Dalam “inggris” Orang yang sudah lanjut usia atau jompo atau biasa disebut lansia.

 Jompo menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “tua sekali dan sudah lemah fisiknya ; tua renta ;uzur “

 Lanjut usia (lansia) ,dimana istilah ini dipergunakan untuk manusia ,mempunyai padanan kata dengan werda,senior,tua,ditingkat akhir.

 Manusia yang mengalami tahap masa tua dalam perkembangan individu (usia 65 tahun ke atas).

• Pengertian House :

 Dalam “inggris” ; rumah,kediaman,tempat tinggal

 Rumah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “ tempat untuk tinggal ”

 Rumah ; bangunan buatan manusia yang dijadikan tempat tinggal selama periode waktu tertentu “ ( Poerwadarminta,1976,p.161).

Berdasarkan pengertian diatas, maka Elderly House adalah suatu bangunan atau tempat tinggal yang diperuntukkan untuk orang yang sudah lanjut usia.

2.2. Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi yang tepat dibutuhkan agar tujuan proyek dapat semaksimal mungkin tercapai dan proyek menjadi berhasil dan tepat guna.Untuk itu diperlukan kriteria-kriteria lokasi yang didasarkan pada kebutuhan dari proyek itu sendiri baik secara fisik maupun non fisik.Dalam hal ini kajian dibatasi untuk kota Medan.


(23)

2.2.1. Kriteria Pemilihan Lokasi

2.2.1.1. Tinjauan Terhadap Struktur Kota

Kota Medan merupakan ibukota Propinsi Sumatera Utara.Secara geografis kota Medan terletak pada 3º3’ - 3º43’ Lintang Utara dan 98º35’- 98º44’ Bujur Timur, dengan topografi miring ke arah utara dan berada pada ketinggian 2.5-37.5 meter diatas permukaan air laut.

Sesuai dengan dinamika pembangunan ,luas wilayah administrasi kota Medan mengalami perkembangan yang cukup pesat .Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa laju pertumbuhan di setiap sektor atau wilayah ternyata belum merata,sehingga perlu upaya untuk meratakan laju pertumbuhan disetiap wilayah pengembangan pembangunan (WPP).

2.2.1.2. Persyaratan Umum

Persyaratan untuk bangunan hunian dan fasilitas kesehatan untuk Lanjut Usia adalah .

• Tidak terlalu jauh dengan pusat kota

• Tersedia sarana transportasi yang memadai. • Dearah yang nyaman dengan tingkat polusi rendah • Kepadatan Penduduk yang rendah.

• Sarana Kesehatan yang memadai

2.2.2. Analisa Pemilihan Lokasi 2.2.2.1. Alternatif Lokasi

Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan disesuaikan menjadi lima Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP),yaitu :


(24)

Tabel 2.1 Potensi Pengembangan Wilayah Kota Medan

Berdasarkan dari tinjauan struktur kota, untuk kasus proyek ini lebih cocok di kawasan WPP E.

Lokasi Elderly House sebagai sarana peristirahatan lebih baik berada di daerah dengan tingkat kependudukan dan tingkat kebisingan yang rendah , dan udara yang masih segar . Adapun lokasi alternatif Elderly House adalah :

1. Alternatif 1

Lokasi berada di Persimpangan Jl.Jamin Ginting dan Jl.Setiabudi Medan Yang terletak di kecamatan Medan Tuntungan. Berdekatan dengan Rumah sakit umum Adam Malik ,dan Perumahan.

WPP D

Pusat Bisnis(CBD), pusat

pemerintahan,

hutan kota dan pusat pendidikan WPP E Perumahan, perkantoran, konservasi, lapangan golf dan hutan kota.

WPP A Merupakan Kawasan Pelabuhan, industri, pergudangan dan permukiman WPP B Merupakan kawasan perkantoran dan perdagangan WPP C Merupakan kawasan pemukiman,pendidikan, rekreasi, dan perdagangan


(25)

2. Alternatif 2

Lokasi berada di Persimpangan Jl.Wahid Hasyim Yang terletak di kecamatan Medan Baru .Berdekatan dengan pusat kota .

3. Alternatif 3

Lokasi berada di kawasan tuntungan yang terletak di Kecamatan Medan Tuntungan. Dengan tingkat Ke- Bisingan yang relative rendah dan udara yang masih Banyak belum terpolusi.

2.2.2.2. Penilaian Alternatif Lokasi

Kriteria Lokasi

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Luas lahan (2) (1) (3)

Tingkatan Jalan Aksesbilitas (3) (2) (3) (3) (3) (2) Kualitas Udara Rendahnya Kebisingan

WPP Kota Medan

(1) (0) WPP E Sesuai (1) (0) WPP D Kurang Sesuai (3) (3) WPP E Sesuai


(26)

Tabel 2.2 Penilaian Lokasi Site Keterangan :

3 : Baik sekali 1 : Cukup

2 : Baik 0 : Kurang

Maka berdasarkan kriteria diatas dapat diambil kesimpulan bahwa lokasi yang tepat untuk Elderly House adalah alternatif lokasi 3 yang terletak di Tuntungan.

2.2.3. Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan • Kasus Proyek : Elderly House Medan • Status Proyek : Fiktif

• Pemilik Proyek : Pihak Pemerintah dan Swasta

• Lokasi Tapak : Jln. Flamboyan, Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan

• Bangunan Eksisting : Ruko, Rumah Penduduk, Sarana Kesehatan, Komersil • Terletak dipinggir kota

• Berada pada kawasan penduduk rendah serta tingkat kebisingan rendah • Transportasi lancar dan baik

• Luas site mendukung + 2 Ha • Memiliki jalur utilitas yang baik. Fungsi Pendukung

sekitar lokasi

(3) (3)

.

(3)

Keindahan tapak /lingkungan

(1) (1) (2)

Tingkat Penduduk (2) (1) (3)

Kontur Relatif datar Realtif datar Sedikit Berkontur

Total Nilai 14 13 20


(27)

2.3. Tinjauan Fungsi 2.3.1. Deskripsi Perilaku

2.3.1.1. Perilaku Umum Pada Masa Elderly

Kecenderungan mempunyai sifat yang kembali ke kanak-kanak. Sifat egois,mau menang sendiri yang sangat besar.

Kecenderungan minta diperhatikan yang banyak. Kecenderungan minta disayang.

Sifat cemburu yang besar kepada siapa saja yang menurut mereka lebih mendapatkan kasih sayang atau perhatian.

Suka protes terhadap apa saja sampai hal sekecil-kecilnya.

Sifat suka bicara ,bercerita ataupun “curhat” mengenai segala sesuatu masa lampau yang pernah mereka lihat ,alami,rasakan dan dengar,karena mereka merasa dirinya lebih tau segalanya ,banyak pengalaman daripada orang-orang muda.Hal ini membuat mereka merasa menaikkan harga dirinya apabila lebih tau dibandingkan dengan yang lainnya. Tetapi terkadang mereka juga “ curhat” mengenai keluarganya,kehidupannya sekarang ,suka dukanya, mengenai para perawat yang menurutnya kurang sabar menghadapinya ,dan lain sebagainya.

2.3.1.2. Keluhan Umum Pada Masa Elderly

Ada beberapa keluhan umum yang juga menyertai proses elderly :

Seringkali letih dan merasa lelah,walaupun keluhan ini merupakan keluhan yang tampaknya “wajar” pada usia lanjut, tetapi kalau berkepanjangan perlu dipikirkan tentang kelainan-kelainan di paru-paru, ginjal, jantung, otot, saraf, dan lainnya.

Keluhan di bidang saluran pencernaan mulai dari nafsu makan yang berkurang, mual, sembelit.

Gangguan fungsi “ tidur” . Ada yang sulit tidur tapi ada pula yang mudah sekali tidur bila menonton televisi,tapi justru pagi-pagi buta sudah “bergentayangan” karena tidak dapat tidur lagi.Kadang-kadang banyak lansia yang dihantui oleh mimpi-mimpi buruk dan lain-lain.

Gangguan pada saluran kencing. Pada laki-laki hal ini dikarenakan adanya hypertrofi prostat,sedangkan pada wanita mudah sekali terkena infeksi.

Gangguan pada fungsi indera.Yang tampak sangat jelas adalah kemunduran dari mata yang memerlukan kaca mata baca,bila telah berusia di atas 40 tahun ,belum


(28)

lagi pada usia yang lebih lanjut ,dapat terjadi katarak.Demikian pula fungsi pendengaran mulai terganggu pada usia di atas 60 tahun.

Gangguan dalam fungsi klasifikasi tulang.Tulang mudah mengalami demineralisasi dan mudah patah.

Gigi-geligi mulai copot, demikian pula fungsi-fungsi tubuh lainnya mulai berkurang.

