Umur Kehamilan Jarak Kelahiran

5.2.2. Umur Kehamilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah BBLR 73,5 dan KJDK 82,2 paling banyak pada usia kehamilan 37 minggu, sedangkan BBLR 7,3 paling sedikit pada usia kehamilan 42 minggu, dan pada usia kehamilan ≥ 42 minggu tersebut tidak ditemukan adanya ibu yang mengalami KJDK. Hal ini sesuai dengan hasil Ginting, C, 2003 di RSU Dr. Pirngadi Medan yang menyatakan bahwa ibu yang melahirkan bayi BBLR mempunyai umur kehamilan antara 28-37 minggu 73,3, kemudian disusul umur kehamilan 37-42 minggu 20,6, sedangkan yang mempunyai umur kehamilan 42 minggu sebesar 6,1. Hasil penelitian Setyowati, dkk, 1996 yang menggunakan data SDKI 1994 juga melaporkan bahwa 21,2 bayi BBLR dilahirkan premature atau kurang bulan 37 minggu. Umur kehamilan merupakan faktor penting yang mempengaruhi kejadian bayi BBLR dimana jika umur kehamilan ibu tidak mencukupi maka dengan sendirinya pertumbuhan janin tidak sempurna. ≥ Menurut Lin 1986, menyatakan bahwa berat badan bayi bertambah sesuai dengan usia kehamilan. Faktor umur kehamilan merupakan kejadian bayi dengan BBLR, karena semakin pendek usia kehamilan, maka semakin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya sehingga akan turut mempengaruhi berat badan waktu lahir. Sehingga dapat dikatakan bahwa umur kehamilan merupakan faktor yang mempenagruhi kejadian BBLR yang tidak dapat dihindari. Universitas Sumatera Utara

5.2.3. Jarak Kelahiran

Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar ibu yang melahirkan bayi BBLR 68,7 dan ibu yang mengalami KJDK 65,4 memiliki jarak kehamilan 2 tahun, sementara BBLR yang paling sedikit 14,4 pada jarak kelahiran 2-4 tahun, dan ibu yang mengalami KJDK yang paling sedikit 10,5 pada jarak kelahiran 4 tahun. Menurut Saraswati 1998 menjelaskan bahwa jarak antara dua kelahiran yang pendek dapat mengakibatkan hasil kehamilan yang kurang menguntungkan bagi ibu maupun janin yang dikandungnya, karena semakin kecil jarak antara dua kelahiran semakin besar resiko melahirkan bayi dengan BBLR dan KJDK, hal ini disebabkan oleh komplikasi pendarahan ante natum, partus premature dan anemia berat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Prameswari 2007, semakin lebar jarak antar kelahiran maka semakin kecil risiko BBLR dan kematian janin dalam kandungan. Jarak kelahiran yang terlalu cepat dapat mengakibatkan meningkatnya angka BBLR dan kematian janin dalam kandungan karena kondisi kesehatan ibu belum sepenuhnya pulih akibat persalinan sebelumnya. Pola pengasuhan ibu pada tahun–tahun pertama anaknya sangatlah penting. Apabila seorang ibu belum pulih sempurna dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan masih ada tugas mengasuh anak kecil lainnya maka kualitas perawatan bayi yang baru dilahirkannya berkurang Ranuh, 2005. Menurut Iswarati 2007 yang mengutip pendapat Ruzicka bahwa jarak kehamilan yang pendek mempengaruhi kesehatan ibu dan anak selain memberikan Universitas Sumatera Utara risiko kematian anak menjadi tinggi, wanita yang melahirkan berturut-turut dalan jangka waktu yang pendek tidak sempat memulihkan kesehatannya serta harus membagi perhatiannya kepada dua anak pada waktu yang sama. Selain itu harus menyapih anak yang besar yang seharusnya harus disusui untuk menyusui anak yang baru lahir.

5.2.4. Kadar Hb