Gerakan Pembaharuan Pendidikan Nusantara Abad Ke-19 Sampai Abad Ke-20
disusunnya berbeda dengan biasanya, dimulai dengan pengetahuan dasar bahasa Arab sebelum memulai membaca al-
Qur‟an.
38
Di samping mata pelajaran agama ada juga mata pelajaran umum, seperti sejarah dan ilmu bumi.Pada tingkat tertinggi pengajarannya
menggunakan buku-buku berbahasa Arab.Di sini terlihat perbedaan antara Sekolah Adabiah yang lebih menekankan pengetahuan umum dengan
Sekolah Diniyah yang lebih menekankan pengetahuan agama. Sekolah diniyah ini pun berkembang pesat dan mendapat
sambutan luar biasa dari umat Islam di Minangkabau.Sampai tahun 1922, tercatat 15 sekolah yang memiliki model dan sistem seperti yang berlaku di
sekolah Diniyah.Setelah Zainuddin Labai wafat, yang melanjutkan cita- citanya kemudian adiknya yang bernama Rahmah El-Yunusiyah.Beliau
tertarik memadukan sistem koedukasi dalam Sekolah Diniyah, karena itulah Sekolah Diniyah ini menerima murid putera dan puteri.Menurutnya,
banyak problema yang dialami wanita, dan problema itu hanya bisa dipecahkan oleh kaum wanita pula.Oleh karena itu, dia memandang perlu
untuk mendirikan sekolah wanita. Pada tanggal 1 November 1923, Rahmah El-Yunusiyah pun mendirikan sekolah khusus bagi puteri yang diberi nama
al-Madrasah al-Diniyah.
39
4. Persyarikatan Ulama Persyarikatan ulama adalah sebuah gerakan pembaharuan yang
pertama kali muncul dan berkembang di daerah Majalengka, Jawa Barat.Organisasi ini berdiri pada tahun 1911, atas inisiatif Haji Abdul
Halim yang lahir di Cibelerang, Majalengka tahun 1887.
40
Dalam kongres Persyarikatan Ulama pada 1932, Halim mengusulkan agar organisasi ini mendirikan sebuah lembaga pendidikan
yang benar-benar dapat melahirkan alumni-alumni yang mandiri. Menurut Halim, selama ini yang terjadi adalah banyak alumni dari sekolah yang
38
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1982, h. 44.
39
Deliar Noer, Op,Cit., h. 62.
40
Ibid., h.8.
didirikan pemerintah sangat tergantung kepada pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah atau bidang usaha lainnya.Kongres pun menerima usulan
Halim tersebut, dan ia pun merealisasikan cita-citanya itu dengan mendirikan “Santi Asrama” tepatnya pada tahun 1932.
Santi Asrama ini dibagi pada tiga tingkatan: permulaan, dasar dan lanjutan. Yang istimewa dari Santi Asrama ini tidak hanya diberikan
pengetahuan agama dan umum saja, tetapi juga keterampilan-keterampilan khusus yang bernilai ekonomis.Misalnya, keterampilan khusus dalam
bidang pertanian, pekerjaan tangan besi dan kayu, menenun dan mengolah berbagai bahan, seperti membuat sabun.Keterampilan-
keterampilan khusus diberikan sebagai komitmen dan cita-cita ideal dari Halim sebagai pendiri Persyarikatan Ulama agar alumni-alumni menjadi
mandiri dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.Santi Asrama ini menjadi proyek percontohan yang dilakukan oleh Persyarikatan Ulama
sebagai kontribusi untuk kemajuan dan pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia yang sesuai dengan tuntutan zaman.
5. Sekolah Muhammadiyah Salah satu organisasi sosial yang terpenting di Indonesia diawal
abad ke-20 M adalah Muhammadiyah.Organisasi ini didirikan pada 18 Nopember 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Pendiri perkumpulan Muhammadiyah ini merupakan seorang murid Syaikh Ahmad Khatib yaitu Kiai Ahmad Dahlan, beliau melakukan
pembaharuan di tengah setting sosial keagamaan yang ditandai oleh meluasnya praktik taqlid yang dianggap sebagai penyebab kejumudan.