Kulit dan rambut. Sebenarnya merupakan tanda yang sangat mudah dikenal oleh orang awam yang sering membuat rasa kurang percaya diri, merasa dirinya mulai keriput,tidak menarik lagi, dan sudah tentu dapat seringkali diatasi dengan sering pergi ke salon,massage, agar tampak tetap muda dan bergairah .

Fungsi-fungsi luhur (berpikir,berkonsentrasi,daya ingat dan lain-lain ) juga mulai berkurang .Demikian pula terjadi perubahan-perubahan tertentu di otak.

2.3.1.3. Hobby Umum Pada Masa Elderly

Hobi atau kegiatan yang sering dilakukan para lansia pada saat-saat santainya adalah sebagai berikut :

Bercakap-cakap/berbincang-bincang/me“ngobrol”.

Memasak (karena latar belakangnya , yaitu ibu rumah tangga ) Menanam

Menonton televisi Menyanyi

Kerohanian / pendalaman agama. Pijat refleksi , salon

Memancing

Senam/olah raga ringan ,jalan pagi Berjemur

Merangkai bunga

Sedangkan untuk keterampilan tangan yang lain seperti menyulam dan menjahit dan juga hal yang lain seperti membaca kurang diminati karena keterbatasan penglihatannya.


(29)

2.3.2. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

2.3.2.1. Deskripsi Pengguna Berdasarkan Subjek NO

SUBJEK ANALISA

1. Penghuni Penghuni terdiri dari Lanjut Usia yang masih aktif (mandiri) ,semi mandiri dan Lanjut Usia yang tidak mandiri (pasif).

2. Tim Medik Dan Paramedik Merupakan orang yang memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan pada Lanjut Usia. Terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dokter spesialisasi lansia, ahli fisiotherapy dll.

3. Pengunjung Merupakan keluarga dan teman dari Lanjut Usia.

4. Pengelola Merupakan pengelola dari Elderly House tersebut. Tabel 2.3 Analisa Pengguna Berdasarkan Subjek

2.3.2.2. Deskripsi Pengguna Berdasarkan Waktu Kedatangan

NO WAKTU

KEDATANGAN ANALISA

1. Insidental Merupakan pengguna yang datang sewaktu-waktu. Yang termasuk didalamnya adalah pengunjung yaitu anggota keluarga atau teman dari LanjutUsia.

2. Setiap saat Merupakan pengguna yang setiap saat berada pada Elderly House, yaitu penghuni Lanjut Usia, tim medik dan paramedik, dan pengelola.

3. Terjadwal Merupakan pengguna yang kedatangannya

terjadwal seperti tim medik dan paramedik. Tabel 2.4 Analisa Pengguna Berdasarkan Waktu


(30)

2.3.2.3. Deskripsi Kegiatan Penghuni

NO PELAKU WAKTU KEGIATAN

1 PENGHUNI (MANDIRI & SEMI MANDIRI)

Pagi s/d siang

Siang s/d sore

Sore

Malam

Bangun tidur Mandi/ibadah Olah raga bersama Istirahat/sarapan Cek Kesehatan Menyalurkan Hobby Berkebun Mengamati lingkungan Makan siang Beribadah Tidur siang Membaca/ belajar Diskusi sosialisasi Permainan kecil Menyalurkan Hobby Duduk-duduk/ bebas Berkebun Beribadah Olah raga ringan Mandi

Persiapan makan malam

Beribadah Makan malam Nonton TV

Melakukan Hobby


(31)

Tabel 2.5. Kegiatan Penghuni

Tidur

2 PENGHUNI (NON MANDIRI)

Pagi s/d siang

Siang s/d sore

Sore

Malam

Bangun tidur Beribadah

Olahraga ringan (dgn bantuan) Mandi (dengan bantuan) Sarapan

Fisioterapi

Mengamati lingkungan Makan siang

Beribadah Tidur siang Membaca Sosialisasi Duduk-duduk

Beribadah Nonton TV

Mandi (dgn bantuan) Perawatan kesehatan

Beribadah Makan malam Nonton TV

Sosialisasi/ ngobrol Tidur


(32)

2.3.2.4. Deskripsi Kegiatan Pelayan Kesehatan

Tabel 2.6. Kegiatan Pelayanan Kesehatan

2.3.2.5. Deskripsi Kegiatan Pengunjung KEGIATAN PENGUNJUNG

ANALISA Kegiatan Mengunjungi Keluarga Termasuk didalamnya adalah :

Merupakan kegiatan pengunjung yaitu anggota keluarga Lansia.

Termasuk didalamnya adalah : - mengobrol

- makan bersama - menonton

- melakukan hobi bersama - menginap

Tabel 2.7. Kegiatan Pengunjung

2.3.3. Studi Banding Fungsi Sejenis

2.3.3.1. Glenaire Retirement Community NO KEGIATAN PELAYANAN

KESEHATAN ANALISA

1. Kegiatan Pemeriksaan Pasien Termasuk didalamnya adalah :

- mengontrol kesehatan pasien setiap hari - membantu terapi

- menyiapkan ruang perawatan - memberi obat/makanan 2. Kegiatan Perawatan Pasien Termasuk didalamnya adalah :

- membantu lansia dalam kegiatan sehari-hari - mengawasi lansia 24 jam


(33)

Arsitek : CJMW Architectural Firm ,Berada di Cary Carolina Utara. Terdiri dari :

• unit hunian khusus lansia dalam cluster 1 lantai dan apartemen berlantai banyak tempat hunian para lansia.

• healthcare center

• dan fasilitas pendukung lainnya.

Yang menjadi fokus adalah adanya connecting bridges atau biasa dikenal dengan selasar yang menghubungkan unit-unit hunian dengan fasilitas-fasilitas hunian. Community center dihubungkan dengan apartemen,cottage, dan fasilitas healthcare. Pembagian unit-unit hunian ini dilakukan dengan mempertimbangkan kodisi kesehatan dan fisik komunitas lanjut usia. Sehingga suasana kompleks juga dirancang nyaman dan segar dengan adanya pepohonan di sekeliling site.

2.3.3.2. Teresian Elderly House

(Washington Avenue Extension Albany, New York)

Menyediakan segala keperluan dan layanan bagi para lansia dengan kualitas tertinggi untuk tetap mennjaga fisik mereka,spiritual dan kesejahteraan emosional adalah misi dari Teresia elderly house.Dengan kelengkapan perawatan dan fasilitas yang modern yang sengaja diperuntukan untuk lansia.Teresian elderly house penuh dengan kehangatan terlihat dari wajah para lansia ketika mereka berinteraksi dengan pemberi perawatan . Pertama kali pengunjung berkomentar tentang kehangatan yang mereka rasakan saat memasuki lobi, yang mengundang suasana rumah seperti di kamar ,dan di lingkungan ruang makan di setiap lantai penuh dengan kehangatan.

Teresian House menawarkan setiap penghuni sebuah kamar pribadi dan kamar mandi, dan kesempatan untuk melakukan kegiatan yang disukai , pengasuhan, lingkungan masyarakat dipantau oleh staf yang berdedikasi. Perawatan disediakan 24 jam sehari.


(34)

Perawatan medis di bawah bimbingan Medical Director dan staf perawat. Medis dan staf konsultan spesialis yang tersedia. Satu per satu lansia mendapat terapi fisik, terapi okupasi dan terapi wicara program yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap lansia . Layanan transportasi yang diberikan untuk lansia yang ingin berkunjung ke rumah keluargannya dan transportasi untuk perawatan medis.Kebutuhan rohani dari setiap lansia adalah perhatian utama di Teresian House.

2.3.3.3. Panti dan Klub Manula di Malang

Panti Dan Klub Para Manula Di Malang merupakan tempat yang menyediakan fasilitas yang di sediakan khusus untuk lansia, fasilitas yang diaplikasikan adalah fasilitas pijat refleksi, karaoke, resto, kolam renang, yoga, taichi, taman bunga, dan lain-lain. Konsep dalam bangunan adalah menciptakan suasana Home bagi penguna, untuk terciptanya suasana home harus memenuhi beberapa kriteria yaitu Äccesibility, Accessible ,Reachability ,Usability ,Safety ,Workability" jadi segala perancangan dalam bangunan ini harus di sesuaikan dengan ke 6 kriteria konsep diatas.

Pendekatan Desain mengunakan pendekatan prilaku dengan tujuan bangunan ini dapat tercipta Susana home, pendalaman yang digunakan adalah karakter ruang karena penguna dari proyek ini adalah lansia sehingga memerlukan karakter ruang khusus untuk dapat terciptanya kenyamanan yang lebih. Pada ekspresi tampak yang di tampilkan merupakan ekspresi tampak yang sederhana dengan tujuan agar Lansia datang ke proyek ini merasakan suasana Home. Merasakan Proyek ini merupakan tempat yang nyaman untuk penguna.

