Aspek Pengukuran Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Antropometri

4.7. Aspek Pengukuran

Tabel 3.1. Variabel Penelitian dan Aspek Pengukuran Variabel Hasil Pengukuran KategoriPenggolongan BBLR - 1500-2499 gram - 1000-1499 gram - 1000 gram − BBLR − BBLR sangat rendah − BBLR amat sangat rendah Umur - 20 tahun - 20 – 35 tahun - 35 tahun Usia reproduksi optimal antara 20- 35 tahun, dibawah dan diatas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan. Tingkat pendidikan - SD - SMP - SMA - DIIIS-1 - Rendah - Rendah - Tinggi - Tinggi Pekerjaan - Ibu rumah tangga - Wiraswasta - PNS - Lain-lain Paritas - Paritas 0 dan 1 - Paritas 2 dan 3 - Paritas 4 ≥ − Paritas resiko Tinggi − Paritas resiko rendah − Paritas resiko Tinggi Umur Kehamilan - 37 minggu - 37-41 minggu - 42 minggu ≥ Semakin pendek umur kelahiran, sehingga mempengaruhi berat badan waktu lahir Jarak kelahiran - 2 tahun - 2-4 tahun - 4 tahun − Jarak kelahiran resiko tinggi − Jarak kelahiran resiko rendah − Jarak kelahiran resiko Tinggi Kadar Hb - Hb 11 grdl - Hb 9-10 grdl - Hb 7-8 grdl - Hb 7 grdl - tidak anemia - anemia ringan - anemia sedang - anemia berat Tekanan darah - 110-13090 mmHg - ≥ 140 90 mmHg TD ibu selama hamil yang optimal antara 110-130, dibawah dan diatas TD tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan. LILA - 23,5 cm ≥ - 23,5 cm LILA 23,5 ibu hamil beresiko KEK, sehingga mempunyai resiko terjadinya BBLR atau KJDK Universitas Sumatera Utara 3.8 Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing Untuk melakukan pengecekan kelengkapan data yang sudah diisi dari yang tercatat pada kartu status pasien b. Coding Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi angka. Gunanya untuk mempermudah pada saat analisa data dan juga entri data. c. Processing Setelah data dikoding maka selanjutnya melakukan entry data kedalam program computer. d. Cleaning Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. e. Tabulating adalah penyusunan data agar dengan mudah untuk dijumlahkan, disusun, ditata dan dianalisis.

3.8.2 Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisa secara deskriptif. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL PENELITIAN 4.3. Sejarah Singkat Rumah Sakit Sri Ratu Medan Pada awal berdirinya Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu, bernama “Klinik Spesialis Swasta Sri Ratu”, yang didirikan dengan SK Gubernur KDH TK. I Sumatera Utara No. 4451302, tertanggal 25 Februari 1985. Selanjutnya pada tanggal 28 Oktober 1983 terjadi perubahan dimana klinik Spesialis Sri Ratu Medan yang tadinya dimiliki perorangan, dan dengan masuknya beberapa orang pemilik modal yang baru, sehingga bentuk kepemilikan klinik berubah dan berada di bawah naungan Yayasan Nibung Raya dengan Akte Notaris Poelungan, SH, No. 58 tertanggal 28 Oktober, dan dimulai beroperasi pada tanggal 25 Februari 1985. Selanjutnya sesuai dengan SK Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 148 27PKRSXII1989 tertanggal 30 Desember 1989, nama klinik spesialis berubah menjadi “Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan”. Selanjutnya dilakukan perubahan manajemen, terhitung sejak tanggal 4 Agustus 2005, Yayasan Nibung Raya membentuk sebuah PT. yang menjadi badan pengelola dan selanjutnya Rumah Sakit dan Anak Sri Ratu langsung di bawah naungan PT. Sri Ratu.. Sesuai perkembangan usaha, Yayasan Nibung Raya dibubarkan pada tanggal 4 Juni 2005 dengan Akte Notaris Gordon Eliwon Harianja, SH, No. 1 tertanggal 4 Juli 2005 dan sejak tanggal 4 Agustus 2005, maka Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu berada di bawah manajemen PT. Sri Ratu sesuai dengan Akte Pendirian Perseroan Terbatas No. 1 Tanggal 4 Agustus 2005, Notaris Gordon Eliwon Harianja, Universitas Sumatera Utara SH, dan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia RI, No. C- 2734HT.01.01.TH, 2005, tanggal 4 Oktober 2005 tentang Pendirian Perseroan Terbatas PT. Sri Ratu Baru, NPWP. 02.500.342.7-111.000.

