Latar Belakang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia

mata pelajaran nonkeagamaan adalah merupakan salah satu indikasi penting tentang masuknya ide-ide pembaharuan di dunia Islam. 31 Deliar Noer dalam bukunya Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900- 1942, mengatakan bahwa gerakan modern juga mengakui manfaat pendidikan sains di sekolah-sekolah Belanda di Indonesia, dan oleh sebab itu sains juga dimasukkan di sekolah mereka. Bahasa Arab bukan satu-satunya bahasa asing untuk pengembangan ilmu pengetahuan seseorang. Di samping bahasa Arab diajarkan juga bahasa Belanda, Inggris, Perancis dan Jerman di sekolah-sekolah tersebut. Tampak pula berkurangnya pemakaian buku-buku bertuliskan bahasa Arab yang dipergunakan di sekolah, diganti dengan tulisan latin. Penggunaan sistem pendidikan Barat memberikan patokan bagi pelajar tentang tahap-tahap studi mereka, sedangkan pada pesantren dan surau, tahap- tahap kemajuan belajar ini tidak dapat diketahui. Sekolah modern Islam pun menekankan pengertian, bukan hafalan. 32 Dengan demikian, maka pembaharuan di lembaga pendidikan yang selanjutnya akan diteliti adalah pembaharuan meliputi metode pembelajaran, materi pembelajaran, sistem pembelajaran, manajemen pembelajaran mengenai hubungan dengan bidang diluar pendidikan.

