Tingkat Pendidikan Ibu Jenis Pekerjaan Ibu

Penelitian Kartika 2000 di RSU Dr. Hasan Sadikin Bandung, menyatakan bahwa umur tidak ada hubungannya dengan kejadian BBLR p = 0,151. Hasil yang sama diperoleh Meinarwati 1995 di Tanggerang, Cianjur, Cirebon dan Lebak, menunjukkan bahwa faktor umur bukan merupakan faktor risiko terjadinya BBLR. Demikian juga dengan penelitian Susanto 1992, di Kecamatan Sliyeg dan Kecamatan Gabus Wetan, Kabupaten Indramayu Jawa Barat, menunjukkan bahwa umur tidak ada hubungannya dengan kejadian BBLR, dengan nilai p = 0,35. Akan tetapi, risiko yang mungkin dapat terjadi jika hamil usia dibawah 20 tahun yaitu keguguran, preeklamsi dan eklamsi, timbulnya kesulitan persalinan karena system reproduksi belum sempurna, bayi lahir sebelum waktunya dan BBLR. Sedangkan umur yang terlalu tua artinya hamil diatas 35 tahun. Risiko yang mungkin terjadi jika hamil pada usia terlalu tua antara lain adalah terjadinya keguguran, preeklamsi dan eklamsi, timbulnya kesulitan pada persalinan, perdarahan, BBLR dan cacat bawaan Rahmawati, 2007.

5.1.2. Tingkat Pendidikan Ibu

Ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR 32,4 dan ibu yang mengalami KJDK 33,4 paling banyak ditemukan pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan SMA, sedangkan yang paling sedikit berada pada tingkat pendidikan DIIIPerguruan Tinggi. Hal ini sejalan dengan Ginting, C, 2003 di RSU Dr. Pirngadi Medan, bahwa proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR adalah berpendidikan SLTA atau sederajat 53,3, disusul ibu yang berpendidikan SLTP 30,3, sedangkan ibu yang berpendidikan SD dan AkademiS1 masing-masing adalah 4,2 dan 12,1. Hasil Universitas Sumatera Utara yang sama juga diperoleh Sembiring, S., 2002 di RS Ibu dan Anak Sri Ratu yang melaporkan bahwa proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR tertinggi pada ibu mempunyai tingkat pendidikan adalah SLTA 57,2, demikian juga penelitian Setyowati, dkk 1995 yang melaporkan bahwa umumnya ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR berpendidikan SLTP dan SLTA 69. Hasil penelitian ini berbeda dengan yang ditemukan oleh Alisjahbana dalam Setyowati, 1996 yang melaporkan bahwa persentase BBLR tertinggi pada ibu yang berpendidikan SD yaitu 15,1, kemudian 13,5 pada ibu yang tidak sekolah dan 11,9 pada ibu yang berpendidikan SLTP. Penelitian Magdarina, dkk, 1994 melaporkan bahwa persentase bayi lahir dengan BBLR tertinggi pada ibu yang berpendidikan SLTP 7,3, kemudian pada ibu yang tidak sekolah tamat SD 6,9 dan persentase terendah adalah pada ibu yang berpendidikan SLTA ke atas 4,4. Penelitian Husaini, dkk, 1986 juga melaporkan bahwa pendidikan ibu mempunyai pengaruh secara bermakna terhadap kejadian BBLR, dimana wanita hamil yang berpendidikan SD atau buta huruf merupakan persentase tertinggi untuk melahirkan bayi BBLR. Berbeda dengan hasil penelitian Kartika 2000 di RSU Dr. Hasan Sadikin Bandung, menyatakan bahwa pendidikan tidak ada hubungannya dengan kejadian BBLR p = 0,203

5.1.3. Jenis Pekerjaan Ibu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang mengalami BBLR 84,8 dan KJDK 89,4 memiliki jenis pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, sementara yang paling sedikit adalah PNS. Hasil ini sesuai dengan penelitian Ginting, Universitas Sumatera Utara C, 2003 di RSU Dr. Pirngadi Medan, bahwa pada umumnya ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga 67,3, sedangkan yang terendah adalah ibu yang mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta 4,2. Hal yang sama juga diperoleh Nisa, 2001 di RS Haji Medan yang melaporkan bahwa umumnya ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR mempunyai pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga 59,18, dan hasil ini juga tidak jauh beda dengan penelitian Sembiring, S., 2002 di RS Ibu dan Anak Sri Ratu Medan yang melaporkan bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR umumnya sebagai Ibu Rumah Tangga 68,8. Menurut penelitian Zubaidah, 2005 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian bayi dengan BBLR. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan hanya penyebab yang tidak langsung terhadap kejadian bayi dengan BBLR dan KJDK. 5.2. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Keadaan Biomedis 5.2.1. Paritas