4.4. Ibu Yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Sosio Demografi

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR dan KJDK adalah faktor demografi seperti umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.

4.4.1. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur

Usia reproduksi optimal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35 tahun, di bawah dan di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan maupun persalinan, karena perkembangan organ-organ reproduksinya belum optimal, kematangan emosi dan kejiwaan kurang, serta fungsi fisiologis yang belum optimal. Tabel 4.1. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 umur ibu 20 tahun 20-35 tahun 35 tahun total No. ibu melahirkan dengan BBLR dan mengalami KJDK n n n n 1. bayi BBLR 16 21,9 35 49,6 20 28,5 71 100,0 2. KJDK 7 25,2 12 43,4 8 31,4 27 100,0 Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian ibu yang mengalami BBLR 49,6 dan KJDK 43,4 berada pada umur 20-35 tahun, sementara BBLR dan KJDK yang paling sedikit berada pada umur 20 tahun yaitu masing-masing 21,9 dan 25,2. Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Latar belakang pendidikan ibu yang rendah menyulitkan berlangsungnya suatu penyampaian informasi kesehatan terhadap ibu karena mereka kurang menyadari pentingnya informasi-informasi tentang kesehatan ibu terutama saat hamil, akibatnya mereka tidak mengetahui cara pemeliharaan kesehatan terutama pada saat hamil. Tabel 4.2. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 pendidikan ibu SD SMP SMA PT total No. Ibu melahirkan dengan BBLR dan mengalami KJDK n n n n n 1. bayi BBLR 8 10,9 23 32,4 38 53,7 2 2,8 71 100,0 2. KJDK 1 4,7 9 33,4 16 58,7 1 3,6 27 100,0 Dari tabel 4.2. diperoleh bahwa BBLR 32,4 dan KJDK 33,4 paling banyak ditemukan pada ibu dengan tingkat pendidikan SMA, sedangkan yang paling sedikit berada pada tingkat pendidikan D-III Perguruan Tinggi 2,8 dan 3,6.

4.4.2. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Tingkat Jenis

Pekerjaan Jenis pekerjaan akan mempengaruhi pendapatan, dan pendapatan akan mempengaruhi penyediaan makanan bagi keluarga yang secara langsung akan mempengaruhi konsumsi pangan keluarga terutama ibu hamil. Tabel 4.3. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Jenis Pekerjaan di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 jenis pekerjaan ibu IRT wiraswasta PNS total No. ibu melahirkan dengan BBLR dan mengalami KJDK n n n n 1. bayi BBLR 60 84,8 8 11,5 3 3,7 71 100,0 2. KJDK 24 89,4 3 10,6 0 0,0 27 100,0 Tabel 4.3. menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang mengalami BBLR 84,8 dan KJDK 89,4 memiliki jenis pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, sementara ibu yang mengalami BBLR yang paling sedikit adalah PNS 3,7. Universitas Sumatera Utara 4.3. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Keadaan Biomedis 4.3.1. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Paritas Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu golongan paritas tinggi akan mempengaruhi perkembangan janin yang dikandungnya. Hal ini disebabkan adanya gangguan plasenta dan sirkulasi darah ke janin, sehingga pertumbuhan janin terhambat. Tabel 4.4. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Paritas Jumlah Persalinan di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 pendidikan ibu paritas 0 paritas 1 paritas 23 paritas ≥ 4 total No. ibu melahirkan dengan BBLR dan mengalami KJDK n n n n n 1. bayi BBLR 53 75,2 5 6,8 7 9,6 6 8,4 71 100,0 2. KJDK 9 33,3 2 7,4 12 44,4 4 14,8 27 100,0 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar 75,2 ibu yang mengalami BBLR memiliki jumlah persalinan dan paritas 0, sementara yang paling sedikit 6,8 pada paritas 1. Sedangkan ibu yang mengalami KJDK, paling banyak 44,4 pada paritas 2 dan 3, dan yang paling sedikit 7,4 pada paritas 1. 4.3.2. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur Kehamilan Berat badan bayi bertambah sesuai dengan usia kehamilannya. Faktor umur kehamilan mempengaruhi kejadian BBLR, karena semakin pendek umur kelahiran semakin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya, sehingga turut mempengaruhi berat badan waktu lahir. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur Kehamilan di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 jenis pekerjaan ibu pre-term term post-term total No. ibu melahirkan dengan BBLR dan mengalami KJDK n n n n 1. bayi BBLR 52 73,5 14 19,2 5 7,3 71 100,0 2. KJDK 22 82,2 5 17,8 0 0,0 27 100,0 Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa dari ketiga kelompok kehamilan ibu, jumlah BBLR 73,5 dan KJDK 82,2 paling banyak pada usia kehamilan 37 minggu, sedangkan BBLR 7,3 paling sedikit pada usia kehamilan ≥ 42 minggu, dan pada usia kehamilan 42 minggu tersebut tidak ditemukan adanya ibu yang mengalami KJDK. ≥ 4.3.3. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Jarak Kelahiran Jarak kelahiran dapat menyebabkan hasil kehamilan yang kurang baik. Jarak dua kehamilan yang terlalu pendek akan mempengaruhi daya tahan dan gizi ibu yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil produksi. Tabel 4.6. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Jarak Kelahiran di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 jenis pekerjaan ibu 2 tahun 2-4 tahun 4 tahun total No. ibu melahirkan dengan BBLR dan mengalami KJDK n n n n 1. bayi BBLR 52 73,5 14 19,2 5 7,3 71 100,0 2. KJDK 22 82,2 5 17,8 0 0,0 27 100,0 Tabel 4.6. menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang melahirkan bayi BBLR 68,7 dan ibu yang mengalami KJDK 65,4 memiliki jarak kehamilan 2 tahun, sementara BBLR yang paling sedikit 14,4 pada jarak kelahiran 2-4 tahun, dan ibu yang mengalami KJDK yang paling sedikit 10,5 pada jarak kelahiran 4 tahun. Universitas Sumatera Utara