Langkah pembaharuan telah dilakukan di lingkungan keraton, misalnya Ahmad Dahlan pernah mencoba meluruskan arah kiblat masjid keraton
yang kemudian mendapatkan tantangan keras dan membuat marah para tokoh ulama senior di lingkungan keraton karena dianggap melakukan
perombakan agama.
41
41
Ibid.,h. 85.
Kiai haji Ahmad Dahlan tidak langsung mendirikan persyerikatan Muhammadiyah.Mula-mula beliau mendirikan lembaga pendidikan. Pada
tahun 1911 Kiai Ahmad Dahlan mendirikan sekolah agama yang khas dengan namaSekolah Muhammadiyah. Sekolah Muhammadiyah ini
memang tidak sama dengan pendidikan agama yang dikenal selama ini.
42
Ada dua model persekolahan, yaitu: a Model persekolahan umum. Sekolah pertama yang didirikan oleh
K.H. Ahmad Dahlan pada 1911 di Kauman, Yogyakarta.Sekolah ini merupakan sekolah tingkat dasar yang berawal dari sebuah
pengajian.Sekolah ini mempunyai murid laki-laki dan perempuan sekaligus, yang diajar dengan menggunakan papan tulis dan kapur,
bangku-bangku, serta alat peraga. b Madrasah. Selain mendirikan sekolah, beliau juga mendirikan
madrasah yang mengikuti model gubernamen, bersifat agamis yang disebut sebagai madrasah.Perbedaannya dengan sekolah terletak
pada kurikulum,
yaitu 60
agama dan
selebihnya nonagama.Sementara di Muhammadiyah dilakukan pembaharuan
terhadap teknik interaksi belajar.Teknik interaksi belajar yang dipakai adalah dengan model pembaruan yang memadukan sistem
pendidikan Barat dengan model pesantren, yaitu pelajaran yang diberikan kepada murid laki-laki dan perempuan secara bersamaan
coeducation.
43
6. Madrasah Salafiyah Tebu Ireng Madrasah Salafiyah Tebu Ireng adalah sekolah dibawah organisasi
terbesar di Indonesia, yaitu Nadhlatul Ulama. Pada awalnya Nadhlatul Ulama tidak menerima pembaharuan yang sedang terjadi, akan tetapi
setahap demi setahap, Nadhlatul Ulama mulai menerima pembaharuan pendidikan yang selama ini ditentangnya. Meskipun terbatas di perkotaan,
42
Mardanas Safwan dan Sutrisno Kutoyo, K.H. Ahmad Dahlan, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1999, cet. Ke-2, h. 42
43
Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, h. 200-201
Nadhlatul Ulama telah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dengan system modern.
Pembaharuan yang dilakukan Tebuireng pertama kali adalah dengan mendirikan Madrasah Salafiyah pada tahun 1919 sebagai tangga untuk
memasuki tingkat menengah pesantren Tebuireng. Di Madrasah Salafiyah ini, bahasa pengantar yang dipakai adalah bahasa Indonesia dan untuk
beberapa pengajaran tertentu dipakai bahasa Arab. Bahasa asing lainnya juga diajarkan di madrasah ini bersama pengetahuan umum.
44
Bermunculnya sekolah-sekolah Islam modern tersebut ternyata telah menggeser posisi surau, pendidikan tradisional, yang terdapat di Indonesia,
kecuali di pulau Jawa yang masih ada beberapa organisasi yang bergerak dalam pendidikan memegang teguh pendiriannya dengan tidak menerima
pembaharuan, dikarenakan adanya protes keras dari para wali murid. Masyarakat kala itu, tidak hanya tertarik pada pengetahuan agama semata,
tapi juga menginginkan diadakannya ilmu pengetahuan umum, disamping ingin mendapatkan ijazah agar mudah mendapatkan pekerjaan.
Dengan munculnya pergerakan dalam bidang pembaharuan pendidikan menjadi awal perjuangan menegakkan agama Islam sehingga
kemudian Islam sebagai idealisme dan kejayaan umat Islam sebagai realita „izzul islama wal muslimin dapat direalisasikan secara kongkrit dengan
menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya. Umat Islam mulai saat ini menyadari cita-cita yang demikian besar lagi berat tersebut hanya
akan dapat lebih efektif dan efisien manakala menggunakan alat pergerakan yang bernama
“organisasi”.