2.3.3.4. Graha Werda AUSSI Kusuma Lestari


(35)

Gambar 2.4 Layout Plan

Dikelola oleh Yayasan Aussi Kusuma Lestari (YAKL), panti ini menawarkan konsep berbeda dibandingkan dengan panti jompo kebanyakan. Selain kemewahan, pelayanan dan pendekatan yang diberikan pada penghuni memang spesial.Dengan konsep itu, Graha Werda ingin menjaring para lansia dari kalangan kelas menengah ke atas yang belum tergarap oleh panti jompo manapun.

Layaknya sebuah hotel, kamar bagi penghuni terbagi dalam tiga kategori : • Kamar Standar

• VIP

• VVIP

Jumlah seluruh kamar 52 buah,tersebar di keempat lantai bangunan dengan rincian : • Kamar Standar ( Ruang Melati ) : 35 kamar

Fasilitas : tempat tidur, lemari pakaian, meja rias dan satu toilet dengan pemanas air.

• VIP ( Ruang Mawar ) : 13 kamar

Berada di lantai tiga khusus hunian untuk satu orang memiliki fasilitas sama dengan tambahan sofa dan meja kamar plus pendingin ruangan dan ruang keluarga.

• VVIP ( Ruang Anggrek ) : 7 kamar

Fasilitas mirip dengan Ruang Mawar ,hanya saja didalamnya terdapat dua kamar tidur, salah satunya disiapkan jika penghuni membawa perawat sendiri.Selain itu ada ruang keluarga,ruang santai, meja makan dan pantry.

Meski fasilitas kelengkapan yang ada terkesan mewah,menurut Christien Suriadjaya, ketua YAKL,semuanya produksi dalam negeri.Mebel misalnya, didatangkan


(36)

dari Jepara. Hanya tidak dalam bentuk jadi.Kami poles tahap akhirnya untuk memperoleh kesan mewah.Pengelola panti jompo dari Australia pun sempat mengagumi Graha Werda”.

Ruang makan bersama Ruang tidur standart Ruang tidur VIP Gambar 2.5 Interior Werda Aussi

Untuk menampung kegiatan para lansia ,Graha Werda menyediakan ruang makan,ruang rekreasi,ruang baca,ruang hobi,dan ruang berdoa.Selain itu ada juga ruang serbaguna berkapasitas 400 orang dan dilengkapi AC.Ruangan besar ini bisa di sewa untuk keperluan acara resepsi perkawinan,ulang tahun,maupun seminar bagi pihak luar.

Biaya yang dikeluarkan untuk menghuni kamar standar sekitar Rp 600.000,- per bulan per penghuni. Semua itu termasuk hidangan makan tiga kali sehari plus buah-buahan dan makanan kecil , cuci pakaian, pengontrolan kesehatan. Sementara itu ada dokter yang dating satu atau dua kali seminggu.Dalam hal terjadi keadaan darurat, Graha Werda menjalin kerja sama dengan RS Puri Cinere.

2.3.3.5. Ashwood Park

Ashwood Park adalah yang pertama di Easington yang khusus ,membangun perumahan untuk lansia ,tidak hanya sekedar perumahan tapi juga perawatan kesehatan 24 jam dan fasilitas-fasilitas yang memadai seperti catering yang berkualitas dan dipilih secara hati-hati untuk memilih makanan yang akan dikosumsi ,tersedia 24 jam sehari untuk memastikan bahwa setiap penduduk kebutuhan terpenuhi secara penuh.


(37)

Filsafat

Misi kami di rumah hunian Healthcare Stonelea adalah untuk secara konsisten dan kompeten memberikan kualitas hidup yang baik dan rehabilitatif perawatan manula di rumah dengan pelayanan yang disampaikan oleh staf kesehatan terlatih.

Gambar 2.7 Interaksi Sosial Birchwood Court Residential Care Home

Birchwood court adalah rumah perawatan mewah yang berada di dalam Ashwood Park di daerah Easington yang khusus untuk para lansia dengan perawatan dan pelayanan standar tinggi. Tujuannya adalah untuk memberikan suasanan santai yang sederhana ,suasana yang bebas dari dari cemas dan khawatir dengan staf-staf yang terlatih yang menyediakan layanan berkualitas tinggi selama 24 jam sehari. Birchwood terletak di jantung masyarakat setempat yang dulunya merupakan area pertambangan yang berkembang pesat.Daerah ini berada pada rute bus utama dan kota terdekat.

Gambar 2.8 Birchwood Court

Memberikan perawatan dan akomodasi dari standar yang paling tinggi dan merupakan satu-satunya Care Centre di County Durham. Cedar Court terletak di jantung


(38)

kota dengan toko-toko lokal dan berdekatan dengan rute bus utama. Hal ini juga sangat dekat dengan fasilitas lain seperti Masyarakat lokal, dan salah satu Pusat Kedokteran utama. Pusat panorama dari sebagian besar kamar adalah taman-taman yang luas dan keluar dapat melihat ke laut lepas pantai Durham Timur.

Kebahagiaan dan kesejahteraan setiap penduduk benar-benar penting, sementara privasi, martabat dan kemerdekaan dihormati sepanjang waktu. Tujuan Ashwood Park adalah untuk memberikan suasana yang bahagia, santai, suasana sederhana, bebas dari rasa cemas dan khawatir.

Fasilitas-fasilitas yang terdapat di Ashwood Park antara lain :

 Tukang Pangkas

 Penata rambut yang datang mingguan

 Perawat kaki

 Majalah dan Koran setiap pagi

 Dokter

 Laundry

 Housekeeping

2.3.3.6. Elderly Sun Flower Garden

Gambar 2.10 Elderly Sun Flower Garden


(39)

Sebuah "rumah" adalah dasar dari proyek ini. Kami membuat bangunan besar dibagi menjadi tiga bagian, sehingga akan terlihat seperti rumah-rumah kecil dan juga, untuk menghindari pembuatan bagian dalam koridor yang akan panjang dan membosankan, bangunan kemunduran sepanjang bentuk menghilangkan situs seperti suasana rumah sakit. Di dalamnya terdiri dari "keluarga" dari sepuluh penduduk. .

Gambar 2.11 Denah Sun Flower Garden

Ada sebuah kamar pribadi bagi individu dan ruang hidup yang umum di mana mereka makan dan menghabiskan waktu bersama-sama untuk kenikmatan. Konsep ini menandakan rumah biasa. Selain itu, lounge, bar, perpustakaan, dan galeri ditempatkan sebagai ruang keramahan yang tinggi.


(40)

Gambar 2.13 Suasana interior ruang bersama dan kamar tidur

Gambar 2.14 Lounge

Gambar 2.15 Ruang makan

Lounge Bar yang sekaligus berfungsi untuk menikmati tenggelamnya sinar matahari .

Ruang makan bersama, setiap massa mempunyai ruang makan masing-masing.


(41)

2.3.4. Deskripsi Kebutuhan Ruang

Berdasarkan studi banding diatas maka pada rancangan Elderly House ini ruang-ruang yang harus dimiliki secara umum antara lain :

Deskripsi Kebutuhan

Ruang

Hunian

-

R.Tidur

-

R.Makan

-

R.Tamu

-

Kamar Mandi Kesehatan 24 Jam

-

Dokter

- R.Psikiater /Konsultasi - Perawat

Ruang Bersama

Ruang Makan

Fasilitas Kebugaran

-

Ruang Fisioterapi

-

Ruang fitnes

-

Ruang Yoga

-

Pijat refleksi

-

Sauna / Body Message

-

Jogging Track

-

Walking Track Fasilitas Penunjang - Cafe / Resto

- R.Hobby

- Salon dan Barber Shop - Karaoke

- Perpustakaan - Work shop - Taman Bunga - Pusat Keagamaan


(42)

Tabel 2.8 Kebutuhan Ruang 2.3.5. Deskripsi Pembagian Elderly dan Kriteria Ruang

Elderly House ini di huni oleh tiga tipe lansia dimana ketiga tipe lansia ini akan berbeda kriteria ruangnya dan adanya persyaratan khusus dimasing-masing tipe .Adapun tipe-tipe elderly yang terdapat di Elderly House ini adalah :

1) Tipe Mandiri

Lansia masih sanggup melaksanakan aktifitas sehari-hari sendiri dan masih dapat berkarya atau mempunyai kegiatan tertentu.

Interaksi antar sesama lansia maupun dengan para petugas Elderly House tinggi.

2) Tipe Semi Mandiri

Lansia masih dapat melaksanakan beberapa aktifitas sehari-hari sendiri hanya perlu bantuan untuk saat-saat tertentu saja, seperti mandi, mencuci, berjalan-jalan di taman, dll.

Kesehatannya kurang baik, penglihatan dan pendengarannya sudah kurang baik, karena itu butuh pengawasan yang agak ketat.