E. Gerakan Pembaharuan Pendidikan Nusantara Abad Ke-19 Sampai Abad Ke-20

Gerakan pembaharuan di Indonesia dipengaruhi oleh gagasan pembaharuan di Timur Tengah yang notabene sebagai poros bagi para pelajar Indonesia untuk belajar menuntut ilmu. Banyak tokoh Nusantara yang bermukim di Mekah, seperti Syaikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, yang menjadi guru dan menyebarkan gagasan pembaharuan Islam kepada ulama nusantara yang berguru kepadanya selama mengikuti pendidikan di Mekah. Murid-murid Syaikh Ahmad Khatib ini kemudian berperan sebagai penggerak pendidikan Islam yang mempengaruhi perkembangan keislaman di tanah air. 31 Haidar Putra Daulay, Op,Cit., h. 50. 32 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1990, cet. Ke-5, h. 326-327. Gagasan pembaharuan tersebut lebih dulu diterima oleh para tokoh di Minangkabau dan mulai menampakkan pengaruhnya pada awal abad ke-19 melalui Gerakan Paderi yang dirintis oleh Haji Sumanik dan Haji Piobang yang melakukan langkah perubahan tradisi negatif yang berlangsung di lingkungan masyarakat Minangkabau seperti berjudi, minum tuak dan menyambung ayam yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Pada pergantian abad ke-19, banyak orangIslam Indonesia mulai menyadari perlunya perubahan-perubahan, apakah dengan cara menggali mutiara-mutiara Islam dari masa lalu yang telah memberi kesanggupan kepada saudara mereka seagama di Abad Pertengahan untuk mengatasi Barat dalam ilmu pengetahuan serta dalam memperluas daerah pengaruh, atau dengan menggunakan metode baru yang telah dibawa ke Indonesia oleh kekuasaan kolonial serta pihak missi Kristen. 33 Gagasan inilah yang merupakan gerbang yang mempertemukan pemikiran dengan cita-cita perjuangan yang terealisir dalam sebuah pergerakan atau organisasi sosial, terutama dalam bidang pendidikan. Gagasan-gagasan dan gerakan-gerakan pembaharuan pendidikan Islam mengalami puncak ketika pendidikan dengan cara tradisional tidak mampu lagi membendung gerak dan pemikiran para tokoh pembaharu. Berikut beberapa gagasan dan gerakan pembaharuan yang secara langsung dan tidak langsung merupakan presentasi dari gerakan pembaharuan yang terjadi di antara abad 19 dan 20. 1. Sumatra Thawalib Sumatra Thawalib tumbuh dari Surau Jembatan Besi, kejadiannya bermula dari inisiatif para siswa tentang usaha mendirikan organisasi.Perkumpulan ini dinamakan Perkumpulan Sabun, sebuah perkumpulan yang memenuhi keperluan sehari-hari para pelajar, seperti sabun, pensil, tinta dan lain sebagainya.Perkumpulan ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, perkumpulan yang berbentuk koperasi 33 Deliar Noer, Op.cit., h. 37. pelajar ini mulai dapat memenuhi kebutuhan yang lain, misalnya, menjahit pakaian, pangkas rambut dan berbagai kebutuhan lainnya.Laba atau keuntungan yang diperoleh dialokasikan untuk menggaji para guru. Pada tahun 1918, Perkumpulan Sabun diganti menjadi Sumatra Thuwailib dan perubahan kegiatan inipun diperluas pada bidang-bidang pelajaran agama, yaitu mempelajari Islam dan meluaskan ajarannya. Seorang guru dari sekolah tersebut, Haji Jalaluddin Thaib, pada tahun 1919 mengintrodusir cara-cara mengajar modern ke dalam Thawalib: sistem berkelas yang lebih sempurna, pemakaian bangku-bangku dan meja, kurikulum yang lebih diperbaiki dan kewajiban pelajar untuk membayar uang sekolah. Pada tahun berikutnya Thaib menjadi ketua dari Sumatra Thawalib, nama baru dari perkumpulan sebelumnya. Bahan pelajarannya berupa mata pelajaran seperti, ilmu bumi dan sejarah, juga diajarkan walaupun mata pelajaran utama tetap agama untuk pelajar-pelajar tingkat tinggi, kitab-kitab Abduh dan Rashid Redha, terutama Tafsir al-Manar, dipergunakan. Mereka juga membaca kitab-kitab Taqi al- Din Ahmad ibn Taimiyah yang “tidak tunduk” pada otoritas manapun dan yang sangat kritis mengancam bid‟ah, pemujaan wali-wali keramat, bai‟at dan ziarah ke tempat-tempat keramat. 34 2. Sekolah Adabiah Salah satu tokoh dan pelopor pembaharu pendidikan Islam di Nusantara adalah Syekh Abdullah Ahmad dari Padang Panjang.Pada tahun 1906, beliau mengunjungi Syekh Tahir Djalaluddin di Singapura. Di dalam kunjungannya itu, Abdullah Ahmad banyak terpengaruh oleh ide-ide pendidikan dari Tahir Djalaluddin dan di sisi lain sekolah gubernemen yang dilihatnya di kota Padang. Maka pada tahun 1907 Abdullah Ahmad mendirikan sekolah Adabiah di Padang Panjang. Sekolah Adabiah berdiri karena merasa keperluan terhadap pendidikan yang sistematik dan kenyataan bahwa tidak semua anak-anak 34 Ibid.,h. 56. dari pedagang di Padang dapat masuk sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah. 35 Sekolah Adabiah yang memakai metode pengajaran dan kurikulum modern umurnya tidak sampai satu tahun, karena harus dipindahkan dari Padang Panjang ke Padang.Di Padang Sekolah Adabiah itu mengalami perkembangan sangat pesat.Pendidikan umum lebih mendapat perhatian serius daripada pendidikan agama, karena ilmu pengetahuan banyak diminati orang Padang. Dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan khususnya pendidikan umum, maka Abdullah Ahmad pun merekrut empat orang guru berbangsa Belanda, di samping dua orang Indonesia, yang memiliki ijazah untuk mengajar tingkat HIS. Pada tahun 1916 Sekolah Adabiah ini diakui oleh pemerintah sebagai HIS pertama yang didirikan organisasi Islam.Setahun kemudian sekolah ini mendapat subsidi penuh dari gubernemen. 36 Di samping mengurus Sekolah Adabiah dan mengembangkan perkembangannya, Abdullah Ahmad tetap memperlihatkan kepedulian tinggi kepada persoalan-persoalan agama.Pada tahun 1910, dia menerbitkan majalah al-Manar, terbit dua kali sebulan.Majalah ini dapat bertahan terbit sampai tahun 1916.Sejalan dengan lembaga pendidikan yang didirikannya, majalah ini mengkaji ilmu pengetahuan umum seperti, ilmu bumi, astronomi, dan kesehatan, di samping ilmu agama yang menjadi pusat perhatian. 37 3. Sekolah Diniyah Pendiri Sekolah Diniyah adalah Zainuddin Labai El-Yunusi, murid dari Syekh Abdullah Ahmad di Surau Jembatan Besi.Sekolah ini memakai sistem sekolah modern pada tahun 1916.Proses pendidikan di Sekolah Diniyah ini berlangsung hingga sore hari. Lembaga pendidikan Islam ini diorganisasikan berdasarkan sistem klasikal dan tidak menerapkan sistem sebagaimana terdapat pada pendidikan tradisional.Mata pelajaran yang 35 Ibid, h. 50. 36 Karel A. Steenbrink, Op.Cit, h. 40. 37 Deliar Noer, Op.Cit., h. 47-48.