anak harus mendapatkan pendampingan, baik pendampingan untuk proses konseling oleh psikolog, maupun pendamping hukum dengan biaya yang
ditanggung negara. 3.
Ketiga mengenai kesehatan. Perawatan kesehatan fisik dan psikis anak sering tidak menjadi perhatian negara selama anak menjalani proses
penahanan dan pemidanaan. Bahkan dalam banyak kasus anak mengalami kekerasan fisik baik yang dilakukan oleh aparat negara, maupun sesama
tahanan atau narapidana lainnya. 4.
Keempat pendidikan. Anak yang melakukan tindak pidana umumnya dikeluarkan dari sekolah, padahal belum ada keputusan tetap yang
mengikat, apakah anak tersebut bersalah atau tidak, sehingga menyalahi prinsip praduga tak bersalah dan tentunya menghilangkan hak anak atas
pendidikan. Harus diingat, pemenjaran hanya menghilangkan hak bergerak seseorang, sementara hak-hak lainnya tetap wajib didapatkan. Jika seorang
anak dipidana penjara, maka seluruh hak-haknya yang lain wajib diberikan, misalnya hak atas pendidikan, hak untuk terbebas dari tindak
kekerasan http:www.kksp.or.idind?pilih=lihattopik=9id=286 diakses 4 Oktober 2009 Pukul 17.55 WIB.
2.3. Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial adalah usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tujuan dalam pencapaian kesejahteraan sosial. Pelayanan sosial merupakan usaha
pendorong, penawar, pengganti bagi keluarga yang institusi pendidikan; serta merupakan bagian dari mekanisme sosialisasi dan kontrol sosial keluarga, sekolah
Universitas Sumatera Utara
dan pelayanan-pelayanan yang dirangkai untuk menyediakan sumber-sumber pribadi dan sosial yang esensial guna pelaksanaan peranan-peranan sosial yang
efektif Sekarningsih, 1983: 77. Pelayanan sosial bukan hanya sebagai usaha memulihkan, memelihara,
meningkatkan kemampuan berfungsi sosial individu dan keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya kolektifitas seperti kelompok-
kelompok sosial, organisasi serta masyarakat Fadhil, 1990: 30. Pelayanan-pelayanan sosial membentuk dan menyediakan sumber-sumber
yang disediakan untuk membantu orang-orang memperbaiki kompetensi sosialnya, mempengaruhi dan mengubah tingkah laku dan memecahkan masalah
penyesuaian diri. Pelayanan sosial telah dan mungkin akan diklasifikasikan dalam berbagai
cara, tergantung dari tujuan klasifikasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB mengemukakan fungsi pelayanan sosial sebagai berikut:
1. Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat
2. Pengembangan sumber-sumber manusiawi
3. Organisasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan
penyesuaian sosial 4.
Mobilisasi dan pencipta sumber-sumber masyarakat. Untuk tujuan pembangunan
5. Penyediaan dan Penyelenggaraan struktur kelembagaan untuk tujuan agar
pelayanan-pelayanan yang terorganisasi dapat berfungsi.
Universitas Sumatera Utara
Alfred J. Khan menyatakan bahwa fungsi utama pelayanan sosial adalah: 1.
Pelayanan Sosial untuk Sosialisasi dan pengembangan 2.
Pelayanan Sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi 3.
Pelayanan akses. Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaksudkan untuk
mengadakan perubahan-perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui program- program pemeliharaan, pendidikan non formal dan pengembangan. Tujuannya
yaitu untuk menanamkan nilai-nilai masyarakat dalam usaha pengembangan kepribadian anak. Soetarso, 1979: 40
Bentuk-bentuk pelayanan sosial tersebut antara lain: 1.
Program Penitipan Anak 2.
Program-program kegiatan remaja atau pemuda 3.
Program-program pengisian waktu terulang bagi anak dan remaja dalam keluarga.
Pelayanan Sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi mempunyai tujuan untuk melaksanakan pertolongan kepada seseorang, baik
secara individual maupun di dalam kelompok atau keluarga dan masyarakat agar mampu mengatasi masalah-masalahnya.
Bentuk-bentuk pelayanan sosial tersebut antara lain : 1.
Bimbingan sosial bagi keluarga 2.
Program asuhan keluarga dan adopsi anak 3.
Program bimbingan bagi anak nakal dan bebas hukuman 4.
Program-program rehabilitasi bagi penderita cacat 5.
Program-program bagi lanjut usia
Universitas Sumatera Utara
6. Program-program penyembuhan bagi penderita gangguan mental
7. Program-program bimbingan bagi anak-anak yang mengalami
masalah dalam bidang pendidikan 8.
Program-program bimbingan bagi para pasien di rumah-rumah sakit Kebutuhan akan program pelayanan sosial akses disebabkan oleh karena:
1. Adanya birokrasi modern
2. Perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap
hal-hal dan kewajibantanggung jawabnya. 3.
Diskriminasi dan 4.
Jarak geografi antara lembaga-lembaga pelayanan dari orang-orang yang memerlukan pelayanan sosial.
Dengan adanya berbagai kesenjangan tersebut, maka pelayanan sosial disini mempunyai fungsi sebagai “akses” untuk menciptakan hubungan
bimbingan yang sehat antara berbagai program, sehingga program-program tersebut dapat berfungsi dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang
membutuhkannya. Pelayanan akses bukanlah semata-mata memberikan informasi, tetapi juga termasuk menghubungkan seseorang dengan sumber-sumber yang
diperlukan dengan melaksanakan program-program referral. Fungsi tambahan dari pelayanan sosial ialah menciptakan partisipasi
anggota masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Tujuannya dapat berupa : Terapi individual dan sosial untuk memberikan kepercayaan pada diri
individu dan masyarakat dan untuk mengatasi hambatan-hambatan sosial dalam pembagian politis, yaitu untuk mendistribusikan sumber-sumber dan kekuasaan.
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi mungkin merupakan konsekuensi dari bagaimana program itu diorganisir, dilaksanakan dan disusun. Partisi kadang-kadang merupakan alat,
kadang-kadang merupakan alat, kadang-kadang merupakan tujuan. Ada yang memandang bahwa partisipasi dan pelayanan merupakan dua fungsi yang selalu
konflik, karenanya harus dipilih salah satu. Karenanya harus dipilih partisipasi sebagai tanggungjawab masyarakat dan pelayanan sebagai tanggungjawab
program. Pada umumnya sesuatu program sulit untuk meningkatkan kedua- duanya sekaligus. Pendapat demikian selalu benar. Pelayanan sosial
membutuhkan pada tingkat tertentu partisipasi masyarakat Muhidin, 1992: 41
2.4. Peranan LSM melalui Program sebagai Pendamping terhadap anak yang berkonflik dengan hukum