Pencegahan Kematian Janin dalam Kandungan

menual, persalinan dengan pendarahan post partum serta semua persalinan tidak normal yang pernah dialami ibu juga merupakan resiko tinggi untuk terjadinya kematian intrauterine Manuaba,1999.

6. Pemerikasaan Kehamilan

Penurunan komplikasi kehamilan ke tingkat resiko yang rendah memiliki arti yang sangat besar dalam upaya menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin yang dikandungnya. Salah satu upaya untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin yaitu dengan melakukan pemeriksaan kehamilan antenatal care. Pemeriksaan kehamilan berupaya menetapkan kehamilan dengan resiko tinggi, yang bertujuan untuk menurunkan komplikasi kehamilan, menentukan dan menetapakan keadaan patologis sedini mungkin sehingga kondisi ibu dapat diperbaiki atau segera dirujuk untuk mendapatkan pengawasan dan penanganan yang lebih intensif Manuaba,1999. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksa kehamilan minimal 4 kali oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia SDKI 1991 diperoleh 55 kelahiran lahir hidup dan lahir mati pernah diperiksa 4 kali atau lebih selama dalam kandungan. Dari hasil SKDI 1997 diperoleh 89 kelahiran hidup tidak pernah diperikasa kesehatannya ketika dalam kandungan Budiarso,1999.

2.5.4. Pencegahan Kematian Janin dalam Kandungan

Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan berbagai upaya : a. Memerikasakan kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilan yang meliputi 5T yaitu : timbang badan, periksa tekanan darah, periksa tinggi Universitas Sumatera Utara fundus, pemberian tablet Fe, suntikan TT. Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 kali kunjungan, dengan kunjungan I pada kehamilan 12-24 minggu, kunjungan ke II pada kehamilan 28-32 minggu, kunjungan ke III pada kehamilan 34 minggu, dan kunjungan ke IV pada kehamilan 36 minggu. b. Deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat KMS ibu hamil agar perencanaan pertolongan persalinan dan rujukan kasus dapat dilakukan lebih dini. c. Melakukan diagnosa keadaan janin pada kehamilan, dengan cara : 1. Amniosentesis Pengeluaran cairan amnion secara transabdominal yang dilakukan selama kehamilan untuk tujuan diagnostic. Biasanya dilakukan antara minggu ke 16-18 kehamilan. 2. Mikroanalisa darah janin Pengambilan darah janin yang diambil dari kulit kepala janin dengan alat-alat khusus kemudian darah ini diperiksa secara biokimia. Gunanya untuk memastikan adanya gawat janin. Dengan teknik pemeriksaan ini dapat dilakukan persalinan yang lebih dini bagi gawat janin sehingga dapat dilakukan resusitasi dengan hasil yang memuaskan, mempertinggi kemungkinan hidup janin dan mengurangi angka kesakitan. Universitas Sumatera Utara 3. Amnioskopi Pada kehamilan lanjut dapat dilakukan amnioskopi untuk dapat melihat kutub bawah janin. Selain itu dapat dilihat juga cairan amnion. Bila cairan amnion mengandung mekonium pada bayi dengan letak kepala, hal ini merupakan suatu tanda gawat janin dan harus segera diselamatkan. 4. Registrasi jantung bayi Pencatatan jantung bayi secara terus menerus dapat memberikan penilaian yang lebih tepat tentang keadaan janin daripada control bunyi jantung dengan auskultasi. d. Melakukan program KB e. Pendayagunaan tenaga paramedis yang bukan bidan, pemanfaatan tenaga kader dan dukun bayi terlatih dalam mobilisasi sasaran dan pelaksanaan deteksi dini resiko tinggi oleh masyarakat beserta rujukannya Anonim, 2010. Universitas Sumatera Utara

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

: yang diteliti : tidak diteliti Sosio Demografi - Umur - Tingkat pendidikan - Jenis Pekerjaan ibu KJDK Biomedis - Paritas - Umur kehamilan - Jarak kehamilan - Tekanan darah - Kadar Hb Antropometri - LILA BBLR Pola Makan Keterangan : BBLR dan KJDK dapat disebabkan oleh faktor sosio demografi umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, faktor biomedis paritas, umur kehamilan, jarak kehamilan, tekanan darah, kadar Hb, dan faktor Antropometri LILA serta pola makan ibu selama hamil, tetapi pada penelitian tidak melihat hubungan antara faktor sosiodemografi, biomedis, antropometri terhadap BBLR dan KJDK, melainkan hanya melihat secara univariat yang mengalami BBLR dan KJDK. Universitas Sumatera Utara