4.3.4. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Kadar Hb

Kadar Hb menjelang persalinan digunakan sebagai indikator untuk menentukan adanya anemia seorang ibu hamil. Anemia saat hamil dapat berakibat buruk pada ibu dan janin. Ibu hamil dengan Hb kurang dari 8 mmHg adalah ibu hamil dengan resiko tinggi. Tabel 4.7. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Kadar Hb di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 kadar Hb tidak anemia anemia ringan anemia sedang anemia berat total No. ibu melahirkan dengan BBLR dan mengalami KJDK n n n n n 1. bayi BBLR 0 0,0 10 13,5 48 67,7 13 18,8 71 100,0 2. KJDK 0 0,0 2 8,9 21 76,8 4 14,3 27 100,0 Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar ibu yang melahirkan bayi BBLR 67,7 dan ibu yang mengalami KJDK 76,8 memiliki kadar Hb 7-8 grdl anemia sedang, sementara BBLR dan KJDK tidak ditemukan pada ibu yang memiliki kadar Hb ≥ 11 grdl tidak anemia. 4.5.5. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Tekanan Darah Tekanan darah tidak normal pada kehamilan atau pada saat menjelang melahirkan juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya BBLR dan KJDK. Tabel 4.8. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Tekanan Darah di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 tekanan darah normal tinggi total No. ibu melahirkan dengan BBLR dan mengalami KJDK n n n 1. bayi BBLR 42 70,4 19 29,6 71 100,0 2. KJDK 21 77,8 6 22,2 27 100,0 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar 70,4 ibu yang mengalami BBLR dan KJDK memiliki tekanan darah normal. Universitas Sumatera Utara

4.6. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Antropometri

Lingkar lengan atas merupakan indikator status gizi yang digunakan terutama untuk mendeteksi kurang energi protein pada anak-anak dan merupakan alat yang baik untuk mendeteksi wanita usia subur dan ibu hamil dengan risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Tabel 4.9. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Status LILA di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 status LILA normal tidak normal total No. ibu melahirkan dengan BBLR dan mengalami KJDK n n n 1. bayi BBLR 12 17,6 59 82,4 71 100,0 2. KJDK 7 26,3 20 73,7 27 100,0 Dari tabel 4.9 diperoleh bahwa sebagian besar BBLR 82,4 dan KJDK 73,7 terjadi pada ibu yang memiliki status LILA 23,5 cm, sementara jumlah ibu yang melahirkan bayi BBLR dan ibu yang mengalami KJDK berkurang pada ibu yang memiliki LILA ≥ 23,5 cm. Universitas Sumatera Utara BAB V PEMBAHASAN

5.2. Ibu Yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Sosio Demografi