Tujuan Penelitian Hubungan Skor Alvarado Dengan Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi Pada Pasien Apendisitis Akut di RSUD Serang Tahun 2013. 2014

7 Pada jaringan apendiks, arteri apendiks terdapat di dalam lipatan mesenterika, yang merupakan cabang terminal dari arteri ileokolika dan berjalan berdekatan dengan dinding apendiks. Suplai darah apendiks berasal dari arteri apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika terjadi sumbatan pada arteri tersebut, misalnya karena trombosis pada infeksi, apendiks dapat menjadi gangrene. Drainase vena apendiks melalui vena ileokolika dan vena kolik kanan ke vena portal, dan drainase limfatik apendiks terjadi melalui nodus ileokolika sepanjang perjalanan mesenterika arteri superior ke kelenjar celiac dan cisterna chyli. 1,3 Dalam sehari mukus yang dihasilkan jaringan apendiks sekitar 1-2 mL. Pada keadaan normal, mukus tersebut mengalir ke dalam lumen dan menuju sekum. Aliran mukus yang terhambat pada muara apendiks berperan pada patogenesis apendisitis. 1 GALT Gut Associated Lymphoid Tissue mensekresikan IgA pada jaringan apendiks, dimana IgA sangat efektif sebagai proteksi terhadap infeksi. Namun, sistem imun tubuh tidak terlalu dipengaruhi dengan pengangkatan jaringan apendiks karena jumlah jaringan limfoid pada apendiks hanya sebagian kecil dari jumlah jaringan limfoid yang ada di sepanjang saluran cerna dan seluruh tubuh. 1 2.1.2. Apendisitis Akut 2.1.2.1. Epidemiologi Insidensi apendisitis akut kian menurun dalam tiga-empat dasawarsa terakhir ini. Penurunan ini terjadi karena semakin meningkatnya konsumsi makanan berserat pada penduduk dalam menu makanan sehari- harinya. 1 Setiap tahunnya di Amerika Serikat, dilaporkan sebanyak 250.000 kasus yang mewakili 1 juta pasien. Sejak akhir tahun 1940, insiden apendisitis akut terus menurun dan kejadian tahunan saat ini adalah 10 kasus per 100.000 penduduk. Apendisitis terjadi pada 7 dari penduduk AS, dengan kejadian 1,1 kasus per 1000 orang per tahun. 8 Sedangkan di negara Asia dan Afrika, kejadian apendisitis akut lebih rendah karena letak geografinya dan penduduknya yang memiliki kebiasaan untuk memakan makanan berserat. 3 Di Indonesia, apendisitis menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainnya. Berdasarkan data di RSUD Serang tahun 2013 terdapat 18.167 pasien di Instalasi Gawat Darurat, dengan kasus kegawatan bedah abdomen sebanyak 429 kasus dimana kasus apendisitis akut merupakan kasus kegawatan bedah abdomen akut tertinggi yaitu sebanyak 224 kasus. 10 Apendisitis dapat terjadi pada semua kelompok usia, mulai dari bayi, anak, remaja, dewasa, hingga lansia. Menurut buku ajar ilmu bedah, insidensi tertinggi apendisitis akut terjadi pada kelompok usia dewasa yaitu usia 20-30 tahun dan akan berkurang pada usia selanjutnya. Hasil studi Ivan di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2009 melaporkan bahwa distribusi usia kejadian apendisitis akut terbanyak ada pada kelompok usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 21 orang dari 60 sampel 35, sedangkan untuk distribusi kejadian apendisitis akut terendah ada pada kelompok usia diatas 61 tahun yaitu sebanyak 2 orang 3.3. Penelitian di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2009-2011, kelompok usia terbanyak menderita apendisitis akut adalah kelompok usia remaja dan dewasa yaitu kelompok 15-24 tahun sebanyak 38,7, dan di tempat kedua adalah kelompok 25-44 tahun sebanyak 34,8. 1,11,12 Untuk pasien anak, apendisitis akut sering terjadi pada rentang usia 6-10 tahun dan 50-85 kasus apendisitis akut pada anak baru diketahui setelah terjadi perforasi. Tingginya kejadian perforasi apendiks pada anak disebabkan oleh dinding apendiks yang belum sempurna dimana lumen apendiks masih tipis, omentum belum berkembang, dan daya tahan tubuh yang belum sempurna dapat membuat proses perforasi berlangsung cepat. Selain itu, pasien anak biasanya kurang mampu untuk menggambarkan rasa nyeri yang timbul sehingga memperlambat waktu untuk diagnosis. Keadaan ini juga dapat terjadi pada pasien lansia dimana dilaporkan kejadian perforasi apendiks sekitar 60. Hal ini disebabkan