Kebijakan Pengurus Dalam Perkembangan Pondok

memakai jilbab, rok panjang, memakai baju muslim dan tidak beloh menggunakan celana jens yang ketat. Kegiatan yang dilakukan oleh santri-santri pondok pesantren ini adalah pagi hari mereka sekolah formal bagi santri yang tidak sekolah formal harus pergi ke ladang dan sawah dan sore hari mereka belajar agama Islam atau sekolah madrasah. Untuk malam hari para santri diwajibkan untuk belajar yang dilakukan setelah shalat Isya’. Bagi santri yang hanya mondok saja mereka harus pergi ke sawah atau ladang yang telah disediakan oleh pihak Yayasan.

3. Kebijakan Pengurus Dalam Perkembangan Pondok

Kata kebijakan secara umum diartikan kerifan pengelola, dalam ilmu sosial diartikan sebagai dasar-dasar haluan menentukan langkah-langkah atau tindakan-tindakan dalam mencapai suatu tujuan sedangkan dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan kebijakan pengurus hasil dari musyawarah pengurus yayasan, keluarga dan tokoh masyarakat dalam mengembangkan pesantren. Berarti bentuk dasar yang digunakan oleh pengurus Pondok pesantren Qamarul Hidayah sebagai pegangan arah dalam pengambilan keputusan untuk memajukan pesantren kearah yang lebih baik. Eksistensi pondok yang seiring dengan berjalannya waktu terus mengalami perubahan kondisi, baik fisik yang berupa bangunan seperti gedung sekolah, asrama dan panti asuhan yang berasal dari pemerintah mau pun swasta dan hibah dari lembaga sosial atau organisasi masyarakat. Kibijakan-kebijakan yang ada di pesantren ini adalah hasil musyawarah para pengurus yayasan pendidikan Qamarul Hidayah. Kemudian disetujui oleh ketua yayasan, kebijakan- kebijakannya antara lain. Adminitrasikeuangan misalnya, setelah ada dana BOS Bantuan Operasional Sekolah biaya sekolah ditiadakan yang semula hanya membayar setengah atau separuh biaya sekolah setiap bulannya. 21 Di samping kebijakan yang bersifat adminitratif untuk para santri, pihak yaasan telah mengluarkan kebijkan bagi tenaga pendidik dan tenaga ahli yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang akan dididik, kebijakan- kebijakan tersebut adalah. 1. Tenaga pendidik untuk MI madrasah Ibtidaiyah minimal berpendidikan terakhir SLTA dan diperioritaskan MA. Namun setelah ada ketetapan pemerintah, maka diperioritaskan bagi berpendidikan terakhir sarjana atau strata satu. 2. Tenaga Pendidik tingkat SLTP berpendidikan terakhir DIII dan lebih diperioritaskan sarjana strata satu S1 bidang pendidikan 3. Untuk tenaga pengajar SMK baik itu SMEA dan STM berpendidikan terakhir sarjan strata satu S1 bidang pembangunan, manajemen, ekonomi, mesin, komputer, dan 4. Untuk tenaga adminitrasi di sekolah diserahkan kepada kepala masing-masing lembaga tersebut. 5. Tenaga pengajar MD, TPA dan TPQ adalah para alumni sendiri dan alumni dari pondok pesantren lain dari berbagai lulusan. 22 21 Bahrul Anwar, S. os, MM, Kepala sekolah SMEA, Wawancara Pribadi, Gondang, 16 Juli 2008 22 Bahrul Anwar, S. os, MM, Wawancara Pribadi

D. Fasilitas