Menggunakan alat bantu tongkat atau kursi roda. 3) Tipe Non Mandiri

Tidak dapat melakukan aktifitas apapun secara mandiri, karena itu dibutuhkan tenaga perawat 1X24 jam.

Seluruh aktifitasnya sehari-hari dilakukan di dalam ruangan atau di ruang tidur masing-masing.

Rawan terhadap penyakit. Fasilitas Service

-

Security

-

Jasa Housekeeping

-

Laundry/dry cleaning Transportasi


(43)

2.3.5.1. Kriteria Ruang Pada Pembagian Elderly 1) TIPE MANDIRI

Pada masing-masing kamar terdapat 2 lemari yang terpisah, tiap ruang tidur terdapat 1 kamar mandi di dalam untuk memudahkan lansia buang air di malam hari.

Ruang interaksi yang disediakan cukup besar, sedangkan ruang tidurnya tidak terlalu besar karena 60% kegiatan sehari-hari mereka dilakukan di luar ruangan.

2) TIPE SEMI MANDIRI

Dimensi ruang tidur relative besar, disediakan ‘space’ khusus untuk melekatkan alat-alat bantu seperti : kursi roda, kaca mata, tongkat, di dekat tempat tidur.

Ruang untuk sirkulasi relative besar, minimal 1.60 meter (untuk berpapasan 2 kursi roda)

Perabotan seperti meja, lemari, kaca dirancang tidak terlalu tinggi, dapat dijangkau sambil duduk dengan kursi roda.

Tidak ada ruang menyudut dan pintu yang bersebelahan langsung

Zona ruang tidur dipisahkan dari zona ruangan lainnya karena ruang tidur membutuhkan ketenangan ekstra, karena sehari-hari lansia beraktifitas di dalam ruangan / kamar (60% di kamar)

Penerangan di ruangan dimaksimalkan, tetapi untuk penerangan alami dirancang bukaan yang tidak langsung menghadap matahari untuk menghindari silau.

Perbedaan ketinggian lantai diminimalkan agar mudah dilalui kursi roda dan meminimalkan kecelakaan ( terjatuh )

Disetiap unit hunian terdiri dari 6 kamar yang dihuni oleh 2 orang, terdapat ruang tidur perawat untuk 2 orang perawat dan ruang dokter , perawat ini berganti sift 1X24 jam, perawat bertugas membersihkan ruangan dan membantu penghuni melaksanakan kegiatan tertentu yang tidak dapat dilakukannya sendiri.

Dari ruang tidur ke kamar mandi terdapat pegangan tangan atau ‘handrail’ di sepanjang dinding penghubungnya, hal ini akan sangat membantu lansia, demikian pula pada setiap sisi dinding di dalam kamar mandi tersebut.


(44)

Bahan lantai : keramik yang tidak licin Tinggi kloset 60 cm dari lantai

Tinggi bak mandi 80 cm, 45 cm dari lantai diisi semen, 35 cm air. Warna keramik : gelap agar tidak mudah kotor,

Jalan-jalan primer dan skunder menggunakan penutup ( atap ) sebagai selasar untuk melindungi pejalan kaki dari hujan ataupun panas. Jalan primer menggunakan bahan fiber sedangkan jalan skunder menggunakan pergola yang ditanami pohon anggur, sehingga selain dapat dijadikan sebagai penghubung antar unit, sebagai tempat duduk-duduk tanpa terkena panas langsung, pergola yang memberi kesan alami ini juga dapat menghasilkan buah anggur untuk dijual.

Ruang makan dipisahkan dengan ruang TV, hal ini untuk menghindari terjadinya tersedak jika para lansia makan sambil menonton TV.

Jalan penghubung antar bangunan fungsi public dengan unit hunian ( jalan Primer ) berdimensi 3m, hal ini dikarenakan lansia menyukai untuk waktu tertentu, material yang digunakan adalah material conblock yang kasar dan terdapat celah untuk ditumbuhi tanaman yang dapat menyerap air hujan, sehingga jalan tersebut tidak licin, sedangkan untuk jalan skunder dipilih material batu kali pecah. Letak hunian relatif dekat letak fasilitas kesehatan dan kebugaran.

3) TIPE NON MANDIRI

Jumlah penghuni non-mandiri kurang lebih 10% dari total jumlah penghuni, Dimensi kamar dan kamar mandi relative lebih besar karena diperlukan ‘space’ untuk perawat.

View disetiap ruang tidur dioptimalkan untuk mengurangi rasa bosan penghuni yang 80% waktunya dihabiskan di dalam ruang/kamar untuk menghadap ke taman.

2.3.6. Program Ruang

Untuk hunian elderly dikelompokan kedalam tiga tipe dimana masing-masing tipe memiliki kriteria ruang masing-masing dengan jumlah elderly yang telah ditentukan.

Tipe Jumlah Elderly Jumlah Ruang Keterangan


(45)

Semi Mandiri 20 Orang 10 Ruang Satu ruang bisa dua orang /perawat ataupun satu orang Non Mandiri 14 Orang 7 Ruang Satu ruang satu atau dua

orang, ditemani satu orang perawat

Tabel 2.9. Pembagian Ruang Elderly Program Ruang

ELEMEN NAMA RUANG KAPASITAS STANDART

(M2/ORG)

LUAS M2

SUMBER

R.Penerima Lobby 50 orang 0.3-0.5 25 Neu

Resepsionist Satu Ruang 4.5-5 5 Neu

Hunian Mandiri 20 orang 62/ruang 620 Neu

Semi Mandiri 20 orang 80/ruang 800 Neu

Non Mandiri 14 orang 62/ruang 434 Neu

Jumlah

Sirkulasi 20 % Total

1884 377 2260 m2


(46)

ELEMEN NAMA RUANG KAPASITAS STANDART (M2/ORG)

LUAS M2

SUMBER

Fasilitas Pengelola

R.Kepala Pengelola 3 orang 4m x 3m 12 A

R. Wakil Pengelola 3 orang 4m x 3m 12 A

R.Staff 2 ruang 3mx3m 18 A

R.Rapat 10 orang 4mx4m 16 A

Toilet Pria 1 orang 1.4 m x 2m 2,8 Neu

Toilet Wanita 1 orang 1.4 m x 2m 2,8 Neu

Pantry 3 Orang 2m x 2,5m 5 A

Gudang 1 ruang 2m x 2m 4 A

Fasilitas Perawat

Asrama Perawat

R.tidur 50 orang - 50 A

Toilet 4 ruang 12 A

R.makan 20 orang 20 A

R.duduk 20 orang 2.4-3.6 30 De ch

Fasilitas Service

Dry Cleaning 1 ruang 4m x 5m 20 A

Security 2 ruang 3mx3m 18 A

HouseKeeping 4 ruang 3mx3m 36 A

R. ME - 20 C

R. Pegawai 10 org 1,5 15 C

R. ganti & locker 2 ruang 8 8 A

Gudang 12 12 C

Toilet : -pria 1 ruang 1,7 1,7 A

-wanita 1 ruang 1,7 1,7 A

Jumlah

Sirkulasi 20 %

Total

317 64


(47)

ELEMEN NAMA RUANG KAPASITAS STANDART (M2/ORG)

LUAS M2

SUMBER

Work Shop R.belajar/prakarya 3 ruang/@10 orang

5m x 4m 60 A

workshop 1 ruang 30 A

R.pameran 1 ruang @50 60 A

Salon Beauty salon 3 ruang/@5 orang

5m x 3m 15 A

Barber shop 2 ruang/@ 5

orang

4m x 4m 32 A

Karaoke karaoke 10 ruang/30 orang

80 A

Coffe shop 40 orang 25 A

Perpustakaan R.penitipan 1 ruang/30 org

0.14 4.2 Neu

R.baca 50 orang 0.8-1.8 108 Neu

R.Buku 10 m2/1000

buku

20 Neu

R.audiovisual 30 A

Gudang 4 A

Toilet pria 1 3 3 Neu

Toilet wanita 1 3 3 Neu

R.Bersama-R.Makan

R.makan-Ruang bersama

80 orang 120 A

Restoran 60 orang 40 A

Cafe 30 orang 20 A

Mini Shop Retail 8 Ruang 2,5m x 4 m 80 A

Minimarket 1 Ruang 6m x 5m 30 A

Keagamaan Musholla 50 orang 0.5-0.65 50 Neu

R.Peribadatan 3 ruang/@20

orang

5m x 4m 60 A

Jumlah

Sirkulasi 20 % Total

1050 210 1260 m2


(48)

Tabel 2.10. Program Ruang Luas Bangunan :

Fasilitas Penerima dan hunian : 2260 m2 Fasilitas kesehatan,kebugaran. : 1500 m2

Fasilitas Penunjang : 1260 m2

Fasilitas Pengelola dan perawat,service : 381 m2 Total Luas Bangunan : 5401 m2


(49)

BAB III


(50)

BAB III

ELABORASI TEMA 3.1. Pengertian Arsitektur Perilaku

3.1.1. Arsitektur

“Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab.”1

Arsitektur adalah

Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni. (mengutip Vitruvius, De Arhcitectura)

lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yait mikro yait proses perancangan tersebut.2

3.1.2. Perilaku

Pengertian Perilaku adalah : tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan tubuh (sikap) tidak saja badan atau ucapan3

3.1.3. Arsitektur Perilaku

.

