Latar Belakang PKPA-PUSPA Respon Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Terhadap Program Pelayanan Sosial Oleh Pusat Kajian Dan Perlindungan Anak (PKPA)

Penegakan hak-hak anak dan perempuan sebagaimana dimaksud Konvensi Hak Anak KHA Konvensi Penghapusan Tindak Kekerasan Diskriminasi terhadap Perempuan KTP merupakan upaya terpenting melandasi PKPA menyelamatkan masa depan bangsa Indonesia.

4.2. Latar Belakang PKPA-PUSPA

Pada tahun 2001 PKPA mendirikan unit layanan pengaduan anak yang di berinama Pusat Layanan Informasi dan Pengaduan Anak PUSPA-PKPA. PUSPA merupakan unit layanan untuk memberikan perlindungan dan penanganan masalah anak diantaranya adalah korban kekerasan seksual seperti pelacuran paksa dikalangan anak-anak, traffiking untuk tujuan seksual, kekerasan fisikseksual anak di dalam rumah tangga, incest perkosaan dalam keluarga, anak yang berkonflik dengan hukum dan bentuk kekerasan lainnya. PUSPA sebagai sebuah pusat layanan informasi dan pengaduan juga membangun kerjasama antar institusi pemerintah dan non pemerintah di Sumatera Utara dalam mengatasi masalah-masalah terkait dengan anak juga mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan terbaik terhadap anak di Sumatera Utara. Layanan yang ada di unit PUSPA dapat di akses semua lapisan masyarakat luas terutama bagi keluarga ekonomi tidak mampu yang membutuhkan bantuan pendampingan baik secara litigasi dan non litigasi. Pada umumnya korban yang membutuhkan bantuan hukum ke PUSPA- PKPA membutuhkan penanganan serius dan perlindungan. Kondisi tersebut diatas apabila tidak cepat ditangani akan menambah permasalahan dan mengganggu kehidupan anak dikemudian hari. Dengan didirikannya unit PUSPA oleh Pusat Universitas Sumatera Utara Kajian dan Perlindungan Anak PKPA diharapkan akan mampu berperan dalam membantu memberikan perlindungan terbaik bagi anak-anak khususnya di Sumatera Utara. Dalam menjalankan programnya khususnya dalam memberikan perlindungan terhadap korban, PUSPA PKPA memiliki 2 orang staff litigasi dan dibantu oleh para relawan. Relawan yang direkrut dan dilibatkan dalam kegiatan di unit PUSPA adalah mahasiswai yang memiliki latar belakang pendidikan hukum, sosial dan psikologi yang masih duduk diperkuliahan yang mau meluangkan waktunya untuk membantu kegiatan di unit PUSPA. Untuk menjadi relawan di PUSPA ada persyaratan yang harus dipenuhi yaitu harus mengikuti pelatihan bantuan hukum dalam penanganan anak yang berhadapan dengan hukum PEBAKUM di kantor PKPA selama 3 hari penuh. Dengan adanya pelatihan PEBAKUM ini Sangat membantu bagi mereka yang ingin bergabung menjadi relawan di PUSPA dimana mereka telah memiliki pengetahuan dasar tentang bagaimana menghadapi korban dan juga proses perlindungan terhadap korban baik secara litigasi dan non litigasi. Selain itu mereka juga memiliki wawasan tentang hak-hak anak dan aturan-aturan hukum dan psikologi yang mengatur tentang anak. Sejak kurun waktu tahun 2008 PUSPA telah melakukan 2 kali perekrutan relawan dengan pelatihan PEBAKUM dan kehadiran mereka sangat membantu kegiatan pendampingan dalam memberikan layanan kepada korban, Dapat dikatakan bahwa kehadiran relawan sangat membantu pelaksanaan kegiatan, kendala yang dihadapi bila relawan memiliki aktivitas diperkuliahan atau ujian menyebabkan mereka tidak dapat hadir penuh sesuai waktu dan jadwal, sehingga Universitas Sumatera Utara dibutuhkan adanya relawan tetap. Namun mengingat keuangan PUSPA saat ini belum dapat merekrut staff konselor diharapkan diantara relawan biasa dapat menjadi relawan tetap untuk membantu kegiatan-kegiatan konseling terhadap korban yang didalamnya diatur hak dan kewajibannya sesuai dengan aturan yang ada di PKPA. Selain hal tersebut diatas sebagai sebuah lembaga perlindungan anak yang profesional dan sudah diakui kredebilitasnya di Sumatera Utara dianggap perlu memiliki sebuah landasan untuk mengatur tingkah laku pendamping baik itu staff maupun relawan dalam memberikan perlindungan terhadap korban. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya menghindari hal-hal negatif yang akan terjadi antara korban dan pendamping, hal ini harus dimuat dalam kode etik yang menjadi acuan bagi staff maupun relawan di unit PUSPA dalam melaksanakan program perlindungan anak.

4.3. Letak dan Kedudukan Lembaga Kantor Induk