Interpretasi Data Langkah-Langkah Penelitian

2. Latar Belakang Berdiri Lembaga Pendidikan Jamiat Kheir

Latar belakang berdirinya Jamiat Kheir tidak lepas dari perjalanan bangsa Indonesia yang sejak tahun 1628 M hingga tahun 1918 Msenantiasa terjadi pemberontakan dan perjuangan untuk mengusir penjajahan yang telah bercokol dari tahun 1602 M. ketika jiwa kebangkitan nasional mulai masuk ke dalam jiwa bangsa Indonesia, penjajah Belanda menjadi semakin cemas. Mereka berusaha untuk memadamkan api semangat bahkan mengasingkan mereka-mereka yang dianggap berbahaya terhadap kelangsungan hidup penjajahan di Indonesia. Bangsa Indonesia mulai sadar bahwa kemerdekaan akan sulit dicapai bila hanya mengandalkan perjuangan di medan laga saja. Pejuang-pejuang dan kaum cendekiawan kemudian mulai merintis jalan untuk berupaya merintis perjuangan di medan politik. Dengan lahirnya organisasi-organisasi sosial, baik di bidang perekonomian maupun di bidang pendidikan, serta lahirnya partai-partai politik di Indonesia, merupakan awal dari perjuangan di bidang politik. Salah satu diantaranya adalah organisasi Jamiat Kheir. Jamiat kheir lahir tahun 1901 M dan segera mendapat simpati dari umat Islam. Pada tahun 1901 sebagai langkah permulaan beberapa tokoh masyarakat Arab berinisiatif mendirikan sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial pendidikan berdasarkan Islam, yang diberi nama Jamiat Kheir. Pada mulanya organisasi ini dimaksudkan sebagai wadah kerjasama dan perlindungan, tapi mencerminkan pula sentimen keagamaan yang kuat dari pendiri-pendirinya, yang selalu siap memberi bantuan pada tiap organisasi yang condong pada Islam.Karena anggota dan pemimpin organisasi ini pada umumnya terdiri dari orang-orang yang berada, maka mereka dapat menggunakan sebagian besar waktunya untuk perkembangan organisasi tanpa merugikan usaha mereka untuk pencaharian nafkah.Mungkin hal ini pulalah yang menjadi salah satu penyebab utama yang menunjang kemajuan dan perkembangan Jamiat Kheir. 54 Jamiat Kheir didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905, Secara resmi dengan pengesahan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan Anggaran 54 Harun Nasution dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Ikapi, 1992, h. 480-481. Dasarnya dapat disetujui.Akan tetapi Jamiat Kheir dilarang untuk mendirikan cabang-cabang organisasi di luar wilayah Batavia. 55 Berdirinya Jamiat Kheir lebih didorong oleh pertimbangan-pertimbangan praktis daripada oleh kesadaran-kesadaran filosofis ataupun agama.Dia merupakan pencerminan dari keengganan para pendirinya untuk tetap tertinggal dari kemajuan yang dicapai oleh orang-orang Belanda, serta prestasi yang dicapai oleh orang- orang Cina yang telah berhasil menegakkan sebuah organisasi sosial di kalangan mereka pada permulaan abad.Juga merupakan pencerminan ketidaksenangan terhadap Belanda, yang dirasakan lebih memperlihatkan kecenderungan untuk menganak-emaskan orang-orang Cina dibandingkan dengan perhatian terhadap masyarakat Arab atau Muslim. Jika diperhatikan berdirinya sekolah Jamiat Kheir ada beberapa factor yang mendorong, menurut berkas dari Jamiat Kheir, yaitu: a. Belum ada sekolah yang cocok untuk anak-anak kaum muslimin, sebab sejak tahun 1850 mulai diberlakukannya sekolah oleh Pemerintah Hindia Belanda hingga abad ke-20 khusus disediakan untuk anak orang Eropa, anak orang Kristen dan anak kaum bangsawan. b. Pendidikan Agama Islam tidak diperkenankan diajarkan pada sekolah Pemerintah Kolonial. c. Semangat pembaharuan Islam di dunia yang dipelopori oleh Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani dan Rashid Ridha membuka cakrawala baru dalam pemikiran orang Arabketurunan Arab di Indonesia.

3. Tujuan Pendirian Lembaga Pendidikan Jamiat Kheir

Di samping bertujuan memberikan bantuan pada anggota perkumpulan dalam masalah kematian dan pelaksanaan pernikahan pasal 1, Anggaran Dasar tersebut memuat tujuan untuk mendirikan sekolah-sekolah hingga pelaksanaan pengajarannya. pasal 2. Dan anggotanya tidak saja dari kalangan Arab, tetapi 55 Mansur dan Mahfud Junaedi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Depag Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2005, h. 65.