Dari definisi diatas dapat diambil pengertian Arsitektur Perilaku adalah :

Suatu lingkungan binaan yang diciptakan oleh manusia sebagai tempat untuk melakukan aktivitasnya dengan mempertimbangkan segala aspek dari tanggapan atau reaksi dari manusia itu sendiri menurut pola pikir, karakteristik, ataupun persepsi manusia selaku pemakai4

Sehubungan dengan pengertian di atas maka Arsitektur Perilaku tersebut membahas tentang hubungan antara tingkah laku manusia dengan lingkungannya. Hal ini

. 1 Encyclopedia Britannica 2 id.wikipedia.org/wiki 3

Kamus Besar Bahasa Indonesia 4


(51)

tentunya tidak terlepas dari pembahasan psikologis yang secara umum didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dengan lingkungan.

Menurut Garden Murphy, psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya. Menurut Amos Rapoport, kajian arsitektur lingkungan berkaitan dengan karakter manusia yang berbeda-beda, lingkungan terbangun yang membentuk atau mempengaruhi perilaku manusia yang didalamnya dan interaksi manusia dengan lingkungannya. Dalam hal ini penyesuaian dilakukan terhadap perilaku lanjut usia.

3.2. Kajian Arsitektur Perilaku a) Perilaku Sebagai Suatu Pendekatan

Pendekatan perilaku menekankan keterkaitan yang dialektik antara ruang dengan manusia yang memanfaatkan atau menghuni ruang tersebut. Pendekatan ini menekankan perlunya memahami perilaku manusia atau masyarakat yang berbeda - beda di setiap daerah dari aspek norma, kultur, dan psikologis masyarakat. Dengan perbedaan tersebut maka akan tercapai konsep ruang dengan wujud ruang yang berbeda sesuai dengan pemakai / pengguna ruang tersebut.

b) Psikologi Sosial Manusia

Psikologi merupakan suatu bidang ilmu kejiwaan yang membahas tentang tingkah laku manusia sebagai individu pada lingkungan sosialnya. Yang dimaksud dengan psikologi manusia adalah ilmu yang mempermasalahkan mengenai tingkah laku dan proses yang terjadi tentang tingkah laku tersebut. Maka psikologi selalu berbicara tentang kepribadian manusia.

Menurut Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, manusia sebagai objek yang paling penting dalam suatu lingkungan binaan memiliki ciri- ciri sebagai berikut : cenderung untuk selalu mengerti dan bereaksi dengan lingkungannya, Senang untuk mengetahui dan membagi pengetahuannya dengan orang lain dan selalu kebingungan pada saat tidak memiliki pedoman yang jelas.

Kecenderungan ini merupakan akibat dari adanya proses psikologi yang terjadi pada setiap individu dalam interaksinya dengan lingkungannya. Pada lingkungan binaan tersebut manusia memiliki perilaku tertentu karena didasarkan pada kebutuhan hidup.


(52)

c) Konsep dalam Kajian Arsitektur Lingkungan dan Perilaku i. Behavior Setting (seting perilaku)

Mengandung unsur-unsur sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan, aktivitas atau perilaku dari sekelompok orang tersebut, secara konstan atau berkala, dan pada suatu tempat atau seting tertentu.

ii. Environmental Perception ( persepsi tentang lingkungan)

Interpretasi tentang suatu seting oleh individu, didasarkan latar belakang budaya, nalar dan pengalaman individu tersebut.

iii. Perceived Environment ( lingkungan yang terpersepsikan)

Merupakan produk atau bentuk dari persepsi lingkungan seseorang atau sekelompok orang.

iv. Environment Cognition, Image, and Schemata ( kognisi lingkungan, citra, dan skemata)

Merupakan suatu proses memahami dan memberi arti terhadap lingkungan. v. Environmental Learning ( pemahaman lingkungan)

Meliputi proses pemahaman yang menyeluruh tentang suatu lingkungan seseorang. vi. Environmental Quality ( kualitas lingkungan)

Merupakan kualitas lingkungan yang memenuhi preferensi imajinasi ideal seseorang atau sekelompok orang.

vii. Territory ( teritori/wilayah)

Merupakan batas dimana organisme hidup menentukan tuntutannya,menandai serta mempertahankannya.

viii. Personal Space and Crowding ( ruang personal dan keramaian)

Merupakan batas yang tidak tampak di sekitar seseorang, dimana orang lain tidak boleh atau merasa enggan untuk memasukinya. Apabila personal space tidak dapat dipertahankan akan timbul crowding.

ix. Environmental Pressure and Stress

Merupakan faktor-faktor fisik yang menimbulkan rasa tidak enak, kehilangan orientasi, tidak nyaman yang dapat menyebabkan stres.


(53)

d) Psikologi Lingkungan

Menurut Holahan, psikologi lingkungan adalah bidang psikologi yang meneliti khusus hubungan antara lingkungan fisik dan tingkah laku dan pengalaman manusia. Menurut UU no. 4/1982, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Tujuan dari pembahasan mengenai psikologi lingkungan pada kajian arsitektur perilaku adalah untuk menganalisa, menjelaskan, meramalkan, dan kalau perlu mempengaruhi atau merekayasa hubungan antara tingkah laku manusia dengan lingkungannya. Untuk itu perlu diadakan pendekatan – pendekatan konsep ruang yang diharapkan sesuai dengan perilaku manusia/ pemakai ruang.

Menurut Berlyne, faktor – faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengatasi masalah ini adalah kompleksitas / keanekaragaman, beberapa banyak ragam/ keanekaragaman komponen yang membentuk suatu lingkungan, novelty/ keunikan dimana seberapa jauh lingkungan itu mengandung komponen – komponen yang unik, incongruity / ketidaksenadaan, seberapa jauh suatu faktor tidak sesuai dengan konteks lingkungannya, kejutan, yaitu seberapa jauh kenyataan yang ada tidak sesuai dengan masalah, dan semakin banyak ragamnya semakin positif penilaian yang diberikan.

e) Psikologi Manusia

Proses psikologi dalam interaksi antar manusia dengan lingkungan dapat selalu berhubungan seperti pada pembahasan dibawah ini:

i. Persepsi, dapat diartikan sebagai pengamatan secara langsung dikaitkan dengan makna tertentu. Proses ini diawali dengan adanya informasi dari lingkungan.

ii. Kognisi/pengenalan, terdiri dari kegiatan: - Persepsi

- Imajinasi - Berfikir - Nalar


(54)

Sistem kognisi dipengaruhi oleh faktor luar: - Lingkungan fisik

- Lingkungan sosial - Pengalaman lampau - Kebutuhan dan keinginan - Struktur faal pada individu

iii. Motivasi/ alasan, yaitu kompleksitas proses fisik psikologik yang bersifat: - Keterarahan (tertuju pada sasaran)

- Keterangsangan (disulut oleh stimulasi) - Energik (dilandasi oleh adanya energi)

Dari aspek sosial, interaksi sosial manusia senantiasa berusaha untuk: i. Meminimalkan pengeluaran

ii. Memaksimalkan perolehan yang berguna baginya iii. Mendapatkan hasil akhir yang berguna baginya

Menurut Sarwono seperti yang diajukan S. Kaplan dan R. Kaplan, manusia sebagai objek yang paling penting dalam lingkungan binaan, didefinisikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

- Senang untuk mengetahui sesuatu

- Senang untuk membagi pengetahuannya dengan orang lain - Kebingungan pada saat tidak mempunyai pedoman yang jelas - Cenderung untuk selalu mengerti lingkungan

- Cenderung untuk bereaksi dengan lingkungan f) Arsitektur Untuk Manusia


(55)

Arsitektur untuk manusia atau arsitektur yang manusiawi membahas bangunan yang berguna untuk manusia dan dirancang untuk manusia individual. Untuk mewujudkannya, kita harus menghargai arsitektur sebagai seni yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

Amos Rapoport mengatakan bahwa perancangan arsitektur pada dasarnya menyangkut pengorganisasian dari beberapa hal, yaitu:

i. Ruang (space)

Sebagai susunan ruang untuk berbagai kebutuhan dikaitkan dengan aturan-aturan yang merefleksikan kebutuhan, nilai, dan keinginan suatu kelompok. Susunan ruang ini ditujukan untuk mendapatkan kualitas lingkungan yang baik, dimana proses interaksi antara ruang dan masyarakat penggunanya dapat dilakukan secara optimal.

ii. Waktu (time)

Bahwa pada satu ruang yang sama, secara temporal dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Karena manusia pengguna suatu ruang mempunyai ritme kegiatan yang berbeda. Hal ini sangat penting karena akan menyangkut aspek optimalisasi penggunaan ruang serta berkaitan dengan kemungkinan crowding.

iii. Arti (meaning)

Makna ini biasanya diwujudkan dalam bentuk warna , detail, tanda-tanda, dekoratif, dan bentuk, yang oleh Rapoport disebut sebagai aspek eikonik dari lingkungan binaan. Unsur-unsur ini mungkin menjadi satu dengan organisasi ruang, akan tetapi bisa saja terpisah.

iv. Komunikasi (communication)

Mempunyai makna-makna tertentu yang dimaksudkan sebagai media komunikasi antar penghuni ruang tersebut, maupun antar penghuni dengan orang lain.

