risiko kematian anak menjadi tinggi, wanita yang melahirkan berturut-turut dalan jangka waktu yang pendek tidak sempat memulihkan kesehatannya serta harus
membagi perhatiannya kepada dua anak pada waktu yang sama. Selain itu harus menyapih anak yang besar yang seharusnya harus disusui untuk menyusui anak yang
baru lahir.
5.2.4. Kadar Hb
Dari hasil penelitian diperoleh sebagian besar ibu yang melahirkan bayi BBLR 67,7 dan ibu yang mengalami KJDK 76,8 memiliki kadar Hb 7-8 grdl,
sementara BBLR dan KJDK tidak ditemukan pada ibu yang memiliki kadar Hb 11 grdl. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sembiring, S 2002 di RSU Sri
Ratu Medan yang melaporkan bahwa persentase kejadian BBLR tertinggi terdapat pada ibu dengan kadar Hb 11 grdl 23,9. Ibu hamil dengan kadar Hb 11 grdl
dapat dikatakan anemia, dimana anemia saat hamil akan berakibat buruk terhadap janin dan merupakan ibu dengan resiko tinggi. Hal sama juga diperoleh Hasibuan
1997 di RSU Dr. Pirngadi Medan, melaporkan bahwa bayi BBLR yang dilahirkan oleh ibu yang anemia sebesar 12,02, dan ibu yang tidak anemia hanya melahirkan
bayi BBLR sebesar 8,23. Maka resiko melahirkan BBLR oleh ibu anemia 1,28 kali lebih besar dari ibu yang tidak anemia. Demikian juga hasil penelitian Jumirah, dkk.
1999 menunjukkan bahwa ada hubungan kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi berat badan bayi yang
dilahirkan. Sedangkan penelitian Saraswati, dkk, 1998 menemukan bahwa anemia
≥
Universitas Sumatera Utara
pada batas 11 grdl bukan merupakan resiko untuk melahirkan BBLR. Hal ini mungkin karena belum berpengaruh terhadap fungsi hormon maupun fisiologis ibu.
Kadar Hb dapat juga dijadikan salah satu indikator keadaan gizi ibu hamil dapat mengetahui status gizi ibu selama hamil. Bila ternyata ibu menderita anemia,
maka ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi sumber zat besi selama hamil rendah, sehingga hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan janin dalam kandungan kurang
sempurna dan dapat menimbulkan kematian janin dalam kandungan ataupun terjadinya BBLR Rochjati, et al, 2003.
Kadar Hb ibu sewaktu hamil sebagai ciri tinggi rendahnya konsumsi zat besi dan protein yang mencerminkan tingkat konsumsi makanan ibu sewaktu hamil. Bila
ibu menderita anemia dapat dikatakan bahwa tingkat konsumsi makanan ibu sewaktu hamil kurang. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi
yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat
dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar Lubis, Z, 2003
Universitas Sumatera Utara
5.2.5. Tekanan Darah