SH, dan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia RI, No. C- 2734HT.01.01.TH, 2005, tanggal 4 Oktober 2005 tentang Pendirian Perseroan
Terbatas PT. Sri Ratu Baru, NPWP. 02.500.342.7-111.000.
4.4. Ibu Yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Sosio Demografi
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR dan KJDK
adalah faktor demografi seperti umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
4.4.1. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur
Usia reproduksi optimal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35 tahun,
di bawah dan di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan maupun persalinan, karena perkembangan organ-organ reproduksinya belum optimal,
kematangan emosi dan kejiwaan kurang, serta fungsi fisiologis yang belum optimal.
Tabel 4.1. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009
umur ibu 20 tahun
20-35 tahun 35 tahun
total No.
ibu melahirkan dengan BBLR dan
mengalami KJDK n n n n
1. bayi BBLR
16 21,9 35 49,6 20 28,5 71 100,0 2. KJDK
7 25,2 12 43,4 8 31,4 27 100,0
Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian ibu yang mengalami BBLR 49,6 dan KJDK 43,4 berada pada umur 20-35 tahun, sementara BBLR dan KJDK yang
paling sedikit berada pada umur 20 tahun yaitu masing-masing 21,9 dan 25,2.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Latar belakang pendidikan ibu yang rendah menyulitkan berlangsungnya suatu penyampaian informasi kesehatan terhadap ibu karena mereka kurang menyadari
pentingnya informasi-informasi tentang kesehatan ibu terutama saat hamil, akibatnya
mereka tidak mengetahui cara pemeliharaan kesehatan terutama pada saat hamil. Tabel 4.2. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan
Tingkat Pendidikan di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009
pendidikan ibu SD SMP
SMA PT total
No. Ibu melahirkan
dengan BBLR dan mengalami KJDK
n n n n n
1. bayi BBLR
8 10,9 23 32,4 38 53,7 2 2,8 71 100,0
2. KJDK 1 4,7 9 33,4 16 58,7 1 3,6 27
100,0
Dari tabel 4.2. diperoleh bahwa BBLR 32,4 dan KJDK 33,4 paling banyak ditemukan pada ibu dengan tingkat pendidikan SMA, sedangkan yang paling
sedikit berada pada tingkat pendidikan D-III Perguruan Tinggi 2,8 dan 3,6.
4.4.2. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Tingkat Jenis
Pekerjaan Jenis pekerjaan akan mempengaruhi pendapatan, dan pendapatan akan
mempengaruhi penyediaan makanan bagi keluarga yang secara langsung akan
mempengaruhi konsumsi pangan keluarga terutama ibu hamil. Tabel 4.3. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Jenis
Pekerjaan di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009
jenis pekerjaan ibu IRT wiraswasta
PNS total
No. ibu melahirkan
dengan BBLR dan mengalami KJDK
n n n n
1. bayi BBLR
60 84,8 8 11,5 3 3,7 71 100,0 2. KJDK
24 89,4 3 10,6 0 0,0 27 100,0
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang mengalami BBLR 84,8 dan KJDK 89,4 memiliki jenis pekerjaan sebagai ibu rumah tangga,
sementara ibu yang mengalami BBLR yang paling sedikit adalah PNS 3,7.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Keadaan Biomedis 4.3.1. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Paritas
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu golongan paritas tinggi akan
mempengaruhi perkembangan janin yang dikandungnya. Hal ini disebabkan adanya gangguan plasenta dan sirkulasi darah ke janin, sehingga pertumbuhan janin
terhambat. Tabel 4.4. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan
Paritas Jumlah Persalinan di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009
pendidikan ibu paritas 0
paritas 1 paritas 23
paritas
≥
4 total
No. ibu melahirkan
dengan BBLR dan mengalami KJDK
n n n n n
1. bayi BBLR
53 75,2 5 6,8 7 9,6
6 8,4 71 100,0 2.
KJDK 9 33,3 2 7,4 12 44,4 4 14,8
27 100,0
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar 75,2 ibu yang mengalami BBLR memiliki jumlah persalinan dan paritas 0, sementara yang paling
sedikit 6,8 pada paritas 1. Sedangkan ibu yang mengalami KJDK, paling banyak 44,4 pada paritas 2 dan 3, dan yang paling sedikit 7,4 pada paritas 1.
4.3.2. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur Kehamilan
Berat badan bayi bertambah sesuai dengan usia kehamilannya. Faktor umur kehamilan mempengaruhi kejadian BBLR, karena semakin pendek umur kelahiran
semakin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya, sehingga turut mempengaruhi berat badan waktu lahir.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur Kehamilan di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009
jenis pekerjaan ibu pre-term term
post-term total
No. ibu melahirkan
dengan BBLR dan mengalami KJDK
n n n n
1. bayi BBLR
52 73,5 14 19,2 5 7,3 71 100,0 2.
KJDK 22 82,2 5 17,8 0 0,0 27 100,0
Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa dari ketiga kelompok kehamilan ibu, jumlah BBLR 73,5 dan KJDK 82,2 paling banyak pada usia kehamilan 37
minggu, sedangkan BBLR 7,3 paling sedikit pada usia kehamilan
≥
42 minggu, dan pada usia kehamilan 42 minggu tersebut tidak ditemukan adanya ibu yang
mengalami KJDK.
≥
4.3.3. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran dapat menyebabkan hasil kehamilan yang kurang baik. Jarak dua kehamilan yang terlalu pendek akan mempengaruhi daya tahan dan gizi ibu yang
selanjutnya akan mempengaruhi hasil produksi.
Tabel 4.6. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Jarak Kelahiran di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009
jenis pekerjaan ibu 2 tahun
2-4 tahun 4 tahun
total No.
ibu melahirkan dengan BBLR dan
mengalami KJDK n n n n
1. bayi BBLR
52 73,5 14 19,2 5 7,3 71 100,0 2.
KJDK 22 82,2 5 17,8 0 0,0 27 100,0
Tabel 4.6. menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang melahirkan bayi BBLR 68,7 dan ibu yang mengalami KJDK 65,4 memiliki jarak kehamilan
2 tahun, sementara BBLR yang paling sedikit 14,4 pada jarak kelahiran 2-4 tahun, dan ibu yang mengalami KJDK yang paling sedikit 10,5 pada jarak kelahiran 4
tahun.
Universitas Sumatera Utara
4.3.4. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Kadar Hb