Menurut Preiser (1988), ada tiga unsur dari performansi bangunan yang dapat diidentifikasi dan diaplikasikan, yaitu:

i. Unsur Teknis

Terdiri dari aspek kesehatan, keselamatan, dan keamanan bangunan. Ketiga aspek tersebut dalam bangunan dapat dijumpai pada keselamatan terhadap bahaya kebakaran, struktur bangunan, sanitasi dan ventilasi, listrik, dinding bangunan, atap, penyelesaian interior, pencahayaan, dan akustik.


(56)

Merupakan kemampuan penghuni untuk mengoperasikan bangunan secara efektif dan efisien. Unsur ini berkaitan dengan faktor manusia yang akan mempengaruhi dimensi fisik dan konfigurasi ruang dan perabot. Unsur fungsional juga berkaitan dengan faktor komunikasi dan alur kegiatan pemakai, faktor kemudahan pemakai dalam melakukan kegiatan, dan faktor spesialisasi bangunan.

iii. Behavior ( unsur perilaku)

Merupakan aspek sosial dan psikologis tingkat kepuasan penghuni bangunan. Aspek ini meliputi privasi dan interaksi penghuni, persepsi lingkungan, rasa kepemilikan, pemahaman dan perancangan bangunan, dan kognisi dan orientasi lingkungan penghuni. Kesimpulan:

Perancangan fisik ruang yang mempunyai variabel independen yang berpengaruh terhadap perilaku pemakainya. Pengguna cenderung untuk selalu mengerti dan bereaksi dengan lingkungannya. Sehingga perlu diadakan analisa pengguna dan lingkungan untuk mendapatkan pendekatan konsep ruang yang diharapkan sesuai dengan perilaku manusia. Dalam hal ini analisis pengguna berdasarkan memperhatikan aspek perilaku lansia.

3.3. Interpretasi Tema

Setelah mengadakan beberapa pendekatan penulis dapat memberikan beberapa poin yang menyatakan secara langsung maupun tidak langsung kaitan perilaku Lansia yang akan dilayani di site dengan hasil rancangan Kompleks hunian bagi elderly tersebut. Hal-hal itu antara lain :

LANSIA SUKA BERSOSIALISASI DALAM KELOMPOK-KELOMPOK KECIL

• Setiap hunian memiliki teras yang memungkinkan para lansia berinteraksi dalam waktu yang tidak terlalu lama dan dengan intensitas yang tinggi

• Di taman-taman tertentu dirancang tempat duduk/gazebo-gazebo kecil • Taman dilengkapi air mancur.

KONDISI FISIK MENURUN, CEPAT LELAH, GERAKAN DAN REFLEKSI LAMBAN

• Selaras penghubung ( digunakan pada saat hujan atau panas )

• Disediakan ramp di taman-taman untuk pengguna kursi roda, lebar pintu baik di hunian maupun fasilitas lain besar untuk memungkinkan masuknya lansia dengan kursi roda tersebut

• Terdapat handrail yang membantu mereka pada saat-saat tertentu

• Jalan dibuat dengan ramp yang landai dan untuk tangga dibrikan bordes setiap 900cm (pada jarak tertentu disediakan tempat duduk )


(57)

• Pemilihan bahan/material yang tidak licin dan berbahaya • Penerangan harus baik.

PELUPA, PIKUN, CEPAT STRESS

• Pola perletakan massa terpusat tidak membingungkan

• View terbuka; dapat terlihat beberapa view sekaligus dari 1 tempat • Bentukan taman atau ruang terbuka yang asimetris

TERITORI

• Penempatan lansia 2 orang dalam 1 kamar dengan lemari terpisah • Penzoningan yang jelas antar zona public, semi publik dan private.

TIDAK SUKA TERASING DARI MASYARAKAT

• Unit hunian ditempatkan cukup dekat dengan rumah-rumah para pengelola • Ruang terbuka yang dapat diakses oleh kelompok masyarakat diluar lansia.

AKTUALISASI DIRI

• Fasilitas yang dapat memenuhi kegiatan lansia

• Kebebasan untuk memilih kegiatan yang sesuai dengan hobi dan kemampuan masing-masing.

KESAN TERHADAP WARNA TERTENTU

• Untuk ruang tidur lansia dihindari ( terutama pada plafon ) warna yang menyilaukan seperti putih karena daya pantulnya besar dan memberikan kesilauan, warna yang dipilih adalah warna dengan daya pantul sekitar 65%-80%, seperti hijau muda, kuning kehijauan atau jingga.

KESIMPULAN

1) Kompleks Hunian Warga Lansia merupakan suatu wujud aspek sosial yang diterapkan dalam bentuk nyata, dan merupakan wujud penggabungan dari sikap, rasa tanggung jawab dan rasa penghargaan terhadap sesama makhluk sosial secara umum dan manusia lanjut usia secara khusus.

2) Pemilihan suatu site merupakan salah satu factor yang penting dalam merancang suatu hunian bagi lansia yang dihubungkan dengan kenyamanannya baik secara fisik maupun psikologi.

3) Sarana pendukung sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan lansia yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas lansia tersebut.


(58)

4) Perlu adanya pengkajian yang lebih menitikberatkan kepada aspek perilaku dalam merancang Kompleks lansia.

5) Penzoningan / tata letak bangunan harus jelas berdasarkan fungsi dan penggunaannya. 3.4. Studi Banding Tema Sejenis

3.4.1. Els Colors Kindergarten Arsitek : RCR Arquitectes

Memamerkan sebuah kesederhanaan di dalam komposisi yang dicapai lewat penempatan berdampingan bagian-bagian yang dibedakan dengan warna. Kelas, area umum, dan café di sebar melewati dua persegi empat, dengan level yang sama, yang di hubungkan dengan sebuah gang yang berada di tengahnya,dan juga memberikan akses ke ruang terbuka di dalam bangunan. Baja digunakan untuk elemen struktur vertikal, beton untuk elemen horizontal, dan kaca-kaca berwarna merah, jingga, dan kuning yang transparan digunakan untuk dinding, yang membantu menciptakan sebuah lingkungan yang menyenangkan, dimana imajinasi anak-anak dapat tumbuh dengan lebih ekspresif dan liar.


(59)

3.4.2. Toyama Children Center

Tomaya terletak di tengah garis pantai Jepang yang kaya akan air dan pemandangan indah. Luas area sekitar 4.247 km2 (atau sekitar 1 %dari total wilayah Jepang). Dengan jumlah penduduk 1.125.000 jiwa.

Gambar 3.3 Peta Lokasi Toyama Children Center Gambar 3.2 Gang kecil sebagai sirkulasi horizontal ( double loaded)

Gambar 3.4 Kondisi Pedesterian di Lokasi Toyama Children


(60)

Lokasi site Toyama Children Center yang berada pada daerah yang cukup hijau dan sejuk menjadi daya tarik tersendiri. Dan juga terdapat akses-akses jalan menuju bangunan yang cukup bagus dan juga sangat manusiawi untuk skala anak-anak.

Kesimpulan dari studi banding Toyama Children Center adalah secara umum seluruh komposisi dan dimensi dalam desain ini menggunakan skala anak-anak. Sesuai dengan sasaran pengguna adalah anak-anak pra-sekolah. Bentuk dasar bangunan adalah berupa bentuk silinder dan juga tabung yang merupakan bentuk-bentuk yang tegas dan disukai oleh anak-anak.

