5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Anatomi dan Fisiologi Apendiks Apendiks merupakan organ berbentuk tabung dimana bentuk
lumennya menyempit pada bagian proksimal dan melebar pada bagian distal, panjangnya kira-kira 10 cm kisaran 3-15 cm dengan panjang rata-
rata apendiks adalah 8-10 cm berkisar 2-20 cm dan berpangkal di sekum. Apendiks muncul selama bulan kelima masa gestasi dan beberapa folikel
limfoid tersebar di mukosanya. Folikel limfoid tersebut meningkat jumlahnya ketika individu berusia 8-20 tahun. Lapisan otot apendiks
terbagi menjadi dua, bagian luar berbentuk longitudinal sedangkan bagian dalamnya berbentuk sirkular, diantara kedua lapisan otot tersebut terdapat
lapisan submukosa yang terdiri dari jaringan limfoepitelial. Lapisan mukosanya terdiri dari epitel kolumnar dengan beberapa kelenjar dan sel
argentaffin neuroendokrin.
1,3
Bentuk anatomis apendiks pada bayi berbentuk kerucut, lebar pada bagian proksimal dan menyempit pada bagian distal. Keadaan ini dapat
menjadi sebab rendahnya insidensi apendisitis pada bayi. Pada bayi dan anak, dinding apendiks masih belum sempurna oleh karena lumen
apendiks yang masih tipis dan omentum yang belum berkembang. Sedangkan pada lansia, lumen apendiks umumnya tidak dapat ditemukan
karena lumen apendiks seringkali sudah tertutup sepenuhnya.
1,9
Sebagian besar yaitu sekitar 65, letak apendiks di intraperitoneal yang memungkinkan apendiks bergerak dengan ruang gerak yang
bergantung pada panjang mesoapendiks. Selain itu, letak apendiks ada yang di retroperitoneal yaitu dibelakang sekum, dibelakang kolon asenden,
6
7
Pada jaringan apendiks, arteri apendiks terdapat di dalam lipatan mesenterika, yang merupakan cabang terminal dari arteri ileokolika dan
berjalan berdekatan dengan dinding apendiks. Suplai darah apendiks berasal dari arteri apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral.
Jika terjadi sumbatan pada arteri tersebut, misalnya karena trombosis pada infeksi, apendiks dapat menjadi gangrene. Drainase vena apendiks melalui
vena ileokolika dan vena kolik kanan ke vena portal, dan drainase limfatik apendiks terjadi melalui nodus ileokolika sepanjang perjalanan
mesenterika arteri superior ke kelenjar celiac dan cisterna chyli.
1,3
Dalam sehari mukus yang dihasilkan jaringan apendiks sekitar 1-2 mL. Pada keadaan normal, mukus tersebut mengalir ke dalam lumen dan
menuju sekum. Aliran mukus yang terhambat pada muara apendiks berperan pada patogenesis apendisitis.
1
GALT Gut Associated Lymphoid Tissue mensekresikan IgA pada jaringan apendiks, dimana IgA sangat efektif sebagai proteksi terhadap
infeksi. Namun, sistem imun tubuh tidak terlalu dipengaruhi dengan pengangkatan jaringan apendiks karena jumlah jaringan limfoid pada
apendiks hanya sebagian kecil dari jumlah jaringan limfoid yang ada di sepanjang saluran cerna dan seluruh tubuh.
1
2.1.2. Apendisitis Akut 2.1.2.1. Epidemiologi
Insidensi apendisitis akut kian menurun dalam tiga-empat dasawarsa terakhir ini. Penurunan ini terjadi karena semakin meningkatnya
konsumsi makanan berserat pada penduduk dalam menu makanan sehari- harinya.
1
Setiap tahunnya di Amerika Serikat, dilaporkan sebanyak 250.000 kasus yang mewakili 1 juta pasien. Sejak akhir tahun 1940,
insiden apendisitis akut terus menurun dan kejadian tahunan saat ini adalah 10 kasus per 100.000 penduduk. Apendisitis terjadi pada 7 dari
penduduk AS, dengan kejadian 1,1 kasus per 1000 orang per tahun.