25
dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi pada pasien apendisitis akut dan analisa uji sensitifitas dan spesifisitas. Sebelumnya
dilakukan uji normalitas data dengan uji Kolmogorov Smirnov.
Tabel 3.1. Hasil Akhir Uji Diagnostik
Sumber : Sopiyudin, 2010.
Sensitifitas adalah kemampuan suatu pemeriksaan untuk mengidentifikasi secara benar orang-orang yang mempunyai
penyakit.
21
Spesitifitas adalah kemampuan suatu pemeriksaan untuk mengidentifikasi secara benar orang-orang yang tidak mempunyai
penyakit.
21
Parameter uji diagnostik adalah Sensitifitas
: aa+c Spesifisitas
: db+d Nilai duga positif
: aa+b Nilai duga negatif
: dc+d Akurasi
: a+d Status Penyakit
Total Positif
Negatif Hasil Uji
Positif A
B A+B
Negatif C
D C+D
Total A+C
B+D N
26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1.1. Prevalensi Kasus Gawat Bedah Abdomen di Poli Bedah RSUD Serang
Tahun 2013
Tabel 4.1.1. Prevalensi Kasus Gawat Bedah Abdomen di Poli Bedah RSUD Serang Tahun 2013
Variabel Frekuensi Persentase
Kasus Gawat Bedah Abdomen 429
30.13 Bukan Kasus Gawat Bedah Abdomen
995 69.87
Total 1424
100.0
Berdasarkan tabel 4.1.1. dari 1424 pasien yang datang ke poli bedah, sebanyak 429 pasien 30.13 adalah pasien dengan kasus gawat
bedah abdomen.
4.1.2. Prevalensi Apendisitis Akut di Poli Bedah RSUD Serang Tahun 2013
Tabel 4.1.2. Prevalensi Apendisitis Akut di Poli Bedah RSUD Serang Tahun 2013
Variabel Frekuensi
Persentase Apendisitis Akut
224 52.2
Bukan Apendisitis Akut 205
47.8 Total
429 100.0
Dari tabel 4.1.2. didapatkan bahwa prevalensi apendisitis akut sebanyak 224 pasien 52.2 dari 429 kasus gawat bedah abdomen di poli
bedah RSUD Serang tahun 2013.
27
4.1.3. Karakteristik Subjek Pasien Apendisitis Akut di RSUD Serang Tahun 2013
Jumlah pasien apendisitis akut di RSUD Serang tahun 2013 sebanyak 224 pasien, terdapat 113 pasien tereksklusi karena pada data
rekam medis tidak ada hasil skor Alvarado dan tidak ada hasil pemeriksaan patologi anatomi jaringan apendiks, sehingga jumlah pasien
yang diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak 111 pasien. Tabel 4.1.3. Karakterisitik Subjek Penelitian
Variabel Kategori
Median Q 25 - Q 75
Jumlah n
Persentase
Usia Tahun 5-14
24 17-33 23
20.7 15-24
37 33.3
25-44 41
36.9 45-64
8 7.2
65 2
1.8 Jenis
Kelamin Laki-laki
48 43.2
Perempuan 63
56.8 Skor
Alvarado Skor Alvarado
7 6 5-7
43 38.7
Skor Alvarado 7 68
61.3 Hasil
Pemeriksaan Patologi
Anatomi Radang Akut
94 84.7
Radang Kronik 17
15.3
Total 111
100
Berdasarkan uji normalitas data pada variabel usia dan skor Alvarado pada 111 pasien apendisitis akut di RSUD Serang tahun 2013
dengan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan nilai signifikansi p0.05 maka distribusi data penelitian tidak normal.
Hasil pengolahan data sekunder pada tabel 4.1.3. terhadap 111 sampel, diperoleh kelompok usia yang paling banyak menderita
28
apendisitis akut adalah kelompok usia 25-44 tahun sebanyak 37 orang 36,9 dan kelompok usia yang paling sedikit menderita apendisitis akut
adalah kelompok usia diatas 65 tahun sebanyak 2 orang 1.8. Hal ini sesuai dengan penelitian di Allied Hospital, Punjab Medical College
Faisalabad, Pakistan tahun 2009 yang melaporkan bahwa kejadian apendisitis akut terbanyak pada kelompok usia 21-30 tahun yaitu sebanyak
241 orang dari 500 sampel 48,2 dan kejadian apendisitis akut paling sedikit ada pada kelompok usia 61-70 tahun yaitu sebanyak 5 orang 1.
Selain itu, hasil ini juga sesuai dengan penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2009 yang menyatakan bahwa distribusi usia
kejadian apendisitis akut terbanyak pada usia kelompok 21-30 tahun yaitu sebanyak 21 orang dari 60 sampel 35, sedangkan untuk distribusi
kejadian apendisitis akut terendah ada pada kelompok usia diatas 61 tahun yaitu sebanyak 2 orang 3.3.
12
Hasil tersebut juga tidak jauh berbeda dengan penelitian pada tahun 2009-2011 di RSUD Tugurejo Semarang
yang menyatakan bahwa apendisitis akut banyak terjadi pada usia kelompok remaja dan dewasa, yaitu kelompok usia 15-24 tahun sebanyak
60 orang 38.7 dan kelompok usia 25-44 tahun sebanyak 54 orang 34.8.
11
Penelitian ini melaporkan bahwa insidensi tertinggi apendisitis akut terjadi pada usia dewasa yaitu dekade kedua dan sampai dekade
keempat. Hasil penelitian ini sesuai dengan buku Ajar Ilmu Bedah yang menyatakan bahwa puncak insidensi apendistis akut pada usia 20-30 tahun
dan berkurang pada usia selanjutnya. Secara anatomis, bentuk lumen apendiks yaitu menyempit pada bagian proksimal dan melebar pada bagian
distal. Namun, pada bayi bentuk lumen apendiks relatif lebar di bagian proksimal dan menyempit di bagian distal. Hal ini menjadi sebab
rendahnya insidensi apendisitis akut pada bayi.
1
Sedangkan pada lansia, rendahnya insidensi apendisitis akut disebabkan oleh lumen apendiks yang
seringkali ditemukan sudah tertutup sepenuhnya sehingga untuk gejala apendisitis akut sering samar dan baru didiagnosis setelah terjadi
perforasi.
1,9
Sesuai dengan penelitian di RSUD Tugurejo, Semarang tahun