3.4.3. Nursing Home,Surabaya

Panti Wreda di Surabaya ini merupakan proyek milik yayasan swasta yang bergerak dalam bidang sosial. Fasilitas yang dirancang meliputi ruang lobby, area resepsionis, galeri seni, ruang tunggu klinik, ruang dokter, ruang periksa umum, ruang perawatan, ruang konsultasi, area suster, ruang makan / ruang santai, dan ruang kegiatan bersama. Dalam hal ini perancangannya akan terdiri dari perpaduan bentuk massa seperti lingkaran, persegi panjang dan bujur sangkar, yang dikomposisikan sedemikian rupa, sehingga menjadi bentukan yang dinamis. Selain itu dipadukan dengan bentukan-bentukan vertikal dan horizontal untuk membentuk identitas suatu ruang dengan penggunaan warna-wama natural.


(61)

BAB IV

ANALISA


(62)

BAB IV

ANALISA

4.1. Analisa Eksisting

4.1.1. Analisa Lokasi (Posisi Site Terhadap Kota-Kawasan Lingkungan).

Tabel 4.1 Kriteria Kota Medan

4.1.2. Kondisi Eksisting Lahan.

Lokasi proyek yang sebagai Elderly House Medan, terletak di Kota Medan yang merupakan ibukota Propinsi Sumatera Utara daerah pusat WPP E Sumatera.Dipilih WPP E Karena memenuhi syarat untuk Elderly House. Berada pada daerah pengembangan pusat kota yang terletak di Kecamatan Medan Tuntungan dengan pusat pengembangannya daerah Sei Sikambing Medan. Letak geografis kota Medan berada pada 2o27’-2o47’ lintang utara dan 98o35’-98o44’ bujur timur. Berada 2.5-37.5 meter diatas permukaan laut. Topografi site datar (tidak berkontur), iklim tropis dengan suhu minimum antara 23.3oC-24.4oC dan suhu maksimum antara 30.7oC-33.2oC. Lokasi berada di Medan Tuntungan . Dengan jalan protokol yaitu Jalan. Jamin Ginting Medan.


(63)

4.1.3. Tata Guna Lahan.

4.1.3.1. Peruntukan Lahan

• Lokasi Tapak : Jln. Flamboyan,Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan, Sumatera Utara , Indonesia.

• Luas Lahan : + 2 Ha (+ 20.000 m2)

• Kontur : sedikit berkountur

• KDB : 60 %

• KLB : 3-5 lantai

C. PDAM & Pemukiman B. Vegetasi

A. Sungai D. Sungai dan Vegetasi

A

D

B

C


(64)

Di dalam RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kotamadya Medan), lokasi yang berada di daerah Jalan Jamin Ginting, Kecamatan Medan Tuntungan, masuk kedalam WPP E (Wilayah Pengembangan Pembangunan E) dengan Sei sikambing sebagai pusat Kawasan pemukiman, perdagangan, dan rekreasi dengan program kegiatan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan. Sebagai kawasan rekreasi dan kesehatan , lokasi ini sangat potensial untuk dibangunnya bangunan yang bersifat rekreatif dan hiburan sebagai wadah pengembangan kesehatan kota Medan.

Peta tata Guna Lahan dalam radius 500 meter :

Gbr. 4.2.Peta Tata Guna

Danau Buatan

Kantor & Pemukiman

Fasilitas Umum dan Pemukiman

Komersial


(65)

4.1.4. Batas Site.

BATAS UTARA

Berbatasan dengan sungai dan pepohonan.

BATAS TIMUR

Berbatasan dengan sungai dan pepohonan.

BATAS BARAT

Berbatasan dengan lahan kosong dan pepohonan.

BATAS SELATAN

Berbatasan dengan pepohonan.


(66)

4.1.5. Sarana dan Prasaran

4.1.5. Eksisting Bangunan Sekitar Site

Komersil PDAM

Pemukiman

Komersil &

Pemukiman Pemukiman


(67)

4.2. Analisa Potensi dan Kondisi Site. 4.2.1. Analisa Sirkulasi

Sirkulasi Kendaraan

Gbr.4.5.Analisa sirkulasi kendaraan

SITE

B

A

Arus lalu lintas padat Arus lalu lintas sedang

Sirkulasi kendaraan tidak terlalu tinggi, sehingga tidak ada kemacetan pada lokasi site.


(68)

4.2.2. Analisa Pencapaian

Gbr.4.6.Analisa pencapaian

Jl.Tuntungan.dapat diakses melalui jalan protokol yaitu jamin ginting.

Pencapaian yang diakses melalui jalan Jamin Ginting.P.Bulan SITE

Pencapaian menuju lokasi proyek dapat dicapai dengan beragam moda transportasi yang ada di kota Medan baik melalui angkutan pribadai maupun angkutan umum.


(69)

4.2.3. Analisa View

4.2.3.1. View Ke luar

Gbr.4.7.Analisa view ke luar View pada bagian ini cukup baik karena mengarah ke sungai dan dan vegetasi

View pada bagian ini cukup baik karena mengarah ke sungai .

View pada bagian ini cukup baik karena mengarah ke vegetasi.

View pada bagian ini cukup baik karena mengarah ke vegetasi dan danau buatan


(70)

4.2.3.2. View Ke Dalam

Gbr.4.8.Analisa view ke dalam

Pada view ini

sebaiknya dimaksimalkan

bukaan agar udara dapat mengalir

Pada view ini merupakan entrance utama jadi bentuk fasad harus diperhatikan lebih b ik l i

Pada view ini juga harus dimaksimalkan bukaan karena langsung menghadap ke danau.

Pada view ini bukaan juga dimaksimalkan karena berada di utara yang merupakan jalur


(71)

4.2.4. Analisa Vegetasi

Gbr.4.9.Analisa vegetasi 4.2.5. Analisa Kebisingan

Seluruh area site ditanami dengan vegetasi berupa pohon rindang dan tanaman perdu.Hal ini dilakukukan agar site terasa lebih nyaman dan segar serta asri Dan

Tingkat kebisingan cukup tinggi disebabkan Jl.ini merupakan jalan protokol dan dilalui oleh dua arah.

Tingkat Kebisingan rendah,rendahnya kendaraan yang melintas

Tingkat kebisingan

Tingkat

kebisingan


(72)

4.2.6. Analisa Matahari

Tanggapan:

• Pada sisi bangunan barat dan timur lebih banyak mengunakan shading daripada bagian utara dan selatan.

• Vegetasi eksisting dapat mengurangi

teriknya sinar matahari.

• Sisi bangunan yang di sebelah

timu-barat harus lebih kecil dimensinya untuk mengurangi bidang penyerapan panas matahari.


(73)

4.3. Analisa Bangunan 4.3.1. Bentuk

Analisa bentuk bangunan adalah suatu penganalisaan terhadap karakter maupun visualisasi yang akan ditampilkan pada bangunan. Bentuk merupakan penghubung ruang dalam dengan lingkungan luar bangunan. Bentuk terdiri atas elemen-elemen seperti ukuran, warna, tekstur, posisi, orientasi, dan massa. Semua elemen ini bertujuan untuk mewujudkan citra dan tampilan bentuk bangunan.

Jenis bentuk yang dapat diterapkan dalam rancangan, sebagai berikut :

a. Segitiga, bentuk yang dapat menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika diletakkkan berdiri pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila terletak dalam posisi yang tepat pada suatu keseimbangan, atau menjadi tidak stabil dan cenderung jatuh ke salah satu sisinya. Bujur sangkar, bentuk yang menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk ini merupakan bentuk yang statis dan netral serta tidak memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar.

b. Seperti segitiga, bujur sangkar bila berdiri pada salah satu sisinya tampak stabil dan dinamis bila berdiri pada salah satu sudutnya.

c. Lingkaran, bentuk yang terpusat. Berarah ke dalam dan pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya. Penempatan sebuah lingkaran pada suatu bidang akan memperkuat sifat dasarnya sebagai poros. Menempatkan garis lurus atau bentuk-bentuk bersudut lainnya atau unsur menurut arah kelilingnya, dapat menimbulkan perasaan gerak putar yang kuat.

Kriteria Bentuk Dasar Bangunan

Kesesuaian Bentk Site Baik Baik Kurang Baik Orientasi Bangunan Baik, Orientasi Jelas Baik, Orientasi ke

Segala Arah

Tidak Jelas

Efisiensi Ruang Efisien Kurang Efisien Tidak Efisien Efisiensi Struktur dan

Konstruksi Bangunan


(74)

Tabel 4.2 Kriteria Bentuk Bangunan

KELUARAN: Berdasarkan faktor-faktor di atas adanya penggabungan beberapa bentuk sesuai dengan analisa lingkungannya, yaitu penggabungan antara bentuk persegi, lingkaran, dan segi dengan pertimbangan kelebihan dan kekurangannya.

4.4. Analisa Non Fisik 4.4.1. Analisa Pemakai

Pengelompokkan para lansia penghuni “Elderly House” akan dibedakan berdasarkan 2 faktor, yaitu:

A. Berdasarkan jenis kelamin 1) Laki-laki

 Lansia laki-laki disatukan dengan lansia laki-laki dibeberapa unit hunian, kecuali pada lansia tipe non-mandiri dimana laki-laki dan perempuan disatukan dalam 1 unit hunian tetapi dibedakan ruang tidurnya.

