Bagi Peneliti Manfaat Penelitian

8 Sedangkan di negara Asia dan Afrika, kejadian apendisitis akut lebih rendah karena letak geografinya dan penduduknya yang memiliki kebiasaan untuk memakan makanan berserat. 3 Di Indonesia, apendisitis menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainnya. Berdasarkan data di RSUD Serang tahun 2013 terdapat 18.167 pasien di Instalasi Gawat Darurat, dengan kasus kegawatan bedah abdomen sebanyak 429 kasus dimana kasus apendisitis akut merupakan kasus kegawatan bedah abdomen akut tertinggi yaitu sebanyak 224 kasus. 10 Apendisitis dapat terjadi pada semua kelompok usia, mulai dari bayi, anak, remaja, dewasa, hingga lansia. Menurut buku ajar ilmu bedah, insidensi tertinggi apendisitis akut terjadi pada kelompok usia dewasa yaitu usia 20-30 tahun dan akan berkurang pada usia selanjutnya. Hasil studi Ivan di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2009 melaporkan bahwa distribusi usia kejadian apendisitis akut terbanyak ada pada kelompok usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 21 orang dari 60 sampel 35, sedangkan untuk distribusi kejadian apendisitis akut terendah ada pada kelompok usia diatas 61 tahun yaitu sebanyak 2 orang 3.3. Penelitian di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2009-2011, kelompok usia terbanyak menderita apendisitis akut adalah kelompok usia remaja dan dewasa yaitu kelompok 15-24 tahun sebanyak 38,7, dan di tempat kedua adalah kelompok 25-44 tahun sebanyak 34,8. 1,11,12 Untuk pasien anak, apendisitis akut sering terjadi pada rentang usia 6-10 tahun dan 50-85 kasus apendisitis akut pada anak baru diketahui setelah terjadi perforasi. Tingginya kejadian perforasi apendiks pada anak disebabkan oleh dinding apendiks yang belum sempurna dimana lumen apendiks masih tipis, omentum belum berkembang, dan daya tahan tubuh yang belum sempurna dapat membuat proses perforasi berlangsung cepat. Selain itu, pasien anak biasanya kurang mampu untuk menggambarkan rasa nyeri yang timbul sehingga memperlambat waktu untuk diagnosis. Keadaan ini juga dapat terjadi pada pasien lansia dimana dilaporkan kejadian perforasi apendiks sekitar 60. Hal ini disebabkan 9 oleh karena pada pasien lansia telah terjadi perubahan anatomi apendiks yaitu lumen apendiks menyempit, terjadi arteriosklerosis sehingga sering menimbulkan gejala yang tidak spesifik dan keterlambatan diagnosis. 1,3 Berdasarkan jenis kelamin, kejadian apendisitis akut umumnya sama antara laki-laki dan perempuan. Namun, pada laki-laki dewasa usia 20-30 tahun insidensi apendisitis akut lebih tinggi yaitu 1.4 kali lebih besar. Rasio perbandingannya antara laki-laki dan perempuan adala 3 : 2. Sedangkan menurut buku ajar patologi, rasio kejadian apendisitis akut antara laki-laki dan perempuan yaitu 1.5 : 1. 1,5 Pada penelitian di Liaquat University Hospital Hyderabad, Pakistan tahun 2003-2004 melaporkan bahwa dari 227 pasien apendisitis akut yang diteliti terdiri dari 150 pasien laki-laki 66.07 dan 77 pasien perempuan 33.92 dengan rata-rata usianya 20.47 tahun. 13 Hal ini sesuai juga dengan hasil penelitian di teaching hospital, India Tengah tahun 2009-2010 melaporkan dari 200 pasien apendisitis akut terdiri dari 112 pasien laki-laki 56 dan 88 pasien perempuan 44 dengan rata-rata usianya 29.12 tahun dan rasio insidensi apendisitis akut antara laki-laki dengan perempuan adalah 1.27 : 1. 14 Angka mortalitas apendisitis secara keseluruhan 0,2-0,8 yang disebabkan oleh komplikasi pada intervensi bedah dan keterlambatan diagnostik. Pada pasien anak, angka mortalitasnya 0,1-1, pada pasien dengan usia lebih dari 70 tahun, angka mortalitasnya diatas 20, hal ini terjadi terutama karena keterlambatan diagnostik dan terapi. 3 2.1.2.2 Etiologi Apendisitis akut umumnya terjadi karena adanya infeksi bakteri. Ada berbagai keadaan yang berperan sebagai faktor pencetusnya. Lumen apendiks yang tersumbat merupakan faktor pencetus terjadinya apendisitis akut. Keadaan yang dapat membuat sumbatan pada lumen apendiks yaitu hiperplasia jaringan limfe, adanya fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris pada jaringan apendiks. Selain itu, erosi pada mukosa apendiks