 Disediakan banyak lahan kosong di sekitar unit hunian bagi para lansia laki-laki untuk mereka berkebun ataupun beternak.

2) Perempuan

 Lansia perempuan disatukan dengan lansia perempuan yang lainnya pula, mereka biasanya lebih banyak bekerja di dalam ruangan sehingga ruang dalam yang disediakan lebih besar dibandingkan ruang dalam untuk pria, dapur untuk mereka memasak sehari-hari dilengkapi dengan tempat duduk untuk mereka bekerja di dapur dan peralatan dan standart dimensi perabotan khususnya di dapur disesuaikan dengan kebutuhan para lansia.

 Hunian lansia perempuan relatif dekat dengan gedung workshop sehingga mereka bisa dengan mudah bekerja seperti : menjahit, menyulam, dll.

 Terdapat jalan-jalan yang digunakan secara ‘insidentil’ antar unit hunian terdekat.

 Disediakan berada tempat para lansia mengobrol atau berinteraksi di saat-saat santai.

Kesan yang Ingin Dicapai

Baik Baik Kurang Baik


(75)

B. Berdasarkan tingkat kesehatan fisik 4) Tipe Mandiri

Lansia masih sanggup melaksanakan aktifitas sehari-hari sendiri dan masih dapat berkarya atau mempunyai kegiatan tertentu.

Interaksi antar sesame lansia maupun dengan para petugas Griya Lansia tinggi.

5) Tipe Semi Mandiri

Lansia masih dapat melaksanakan beberapa aktifitas sehari-hari sendiri hanya perlu bantuan untuk saat-saat tertentu saja, seperti mandi, mencuci, berjalan-jalan di taman, dll.

Kesehatannya kurang baik, penglihatan dan pendengarannya sudah kurang baik, karena itu butuh pengawasan yang agak ketat.

Menggunakan alat bantu tongkat atau kursi roda. 6) Tipe Non Mandiri

Tidak dapat melakukan aktifitas apapun secara mandiri, karena itu dibutuhkan tenaga perawat 1X24 jam.

Seluruh aktifitasnya sehari-hari dilakukan di dalam ruangan atau di ruang tidur masing-masing.

Menggunakan alat bantu tempat tidur dorong Rawan terhadap penyakit.

4) Tanggapan Terhadap 3 Tipe Lansia yang dibedakan menurut tingkat kesehatan fisik :

5) TIPE MANDIRI

Pada masing-masing kamar terdapat 2 lemari yang terpisah, tiap ruang tidur terdapat 1 kamar mandi di dalam untuk memudahkan lansia buang air di malam hari.

Ruang interaksi yang disediakan cukup besar, sedangkan ruang tidurnya tidak terlalu besar karena 60% kegiatan sehari-hari mereka dilakukan di luar ruangan.


(76)

Dimensi ruang tidur relative besar, disediakan ‘space’ khusus untuk melekatkan alat-alat bantu seperti : kursi roda, kaca mata, tongkat, di dekat tempat tidur.

Ruang untuk sirkulasi relative besar, minimal 1.60 meter (untuk berpapasan 2 kursi roda)

Perabotan seperti meja, lemari, kaca dirancang tidak terlalu tinggi, dapat dijangkau sambil duduk dengan kursi roda.

Tidak ada ruang menyudut dan pintu yang bersebelahan langsung

Zona ruang tidur dipisahkan dari zona ruangan lainnya karena ruang tidur membutuhkan ketenangan ekstra, karena sehari-hari lansia beraktifitas di dalam ruangan / kamar (60% di kamar)

Penerangan di kamar dimaksimalkan, tetapi untuk penerangan alami dirancang bukaan yang tidak langsung menghadap matahari untuk menghindari silau, namun bukaan/jendela yang menghadap utara dan selatan cukup besar, agar kamar tidak lembab, sedangkan bukaan yang menghadap barat bukaan diminimalkan untuk menghadapi matahari sore yang silau dan kurang baik bagi kesehatan.

Perbedaan ketinggian lantai diminimalkan agar mudah dilalui kursi roda dan meminimalkan kecelakaan ( terjatuh )

Disetiap unit hunian terdiri dari 6 kamar yang dihuni oleh 2 orang, terdapat 1 ruang tidur perawat untuk 2 orang perawat dilengkapi 1 kamar mandi, perawat ini berganti sift 1X24 jam, perawat bertugas membersihkan ruangan dan membantu penghuni melaksanakan kegiatan tertentu yang tidak dapat dilakukannya sendiri.

Dari ruang tidur ke kamar mandi terdapat pegangan tangan atau ‘handrail’ di sepanjang dinding penghubungnya, hal ini akan sangat membantu lansia, demikian pula pada setiap sisi dinding di dalam kamar mandi tersebut.

Kamar Mandi :

Bahan lantai : keramik yang tidak licin

Kloset duduk ( digunakan juga saat mandi oleh lansia )

Tinggi kloset 60 cm dari lantai

Tinggi bak mandi 80 cm, 45 cm dari lantai diisi semen, 35 cm air. Keran yang digunakan adalah keran putar


(77)

Disediakan jalan-jalan terpendek antar unit hunian dengan unit hunian lainnya ataupun unit hunian dengan fasilitas yang ada.

Peletakan massa Tipe Anggrek dan Tipe Mawar berada di pusat kegiatan yaitu di dekat Fountain, Musholla, Ruang makan, Dapur Umum dan Ruang Bersama.

Untuk segi pengawasan agar lansia mudah mencari jalan pulang ke unit huniannya maka peletakan massanya dibuat cluster, sebagai penanda Tipe Mawar adalah adanya sarang burung yang besar, sedangkan Tipe Anggrek adalah adanya menara air yang tinggi.

Jalan-jalan primer dan skunder menggunakan penutup ( atap ) sebagai selasar untuk melindungi pejalan kaki dari hujan ataupun panas. Jalan primer menggunakan bahan fiber sedangkan jalan skunder menggunakan pergola yang ditanami pohon anggur, sehingga selain dapat dijadikan sebagai penghubung antar unit, sebagai tempat duduk-duduk tanpa terkena panas langsung, pergola yang memberi kesan alami ini juga dapat menghasilkan buah anggur untuk dijual.

Ruang makan dipisahkan dengan ruang TV, hal ini untuk menghindari terjadinya tersedak jika para lansia makan sambil menonton TV.

Kelompok Tipe Semi Mandiri (Tipe Melati) didekatkan dengan pos-pos pengawas agar mudah dikontrol.

Jalan penghubung antar bangunan fungsi public dengan unit hunian ( jalan Primer ) berdimensi 3m, hal ini dikarenakan lansia menyukai untuk waktu tertentu, material yang digunakan adalah material conblock yang kasar dan terdapat celah untuk ditumbuhi tanaman yang dapat menyerap air hujan, sehingga jalan tersebut tidak licin, sedangkan untuk jalan skunder dipilih material batu kali pecah. Letak hunian relatif dekat letak fasilitas kesehatan dan kebugaran.

TIPE NON MANDIRI

7) Jumlah penghuni non-mandiri kurang lebih 10% dari total jumlah penghuni, karena itu unit yang disediakan hanya sebanyak 1 unit, ruang tidur sebanyak 4 kamar yang masing-masing dihuni 2 orang.

8) Dimensi kamar dan kamar mandi relative lebih besar karena diperlukan ‘space’ untuk perawat.


(1)

6.1.7. Rencana Elektrikal


(2)

(3)

6.1.9. Rencana Kebakaran


(4)

(5)

6.2. Maket


(6)

DAFTAR PUSTAKA

D.K..Chink, Francis, Arsitektur Bentuk, Ruang dan Susunannya, Penerbit Erlangga, Jakarta

De Chiara, John, Joseph & Callender, (1973), Times Saver Standard For Building Type, Mc Graw Hill Book Company, New York.

Neufert, Ernst, (1997), Data Arsitek Jilid 1 Edisi 33, Terjemahan Sunarto Tjahjadi, PT. Erlangga, Jakarta.

Neufert, Ernst, (1997), Data Arsitek Jilid II Edisi 33, Terjemahan Sunarto Tjahjadi, PT. Erlangga, Jakarta.

Medan Dalam Angka, 2006

Laporan Tugas Akhir : Gedung Pertunjukan Seni di Medan, Fakultas Teknik, Arsitektur USU, Medan 2005.

Laporan Tugas Akhir : Galeri Seni Kontemporer di Medan, Fakultas Teknik, Arsitektur USU, Medan 2006.

Oxford Advanced Learner’s dictionary

WJS Poerwadarminta, (1976), Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka