Rancangan Pengelolaan Tingkat Kebisingan untuk Mengurangi Dosis Paparan Kebisingan pada Unit Produksi Guard Shop di Perusahaan Elektronik Jakarta

(1)

RANCANGAN PENGELOLAAN TINGKAT KEBISINGAN UNTUK

MENGURANGI DOSIS PAPARAN KEBISINGAN PADA UNIT

PRODUKSI GUARD SHOP DI PERUSAHAAN

ELEKTRONIK JAKARTA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh:

BEBBY ASMARA NASUTION NIM. 060403072

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

RANCANGAN PENGELOLAAN TINGKAT KEBISINGAN UNTUK

MENGURANGI DOSIS PAPARAN KEBISINGAN PADA UNIT

PRODUKSI GUARD SHOP DI PERUSAHAAN

ELEKTRONIK JAKARTA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh:

BEBBY ASMARA NASUTION NIM. 060403072

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

( Ir. Nazlina, M.T.) (Dr.Eng. Ir. Listiani Nurul Huda, M.T.)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridha-Nya sehingga laporan penelitian yang berjudul “Rancangan Pengelolaan Tingkat Kebisingan untuk Mengurangi Dosis Paparan Kebisingan pada Unit Produksi Guard Shop di Perusahaan Elektronik Jakarta” ini dapat diselesaikan, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Sumatera Utara.

Secara garis besar, isi dari laporan penelitian ini merupakan hasil pengukuran aktual tingkat kebisingan pada unit produksi guard shop yang terdapat di Perusahaan Elektronik Jakarta. Hasil pengukuran tingkat kebisingan selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam penentuan dosis kebisingan maupun besarnya waktu kerja maksimum yang diizinkan. Berdasarkan informasi yang telah diperoleh dapat dibuat suatu rancangan pengelolaan tingkat kebisingan yang sesuai dengan kondisi area kerja. Hal ini bertujuan untuk melindungi para pekerja di unit produksi guard shop dari paparan kebisingan yang melewati nilai ambang batas batas kebisingan, sesuai Peraturan Pemerintah melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurang-sempurnaan dalam penulisan laporan penelitian ini. Hal ini semata-mata merupakan karena keterbatasan yang ada. Namun demikian, penulis berharap laporan penelitian ini dapat berguna bagi yang memerlukannya.

Medan, Juni 2011


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah terlibat selama penulis menjalani perkuliahan, penelitian di lapangan, maupun berkontribusi dalam penyusunan laporan penelitian ini. Do’a dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada orang tua penulis, (Alm) Hisyam Nasution (meskipun papa telah pergi menghadap-Nya, namun semangat belajar yang papa ajarkan masih terus mengalir hingga kini, untuk belajar sepanjang hayat dan menjalani pendidikan setinggi-tingginya). Buat mama (Erwita, S.Pd.) terima kasih atas dukungan moral dan materi-nya selama penulis menjalani perkuliahan hingga 10 semester ini. Buat anggota keluarga-ku yang lain, terima kasih atas dukungan dan motivasinya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Keluarga Besar Kampus Departemen Teknik Industri-USU maupun pihak Perusahaan Elektronik Jakarta tempat penulis melaksanakan magang kerja dan penelitian:

1. Dr.Eng. Ir. Listiani Nurul Huda, M.T., sebagai pembimbing II sekaligus pembimbing utama penulis dalam melakukan penelitian hingga penyusunan laporan penelitian ini. Terima kasih atas usaha Ibu dalam memperjuangkan penulis untuk melaksanakan magang kerja di Perusahaan Elektronik Jakarta. Dukungan dan semangat Jepang Ganbatte Kudasai yang Ibu berikan merupakan energi bagi penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini. 2. Ir. Nazlina, M.T., sebagai pembimbing I dalam penulisan laporan penelitian.

Terima kasih atas share Ilmu Ergonomi dan bimbingan yang Ibu berikan. 3. Ir. Khawarita Siregar, M.T., sebagai Ketua Departemen Teknik Industri.

Terima kasih atas izin dan kemudahan administrasi yang Ibu berikan selama penulis menyelesaikan laporan penelitian ini.

4. Ir. Dini Wahyuni, M.T. dan Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc., dosen yang banyak membantu memberikan semangat dan share ilmu bagi penulis. Terima kasih juga atas diskusinya selama ini.


(5)

5. Tuti Sarma Sinaga, S.T., M.T., Kepala Laboratorium Proses Manufaktur. Terima kasih atas semangat yang Ibu berikan.

6. Pak Heru Santoso, Vice President Perusahaan Elektronik Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjalani magang kerja dan penelitian.

7. Dendi, Andy, Tomo, dan Bang Rajendra yang telah menjadi rekan utama penulis selama melaksanakan magang kerja di Perusahaan Elektronik Jakarta. 8. Staf HR & General Affair Perusahaan Elektronik Jakarta (Pak Dewanto H.S.,

Pak Rusdianto, Pak Agus Demyati), terima kasih atas bimbingannya selama penulis melaksanakan magang kerja.

9. Pak Hendra Raharjo, Staf EPPO & OSH Perusahaan Elektronik Jakarta. Terima kasih atas usahanya untuk meminjamkan Sound Level Meter bagi penulis.

10.Staf di Electric Fan Business Unit (Pak Achmad Fitriadi, Pak Asep Supriatna, Pak Adhy Rachmanto, Pak Wawan Aryawan, Pak Ali Muchtar, Bu Mita), terima kasih atas bimbingannya selama penulis magang kerja di Electric Fan Business Unit.

11.Buat rekan-rekan penulis selama magang kerja di Electric Fan Business Unit (Sinta Sukma, Andre Yosefan, Bang Tirta Maulana, Bang Samsul Bahri, Mas Hadi Prayitno), terima kasih atas bantuannya selama penulis melaksanakan magang kerja maupun penelitian.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN

COVER ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-5 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-6

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3 2.4. Uraian Proses Produksi ... II-6


(7)

HALAMAN BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... III-1 3.1. Terjadinya Bunyi ... III-1 3.2. Perambatan Bunyi ... III-1 3.3. Bunyi dan Kebisingan ... III-3 3.4. Pengukuran Bunyi ... III-4 3.5. Jarak Tempuh Gelombang Bunyi ... III-6 3.6. Sound Weighting ... III-7 3.7. Ambang Batas Kebisingan ... III-8 3.8. Dosis Kebisingan ... III-10 3.9. Noise Mapping ... III-11 3.10. Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan ... III-12 3.11. Program Pencegahan/Program Konservasi Pendengaran .... III-13

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Rancangan Penelitian... IV-1 4.3. Subjek dan Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Instrumen Penelitian ... IV-2 4.6. Kerangka Konseptual... IV-3 4.7. Pelaksanaan Penelitian ... IV-3 4.8. Pengolahan Data ... IV-4 4.9. Analisis Data ... IV-4

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan ... V-1 5.2. Tingkat Kebisingan Rata-rata... V-1 5.3. Tingkat Kebisingan Ekuivalen ... V-8 5.4. Intensitas Kebisingan ... V-9 5.5. Kecepatan Udara dan Tingkat Kebisingan... V-11


(8)

HALAMAN 5.6. Temperatur Ruang dan Tingkat Kebisingan ... V-14 5.7. Penentuan Waktu Kerja Operator Akibat Risiko Paparan

Kebisingan ... V-17 5.8. Pemetaan Kebisingan... V-20 5.9. Perbandingan Tingkat Kebisingan Aktual dan Masa Lalu .... V-20

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL... VI-1 6.1. Analisis Tingkat Kebisingan ... VI-1 6.2. Analisis Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Tingkat

Kebisingan ... VI-2 6.3. Analisis Pengaruh Temperatur Ruang terhadap Tingkat

Kebisingan ... VI-3 6.4. Analisis Dosis Kebisingan ... VI-4 6.5. Analisis Tingkat Kebisingan Berdasarkan Perbedaan Waktu VI-5 6.6. Pembahasan Hasil ... VI-8 6.6.1. Tingkat Kebisingan Aktual dan Standar Kebisingan . VI-8 6.6.2. Pengukuran Tingkat Kebisingan ... VI-9 6.6.3. Engineering Control... VI-10 6.6.4. Administrative Control ... VI-11

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-3

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1. Kecepatan Rambat Bunyi Menurut Medium Rambatnya ... III-2 3.2. Sumber Bunyi dan Intensitas Bunyi ... III-4 3.3. Nilai Ambang Batas Kebisingan... III-9 3.4. Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan OSHA ... III-10 5.1. Tingkat Kebisingan (dB(A)) pada Unit Produksi Guard Shop ... V-3 5.2. Tingkat Kebisingan Rata-rata (dB(A))... V-6 5.3. Tingkat Kebisingan Ekuivalen ... V-8 5.4. Tingkat Kebisingan Ekuivalen Berdasarkan Pembagian Waktu ... V-9 5.5. Intensitas Kebisingan pada Unit Produksi Guard Shop ... V-11 5.6. Data Tingkat Kebisingan dan Kecepatan Udara ... V-11 5.7. Output Keterangan Hubungan Kecepatan Udara terhadap

Tingkat Kebisingan ... V-11 5.8. Temperatur Ruang pada Unit Produksi Guard Shop ... V-14 5.9. Data Tingkat Kebisingan dan Temperatur Ruang ... V-15 5.10. Output Keterangan Hubungan Temperatur Ruang terhadap

Tingkat Kebisingan ... V-17 5.11. Waktu Paparan Kebisingan yang Diizinkan dan Dosis Kebisingan ... V-18 5.12. Rata-rata Waktu Paparan Kebisingan yang Diizinkan dan

Dosis Kebisingan ... V-19 5.13. Informasi Berbagai Mesin pada Unit Produksi Guard Shop ... V-21 5.14. Tingkat Kebisingan Aktual dan Masa Lalu ... V-23 6.1. Deskripsi Aktivitas Operator ... VI-13 6.2. Frekuensi Rotasi Kerja Operator ... VI-14 6.3. Tahapan Rotasi Kerja ... VI-16 6.4. Waktu Kerja Produktif Operator Unit Produksi Guard Shop ... VI-26


(10)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Produk Kipas Angin yang Diproduksi Electric Fan Business Unit... II-2 2.2. Struktur Organisasi Perusahaan Elektronik ... II-4 2.3. Struktur Organisasi Electric Fan Business Unit ... II-5 2.4. Proses Rolling ... II-6 2.5. Proses Pressing ... II-7 2.6. Proses Projection Welding ... II-8 2.7. Proses Forming ... II-9 2.8. Proses Outer Ring Welding ... II-9 2.9. Proses Cutting ... II-10 3.1. Pengurangan Tingkat Kebisingan Akibat Jarak ... III-5 3.2. Kurva Sound Weighting pada Frekuensi 10 Hz – 20 kHz ... III-7 4.1. Blok Diagram Kerangka Konseptual ... IV-3 4.2. Mekanisme Pengumpulan Data ... IV-4 4.3. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-5 4.4. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-6 5.1. Posisi Titik Pengukuran Tingkat Kebisingan pada Unit Produksi

Guard Shop ... V-2 5.2. Grafik Tingkat Kebisingan Ekuivalen Berdasarkan Pembagian Waktu V-10 5.3. Scatter Diagram, Persamaan Regresi, dan Koefisien Korelasi

Kecepatan Udara terhadap Tingkat Kebisingan ... V-13 5.4. Scatter Diagram, Persamaan Regresi, dan Koefisien Korelasi

Temperatur Ruang terhadap Tingkat Kebisingan ... V-16 5.5. Bar-Chart Rata-rata Dosis Kebisingan yang Diterima Operator ... V-20 5.6. Pemetaan Kebisingan pada Unit Produksi Guard Shop ... V-22 5.7. Perbandingan Tingkat Kebisingan Aktual dengan Masa Lalu pada


(11)

GAMBAR HALAMAN 6.1. Grafik Perbandingan Tingkat Kebisingan Area Projection

Welding, Outer Ring Welding, Cutting, dan Middle Ring Welding

Periode 2007 s/d 2010 ... VI-5 6.2. Grafik Perbandingan Tingkat Kebisingan Area Forming Periode

2007 s/d 2010 ... VI-6 6.3. Grafik Perbandingan Tingkat Kebisingan Area Pressing, Butt

Welding, dan Rolling Periode 2007 s/d 2010 ... VI-8 6.4. Diagram Tingkat Produktivitas Operator Berdasarkan Jam Kerja

yang Diizinkan ... VI-6 6.5. Blok Diagram Aliran Kerja Operator... VI-15 6.6. Bar-Chart Rotasi Kerja Operator 4 Middle Ring Welding ... VI-17 6.7. Bar-Chart Rotasi Kerja Operator 5 Middle Ring Welding ... VI-17 6.8. Bar-Chart Rotasi Kerja Operator 7 Cutting ... VI-18 6.9. Bar-Chart Rotasi Kerja Operator 6 Cutting ... VI-18 6.10. Bar-Chart Rotasi Kerja Operator 8 Outer Ring Welding ... VI-19 6.11. Bar-Chart Rotasi Kerja Operator 9 Outer Ring Welding ... VI-19 6.12. Bar-Chart Rotasi Kerja Operator 10 Forming ... VI-19 6.13. Bar-Chart Rotasi Kerja Operator 11 Forming ... VI-20 6.14. Bar-Chart Rotasi Kerja Operator 12 Projection Welding ... VI-20 6.15. Bar-Chart Rotasi Kerja Operator 13 Projection Welding ... VI-20 6.16. Rotasi Kerja Tahap 1 ... VI-21 6.17. Rotasi Kerja Tahap 2 ... VI-22 6.18. Rotasi Kerja Tahap 3 ... VI-23 6.19. Rotasi Kerja Tahap 4 ... VI-24 6.20. Skema Rotasi Kerja Secara Keseluruhan pada Unit Produksi

Guard Shop ... VI-25 6.21. Diagram Perbandingan Waktu Kerja Operator Berdasarkan Jam


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

L.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Berbagai Bagian dalam Organisasi Perusahaan Elektronik Jakarta


(13)

ABSTRAK

Unit produksi guard shop merupakan area produksi yang memproduksi front guard dan rear guard (jala pengaman produk kipas angin). Pada unit produksi tersebut terdapat permasalahan kebisingan. Kebisingan terjadi pada level 87 s/d 93 dB(A) dan berlangsung selama 7.8 jam/hari, sehingga telah melewati nilai ambang batas kebisingan yang diizinkan pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.51/MEN/1999. Kebisingan ini memberikan efek gangguan pendengaran, perasaan terganggu, ketidaknyamanan kerja, serta gangguan komunikasi kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengelola tingkat kebisingan yang ada pada unit produksi guard shop agar paparan kebisingan yang melewati nilai ambang batas yang diterima operator dapat dikurangi.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan deskriptif dengan menggunakan metode survei. Variabel penelitian meliputi jenis dan umur mesin, letak mesin produksi, tingkat kebisingan, durasi paparan, temperatur ruang, kecepatan udara, dan dosis kebisingan. Tingkat kebisingan dan temperatur ruang diukur menggunakan sound level meter integrating/logging model 2900 dan thermometer digital tipe Corona model GL-89. Data lainnya diperoleh dari file record perusahaan.

Hasil pengolahan data menunjukkan kebisingan pada unit produksi guard shop telah melewati nilai ambang, yang berada pada area Middle Ring Welding (88.04 dB(A)), Cutting (91.65 dB(A)), Outer Ring Welding (89.95 dB(A)), Forming (89.95 dB(A)), dan Projection Welding (87.71 dB(A)). Jam kerja yang diizinkan adalah Middle Ring Welding 237 menit, Cutting 103 menit, Outer Ring Welding 153 menit, Forming 153 menit, dan Projection Welding 256 menit.

Rancangan pengelolaan tingkat kebisingan pada unit produksi guard shop dilakukan dengan administrative control melalui rotasi kerja. Operator yang telah terpapar kebisingan sebanyak jam kerja yang diizinkan akan dirotasi ke area kerja yang aman dari daerah bising.


(14)

ABSTRAK

Unit produksi guard shop merupakan area produksi yang memproduksi front guard dan rear guard (jala pengaman produk kipas angin). Pada unit produksi tersebut terdapat permasalahan kebisingan. Kebisingan terjadi pada level 87 s/d 93 dB(A) dan berlangsung selama 7.8 jam/hari, sehingga telah melewati nilai ambang batas kebisingan yang diizinkan pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.51/MEN/1999. Kebisingan ini memberikan efek gangguan pendengaran, perasaan terganggu, ketidaknyamanan kerja, serta gangguan komunikasi kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengelola tingkat kebisingan yang ada pada unit produksi guard shop agar paparan kebisingan yang melewati nilai ambang batas yang diterima operator dapat dikurangi.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan deskriptif dengan menggunakan metode survei. Variabel penelitian meliputi jenis dan umur mesin, letak mesin produksi, tingkat kebisingan, durasi paparan, temperatur ruang, kecepatan udara, dan dosis kebisingan. Tingkat kebisingan dan temperatur ruang diukur menggunakan sound level meter integrating/logging model 2900 dan thermometer digital tipe Corona model GL-89. Data lainnya diperoleh dari file record perusahaan.

Hasil pengolahan data menunjukkan kebisingan pada unit produksi guard shop telah melewati nilai ambang, yang berada pada area Middle Ring Welding (88.04 dB(A)), Cutting (91.65 dB(A)), Outer Ring Welding (89.95 dB(A)), Forming (89.95 dB(A)), dan Projection Welding (87.71 dB(A)). Jam kerja yang diizinkan adalah Middle Ring Welding 237 menit, Cutting 103 menit, Outer Ring Welding 153 menit, Forming 153 menit, dan Projection Welding 256 menit.

Rancangan pengelolaan tingkat kebisingan pada unit produksi guard shop dilakukan dengan administrative control melalui rotasi kerja. Operator yang telah terpapar kebisingan sebanyak jam kerja yang diizinkan akan dirotasi ke area kerja yang aman dari daerah bising.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan. Kebisingan dapat memberikan efek negatif bagi seseorang baik secara fisik (seperti gangguan pendengaran) maupun secara psikologis (seperti frustasi dan perasaan terganggu).1)

Tidak semua pekerja dapat beradaptasi dengan baik terhadap kebisingan. Kebisingan yang berlangsung secara terus-menerus akan mengganggu konsentrasi pekerja terhadap suatu proses produksi dan akan meningkatkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Yulianti Hidayah, Latifah Dieniyah, dan Ratih Wulandhari (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Faktor Kebisingan dan Tingkat Kesulitan Kerja Terhadap Produktivitas Line Assembling PT X diperoleh hasil bahwa faktor kebisingan berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Kebisingan ternyata meningkatkan kesalahan dalam melakukan pekerjaan karena mengganggu konsentrasi dan diindikasikan sebagai defisiensi performa kerja. Dengan kondisi kebisingan di line assembling 85-87.9 dB(A) dan 88-90.9 dB(A) secara signifikan terlihat adanya perbedaan hasil produksi.2)

1)

Tim Ergoinstitute. Kebisingan di Tempat Kerja

2)

Nur Yulianti Hidayah, Latifah Dieniyah, dan Ratih Wulandhari. Analisis Pengaruh Faktor Kebisingan


(16)

Studi kasus yang pernah dilakukan di pabrik perakitan elektronika IBM di Austin, Texas yang memproduksi printed circuit board (PCB) untuk komponen komputer, melalui pemasangan isolasi suara pada berbagai mesin produksi di diperoleh pengurangan tingkat tekanan bunyi hingga level 75 sampai 60 dB(A), sehingga komunikasi verbal dalam menerima perintah kerja diantara operator maupun mendengar sinyal bahaya menjadi tidak terganggu. Dengan perbaikan tersebut, kualitas kerja operator maupun kualitas hasil produksi meningkat secara signifikan.3)

Permasalahan kebisingan ditemukan pada unit produksi guard shop di salah satu perusahaan elektronik yang berlokasi di Jakarta. Sumber kebisingan berasal dari berbagai mesin produksi yang memproses front guard dan rear guard. Proses produksi menimbulkan kebisingan karena operasi welding dan cutting terhadap material menghasilkan suara yang sangat bising. Kebisingan yang terjadi di unit produksi guard shop berada pada rentang level 87 s/d 93 dB(A). Kondisi tersebut berlangsung selama 7.8 jam/hari di setiap hari kerja. Hal ini telah melampaui nilai ambang batas kebisingan yang diizinkan berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.51/MEN/1999 dimana operator hanya diperbolehkan bekerja ± 5 jam untuk pemaparan tingkat kebisingan 87 dB(A) dan maksimal 1 jam 16 menit dengan pemaparan tingkat kebisingan 93 dB(A).

3)


(17)

Akibat yang timbul terhadap operator dari keadaan ini adalah risiko kehilangan sensitivitas pendengaran (hearing loss), ketidaknyamanan dalam bekerja, dan sulitnya operator menangkap informasi maupun perintah kerja secara verbal untuk mengganti model part yang akan diproduksi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan keterangan yang menjadi latar belakang permasalahan, maka permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah:

1. Tingkat kebisingan pada unit produksi guard shop telah melewati nilai ambang batas kebisingan.

2. Ketidaknyamanan kerja operator.

3. Gangguan komunikasi yang berdampak pada timbulnya kesulitan operator dalam menerima perintah kerja secara verbal.

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah merancang teknik pengelolaan tingkat kebisingan pada unit produksi guard shop di perusahaan elektronik Jakarta agar paparan kebisingan yang melampaui nilai ambang batas yang diterima operator dapat dikurangi. Salah satu cara untuk mengelola tingkat kebisingan adalah dengan melakukan rotasi kerja terhadap operator antar stasiun kerja. Sedangkan secara khusus, tujuan penelitian ini adalah:

1. Menentukan tingkat kebisingan aktual pada unit produksi guard shop dengan melakukan pengukuran langsung.


(18)

2. Melakukan pemetaan kebisingan berdasarkan area kerja operator pada unit produksi guard shop.

3. Menentukan hubungan kecepatan udara dan temperatur ruang terhadap tingkat kebisingan yang dihasilkan pada unit produksi guard shop.

4. Menentukan dosis kebisingan yang diterima operator pada unit produksi guard shop berdasarkan standar (nilai ambang batas) kebisingan.

5. Membandingkan tingkat kebisingan aktual dengan tingkat kebisingan masa lalu pada unit produksi guard shop.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Mahasiswa

a. Menerapkan teori human factor engineering dalam menyelesaikan permasalahan kebisingan yang terjadi di perusahaan.

b. Memperoleh peluang untuk mencari solusi dari permasalahan di perusahaan dari sudut pandang akademis.

2. Bagi Perusahaan

a. Memberi masukan kepada pihak perusahaan terhadap upaya yang dapat dilakukan dalam mengelola kebisingan di tempat kerja agar kenyamanan lingkungan kerja dapat tetap dijaga

b. Sebagai pedoman bagi pekerja yang bekerja di lingkungan yang bising untuk mengantisipasi terjadinya pengaruh kebisingan di tempat kerja.


(19)

3. Bagi Departemen Teknik Industri

Sebagai bahan rujukan dan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya untuk mencari solusi pengelolaan kebisingan di tempat kerja.

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan yang dilakukan dalam penelitian antara lain:

1. Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan pada 8 titik pengukuran pada unit produksi guard shop yang berukuran 26 x 8 meter.

2. Pengukuran tingkat kebisingan dalam bentuk tingkat tekanan bunyi (sound pressure level).

3. Tingkat kebisingan dinyatakan dalam bentuk equivalent level (LEQ).

4. Standar kebisingan berdasarkan nilai ambang batas kebisingan yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

5. Tidak mempertimbangkan kondisi pendengaran maupun data klinis operator. 6. Pengelolaan tingkat kebisingan dilakukan terhadap operator.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Mesin dengan jenis dan tipe yang sama memiliki tingkat kebisingan yang identik.

2. Kecepatan udara di area kerja besarnya bergantung dari jenis electric fan yang digunakan.

3. Operator bekerja sesuai dengan deskripsi pekerjaannya yang ditentukan oleh pihak manajemen dan tidak berpindah-pindah dari area kerjanya.


(20)

4. Operator mampu melaksanakan pekerjaan apabila dipindahkan ke stasiun kerja yang lain.

5. Waktu perpindahan antar stasiun kerja adalah 1 menit.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri, maka penulisan tugas sarjana ini disajikan dalam beberapa bagian berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bagian ini diuraikan mengenai latar belakang permasalahan dalam penelitian di perusahaan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian, serta sistematika penulisan laporan penelitian/laporan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi uraian sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, organisasi dan manajemen perusahaan, dan uraian proses produksi pada unit produksi guard shop.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Bagian tinjauan pustaka ini berisi uraian mengenai teori-teori yang relevan dalam mendukung pengolahan data hasil penelitian, seperti teori mengenai terjadinya bunyi, perambatan bunyi, bunyi dan kebisingan, pengukuran bunyi, jarak tempuh gelombang bunyi, sound weighting, ambang batas kebisingan, dosis kebisingan, noise


(21)

mapping, dampak kebisingan terhadap kesehatan, dan program pencegahan/program konservasi pendengaran.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab metodologi penelitian terdiri dari metode/langkah-langkah sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian, yang meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan dari setiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bagian pengumpulan dan pengolahan data memuat data hasil penelitian yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran langsung di unit produksi guard shop sebagai bahan untuk pengolahan data dalam mendukung analisis dan pembahasan hasil guna menyelesaikan permasalahan di perusahaan.

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

Bagian ini memuat analisis dan pembahasan dengan membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori yang relevan. Di samping itu diupayakan untuk dapat diberikan perbandingan kondisi kerja aktual dengan kondisi kerja yang diusulkan.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab kesimpulan dan saran berisi hasil identifikasi permasalahan yang diperoleh selama penelitian serta saran-saran yang diusulkan untuk perusahaan maupun bagi peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini.


(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Perusahaan ini berdiri pada tahun 1954 di Jakarta, sebuah pabrik yang memproduksi barang-barang elektronik Tiga tahun kemudian dalam studinya di Jepang, pendiri perusahaan ini bertemu dengan salah satu pendiri perusahaan elektronik asing. Kemudian karena adanya visi yang sama dalam menyediakan produk elektronik yang bermutu bagi masyarakat, maka pada tahun 1960 keduanya mengadakan perjanjian bantuan teknik (technical assistance agreement).

Seiring berjalanya waktu, perusahaan mendirikan cabang-cabang perusahaan di berbagai daerah. Cabang-cabang ini didirikan untuk tujuan yang berbeda-beda. Ada cabang yang khusus didirikan untuk membuat produk tertentu dengan maupun tanpa kerjasama dengan anak perusahaan yang menghasilkan produk sejenis, pengembangan pabrik yang sudah ada, maupun sebagai perusahaan importir.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Perusahaan elektronik ini memiliki 7 Business Unit (departemen), yaitu Audio, Electric Fan, Water Pump, Refrigerator, Laundry System, Air Conditioner, dan Production Engineering Center.


(23)

Electric Fan Business Unit merupakan salah satu departemen yang terdapat di perusahaan tersebut, yang memproduksi produk kipas angin. Kipas angin yang diproduksi antara lain model Desk Fan, Box Fan, Wall Fan, Auto Fan, Stand Fan, dan Ceiling Fan. Gambar produk kipas angin yang diproduksi Electric Fan Business Unit dapat dilihat pada Gambar 2.1.

DESK FAN BOX FAN WALL FAN AUTO FAN

STAND FAN CEILING FAN

Sumber: Electric Fan Business Unit Document

Gambar 2.1. Produk Kipas Angin yang Diproduksi Electric Fan Business Unit

2.3. Organisasi dan Manajemen

2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi Perusahaan elektronik dan Electric Fan Business Unit di perusahaan elektronik ini adalah struktur organisasi campuran yang berbentuk lini dan fungsional. Struktur organisasi yang berbentuk lini dapat dilihat pada


(24)

pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi kepada unit-unit organisasi yang berada di bawahnya secara langsung vertikal ke bawah. Sedangkan untuk yang berbentuk fungsional terjadi pada hubungan antara kepala bagian, dimana kepala bagian yang satu tidak berhak memerintah kepala bagian yang lainnya tetapi dalam melakukan pekerjaannya saling terhubung, artinya bahwa pekerjaan yang satu akan mempengaruhi pekerjaan yang lain. Struktur organisasi Perusahaan Elektronik dapat dilihat pada Gambar 2.2. dan struktur organisasi dari Electric Fan Business Unit dapat dilihat pada Gambar 2.3.

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan elektronik membagi tugas dan tanggung jawab ke masing-masing jabatan dan bagian. Uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian tersebut dapat dilihat pada bagian Lampiran.


(25)

VICE PRESIDENT PRESIDENT FINANCE CHIEF GENERAL

AFFAIR AND HR CHIEF CHIEF OPERATING OFFICER (COO) PRODUCTION ENGINEERING CENTER MANAGER CREATION CENTER CHIEF PROCUREMENT,

ISO, AND ISC CHIEF

ELECTRIC FAN BUSINESS UNIT MANAGER AUDIO BUSINESS UNIT MANAGER WATER PUMP BUSINESS UNIT MANAGER REFRIGERATOR BUSINESS UNIT MANAGER LAUNDRY SYSTEM BUSINESS UNIT MANAGER AIR CONDITIONER BUSINESS UNIT MANAGER QUALITY ASSURANCE CHIEF EPPO AND OSH CHIEF


(26)

SC. LOCAL PURCHASING & COST CONTROL

SC. EXPORT &

IMPORT SC. SI PPC FACILITIES CHIEF SC. FINANCE FACTORY SC. PERSONNEL FACTORY SC. PRODUCT ENGINEERING SC. TOTAL QUALITY CONTROL SC. PRODUCTION ENGINEERING ENGINEERING & TECHNICAL CHIEF

SC. STATOR & MOTOR

SC. PAINTING & PRESS

SC. ROTOR & GUARD

SC. ASSEMBLY PRODUCTION & PE LINE

CHIEF

SC. MAINTENANCE SC. MOULD &

DIES FACTORY ENGINEERING CHIEF SC. WH/ MATERIAL CONTROL MATERIAL CONTROL CHIEF ELECTRIC FAN BUSINESS UNIT

MANAGER CHIEF OPERATING OFFICER

(COO)

Keterangan: SC. merupakan singkatan dari section chief (kepala seksi/bagian)


(27)

2.4. Uraian Proses Produksi

Unit produksi guard shop memproduksi bagian front/rear guard (jala pengaman bagian depan dan belakang) dari produk kipas angin. Proses pembuatan bagian front/rear guard terdiri dari 8 tahapan. Uraian proses produksi bagian front/rear guard pada unit produksi guard shop dijelaskan sebagai berikut.

1. Rolling

Rolling adalah proses pemotongan dan pembentukan lingkaran kawat untuk pembuatan outer ring front/rear guard dengan menggunakan Mesin Rolling. Material yang digunakan adalah kawat BWG 008 diameter 4 mm. Spesifikasi diameter outer ring yang dihasilkan adalah 450 mm untuk model 40 cm dan 370 mm untuk model 30 cm. Proses Rolling dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Sumber: Electric Fan Business Unit


(28)

2. Butt Welding

Butt Welding merupakan proses welding atau penggabungan ujung kawat outer ring setelah melalui proses rolling dengan menggunakan Mesin Welding. Standar kekuatan hasil welding adalah 20 kgf yang diuji menggunakan Tension Meter.

3. Pressing

Pressing adalah proses pemberian tekanan (press) untuk meratakan welding sambungan outer ring dengan menggunakan Mesin Press dan dies outer ring. Proses Pressing dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Sumber: Electric Fan Business Unit

Gambar 2.5. Proses Pressing

4. Projection Welding

Projection Welding adalah proses spot welding (las titik) antara mark set plate dengan kawat BWG untuk dibentuk menjadi front/rear guard (jala pengaman bagian depan dan belakang) dengan menggunakan Mesin Projection Welding.


(29)

Material yang digunakan adalah mark set plate 30 dan 40 cm, kawat BWG diameter 1.65 mm untuk model 30 cm, dan kawat BWG diameter 1.85 mm untuk model 40 cm. Kekuatan hasil welding adalah 20 kgf (diuji menggunakan Tension Meter). Jumlah jari-jari pada front/rear guard adalah 108 untuk model 30 cm dan 120 untuk model 40 cm. Proses Projection Welding dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Sumber: Electric Fan Business Unit

Gambar 2.6. Proses Projection Welding

5. Forming

Forming adalah proses pembentukan jari-jari front/rear guard hasil proses projection welding agar melengkung dengan menggunakan Mesin Forming pada kondisi pengaturan hydrolic pressure 75 s/d 100 kg. Proses Forming dapat dilihat pada Gambar 2.7.


(30)

Sumber: Electric Fan Business Unit

Gambar 2.7. Proses Forming

6. Outer Ring Welding

Outer ring welding adalah proses penyambungan front/rear guard yang sudah di forming dengan outer ring dengan proses pengelasan. Kekuatan hasil welding diuji dengan menarik kawat dengan Tension Meter kekuatan 20 kgf. Proses Outer Ring Welding dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Sumber: Electric Fan Business Unit


(31)

7. Cutting

Cutting adalah proses pemotongan kawat (jari-jari) yang berlebih pada ujung sisi lingkar front/rear guard sesudah proses outer ring welding dengan menggunakan Mesin Cutting yang bertujuan untuk merapikan hasil produksi. Proses Cutting dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Sumber: Electric Fan Business Unit

Gambar 2.9. Proses Cutting

8. Middle Ring Welding

Middle Ring Welding adalah proses penyambungan dengan las front/rear guard yang sudah dicutting dengan outer ring. Proses pengelasan dilakukan di bagian tengah front/rear guard.


(32)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Terjadinya Bunyi

Bunyi (sound) adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal manusia, dengan rentang frekuensi antara 20-20.000 Hz. Kepekaan telinga manusia terhadap rentang ini semakin menyempit sejalan dengan pertambahan umur. Di bawah rentang tersebut disebut bunyi infra (infrasound), sedangkan di atas rentang tersebut disebut bunyi ultra (ultrasound). Suara (voice) adalah bunyi manusia. Bunyi udara (airborne sound) adalah bunyi yang merambat lewat udara. Bunyi struktur adalah (structural sound) adalah bunyi yang merambat melalui struktur bangunan.

Sensasi bunyi, agar dapat didengar manusia, memerlukan 3 aspek yang harus ada dalam waktu bersamaan, yaitu:

1. Sumber bunyi

2. Medium penghantar gelombang bunyi 3. Telinga dan saraf pendengaran yang sehat.

3.2. Perambatan Bunyi

Kecepatan bunyi (sound velocity) adalah kecepatan rambat bunyi pada suatu media, diukur dengan meter/detik. Kecepatan bunyi adalah tetap untuk kepadatan media tertentu, tidak tergantung frekuensinya. Kecepatan rambat bunyi


(33)

pada medium udara pada suhu berkisar 16 oC adalah 340 meter/detik (Tabel 3.1.). Kecepatan rambat bunyi sangat bergantung pada jenis/susunan medium perambatan sumber bunyi serta suhu medium tersebut. Oleh karena itu, untuk keadaan di Indonesia, dengan suhu rata-rata harian dan tahunannya yang lebih tinggi, angka 340 meter/detik tidak selalu tepat untuk dipakai sebagai acuan.

Udara mempunyai massa dan digunakan oleh bunyi untuk merambat. Namun, adanya udara juga sebagai penghambat gelombang bunyi. Gelombang bunyi akan mengalami gesekan dengan udara. Udara yang kering akan lebih menyerap bunyi daripada udara lembab, karena adanya uap air akan memperkecil gesekan antara gelombang bunyi dengan massa udara. Selain itu, udara yang bersuhu rendah akan lebih menyerap bunyi daripada udara bersuhu tinggi, karena suhu rendah membuat udara menjadi lebih rapat sehingga gesekan terhadap gelombang bunyi akan lebih besar. Bunyi merambat lebih cepat pada udara yang bersuhu tinggi karena molekulnya lebih renggang (sehingga bunyi bisa merambat dengan halangan minimal). Semakin tinggi suhu udara, semakin tinggi kecepatan bunyi. Pada kondisi lain, udara yang bergerak (angin) dapat mendistorsi bunyi. Bunyi searah arah angin akan dipercepat, sedangkan bunyi berlawanan arah angin akan diperlambat (Mediastika, 2005).

Tabel 3.1. Kecepatan Rambat Bunyi Menurut Medium Rambatnya

Medium Kecepatan

(meter/detik)

Udara pada Temperatur -20 oC 319,3

Udara pada Temperatur 0 oC 331,8

Udara pada Temperatur 10 oC 337,4

Udara pada Temperatur 20 oC 343,8

Udara pada Temperatur 30 oC 349,6


(34)

Tabel 3.1. Kecepatan Rambat Bunyi Menurut Medium Rambatnya (Lanjutan)

Medium Kecepatan

(meter/detik)

Gas CO2 259

Gas Hidrogen 1.284

Air Murni 1.437

Air Laut 1.541

Baja 6.100

Sumber: Mediastika, 2009

Kecepatan rambat gelombang bunyi ditentukan oleh frekuensi dan panjang gelombangnya. Frekuensi bunyi (sound frequency) adalah jumlah getaran per detik dan diukur dengan Hz (Hertz). Semakin tinggi frekuensi, semakin tinggi bunyi. Percakapan manusia berada antara 600 s/d 4.000 Hz. Untuk menentukan besarnya cepat rambat gelombang bunyi dapat digunakan formulasi berikut.

dengan: V = Kecepatan bunyi (meter/detik) f = Frekuensi bunyi (Hz)

λ = Panjang gelombang (meter)

3.3. Bunyi dan Kebisingan

Kebisingan (noise) adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki atau mengganggu. Gangguan bunyi hingga tingkat tertentu dapat diadaptasi oleh fisik, namun syaraf dapat terganggu. Ambang bunyi (threshold of audibility) adalah intensitas bunyi sangat lemah yang masih dapat didengar telinga manusia, berenergi 10-12 W/m2. Ambang bunyi ini disepakati mempunyai tingkat bunyi 0


(35)

dB. Ambang sakit (threshold of pain) adalah kekuatan bunyi yang menyebabkan sakit pada telinga manusia, berenergi 1 W/m2.

3.4. Pengukuran Bunyi

Tingkat kekuatan atau kekerasan bunyi diukur dengan alat yang disebut Sound Level Meter (SLM). Alat ini terdiri dari mikrofon, amplifier, weighting network, dan layar display dalam satuan decibel dB(A).

Tingkat bunyi (sound level) adalah perbandingan logaritmis energi suatu sumber bunyi dengan energi sumber bunyi acuan, diukur dalam decibel (dB(A)). Energi sumber bunyi acuan adalah energi sumber bunyi terendah yang masih dapat didengar manusia, yaitu 10-12 W/m2. Setiap penggandaan jarak, tingkat bunyi berkurang 6 dB(A). Setiap penggandaan sumber bunyi, tingkat bunyi akan bertambah 3 dB(A). Setiap penggandaan massa dinding, tingkat bunyi akan berkurang 5 dB(A). Setiap penggandaan luas bidang peredam, tingkat bunyi akan berkurang 3 dB(A). Sound power adalah cara pengukuran kekuatan bunyi berdasarkan jumlah energi yang diproduksi oleh sumber bunyi. Sound power dinotasikan sebagai P dalam satuan watt. Pengukuran tingkat kekuatan bunyi juga dapat dilakukan dengan sound intensity, yaitu sound power per satuan luas. Satuannya adalah watt/m2.

Tabel 3.2. Sumber Bunyi dan Intensitas Bunyi

Sumber Bunyi Intensitas (watt/m2)

Tingkat Bunyi (dB(A))

Roket ruang angkasa > 107 > 190

Pesawat jet 104 160

Orkes brass besar 10 130


(36)

Tabel 3.2. Sumber Bunyi dan Intensitas Bunyi (Lanjutan)

Sumber Bunyi Intensitas (watt/m2)

Tingkat Bunyi (dB(A))

Orkes lengkap 10-2 100

Mobil penumpang di jalan raya 10-2 100

Percakapan normal 10-5 70

Bisikan lembut 10-9 30

Sumber: Satwiko, 2009

Ketika sebuah objek sumber bunyi bergetar dan getarannya merambat ke segala arah, sebaran ini akan menghasilkan ruang berbentuk seperti bola seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Sumber bunyi 2 m

90 dB 4 m 84 dB

8 m 78 dB

16 m 72 dB

32 m 66 dB

Sumber: Satwiko, 2009

Gambar 3.1. Pengurangan Tingkat Kebisingan Akibat Jarak

Pada titik tertentu dalam bola tersebut, intensitas bunyinya dapat dihitung dengan persamaan:

I = 2

4πr P


(37)

dengan: I = intensitas bunyi pada jarak r dari sumber bunyi (watt/m2) P = daya atau kekuatan sumber bunyi (watt)

r = jarak dari sumber bunyi (m)

3.5. Jarak Tempuh Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi yang merambat dari sumber bunyi dan menempuh jarak tertentu akan menurun kekuatannya (bunyi terdengar lebih pelan) dan lama-kelamaan hilang, meski sesungguhnya ketika dikaitkan dengan energi yang dimilikinya, energi tersebut tidak hilang, tetapi berubah bentuk. Melemahnya energi yang dimiliki sumber bunyi disebabkan oleh karena energi yang sama harus merambat menyebar pada area yang lebih luas. Dapat diasumsikan bahwa sumber bunyi sebagai sebuah objek yang berada bebas di udara, yang akan menyebar merambat ke segala arah sehingga area rambatannya akan berbentuk seperti bola.

Gelombang bunyi memerlukan waktu untuk merambat. Gelombang bunyi merambat melalui udara. Dalam perjalanannya, gelombang bunyi akan mengalami penurunan intensitas karena gesekan dengan udara. Menurut penelitian (BRE/CIRIA, 1993), pada sumber bunyi tunggal, setiap kali jaraknya bertambah dua kali lipat dari sumber bunyi, kekuatan bunyi akan turun sebesar 6 dB(A). Sedangkan pada sumber bunyi majemuk, setiap kali jaraknya bertambah dua kali lipat dari sumber bunyi, maka kekuatan bunyi akan turun 3 dB(A) (Mediastika, 2005).


(38)

3.6. Sound Weighting

Respon telinga yang berbeda-beda terhadap bunyi pada frekuensi tertentu akhirnya mengelompokkan bunyi-bunyi dalam bobot tertentu, sesuai kesan atau sensasi yang diterima oleh telinga. Dalam bahasa Inggris, metode ini disebut sound weighting. Kurva sound weighting dengan bobot A, B, C, dan D dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Sumber: Wikipedia, 2011

Gambar 3.2. Kurva Sound Weighting pada Frekuensi 10 Hz – 20 kHz

Pembobotan bunyi dibedakan menjadi:

1. Bobot A adalah kategori yang diciptakan pada kondisi telinga kurang baik merespons bunyi-bunyi rendah, sehingga telinga beradaptasi hebat agar mampu mendengar bunyi berfrekuensi rendah. Oleh karenanya, agar telinga tetap memiliki respons yang wajar, frekuensi-frekuensi yang terlalu rendah di


(39)

bawah 100 Hz seringkali diabaikan (hampir identik dengan 40 phon pada frekuensi 1 kHz).

2. Bobot B: skala yang diciptakan pada kondisi telinga merespons bunyi-bunyi sedang (hampir identik dengan 70 phon pada frekuensi 1 kHz).

3. Bobot C: skala yang diciptakan ketika telinga seolah mendapat sensasi yang sama atau melakukan respons yang sama terhadap bunyi pada hampir semua frekuensi, sehingga kurvanya hampir mendatar.

4. Bobot D: skala yang diciptakan ketika telinga merespons bunyi-bunyi yang muncul dari kapal terbang (pada frekuensi sensitif 2 s/d 5 kHz).

Pada pengukuran secara subjektif terhadap respons telinga tiap-tiap orang, ternyata ditemukan bahwa bobot B dan C seringkali tidak tepat. Hal ini terjadi karena grafik yang dijadikan acuan lebih cenderung untuk mengukur bunyi-bunyi dengan satu jenis tone (penekanan) saja, sementara dalam kehidupan sehari-hari, dalam waktu yang bersamaan, seringkali didengar bunyi-bunyi dalam bermacam-macam tone. Sebaliknya pada bobot A, hasil pengukuran sensasi tingkat kekerasan yang dirasakan orang umumnya tepat. Itu sebabnya, bobot inilah yang lebih banyak dipakai sebagai pedoman pengukuran.

3.7. Ambang Batas Kebisingan

Orang awam melihat kaitan antara bunyi dan kesehatan manusia hanya sebatas soal telinga. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemunculan bunyi secara terus-menerus selain mengganggu telinga juga dapat menimbulkan dampak psikologis, seperti mudah marah dan mudah lelah (Nilsson, 1990). Untuk


(40)

melindungi pendengaran operator dari pengaruh buruk kebisingan, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja. Ketentuan ini membahas jam kerja yang diperkenankan berkaitan dengan tingkat tekanan bunyi dari lingkungan kerja yang terpapar ke operator, yang diperlihatkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Waktu Paparan Per Hari Tingkat Kebisingan (dB(A))

8 Jam 85

4 Jam 88

2 Jam 91

1 Jam 94

30 Menit 97

15 Menit 100

7,5 Menit 103

3,75 Menit 106

1,88 Menit 109

0,94 Menit 112

28,12 Detik 115

14,06 Detik 118

7,03 Detik 121

3,52 Detik 124

1,76 Detik 127

0,88 Detik 130

0,44 Detik 133

0,22 Detik 136

0,11 Detik 139

Catatan: Tidak boleh terpapar lebih dari 140 dB(A), walaupun sesaat Sumber: Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.51/MEN/1999

Selain itu, Occupational Safety and Health Administration (OSHA) juga menetapkan nilai ambang batas (permissible noise exposure) kebisingan bagi orang yang bekerja di industri. Tingkat yang diizinkan tergantung pada lamanya bekerja. Nilai ambang batas yang diizinkan OSHA dapat dilihat pada Tabel 3.4.


(41)

Tabel 3.4. Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan OSHA

Sound Level (dB(A))

Waktu Paparan (Jam)

80 32

85 16

90 8

95 4

100 2

105 1

110 0,5

115 0,25

120 0,125

125 0,063

130 0,031

Sumber: Sanders and McCormick, 1987

3.8. Dosis Kebisingan

Dosis kebisingan menyatakan perbandingan jumlah waktu untuk kebisingan tertentu dengan lama waktu yang diizinkan untuk tingkat kebisingan tersebut. Dosis kebisingan dihitung dengan persamaan:

dimana: D = dosis kebisingan (harus ≤ 1) Ci = waktu paparan kebisingan

Ti = waktu yang diizinkan untuk tingkat kebisingan tertentu.

Apabila dosis kebisingan > 1, maka kondisi tersebut sangat berisiko (berbahaya) bagi pendengaran operator.

D =

i i

i

T C


(42)

3.9. Noise Mapping

Noise mapping adalah pemetaan kebisingan yang menggambarkan distribusi tingkat kebisingan pada suatu lingkungan kerja. Cara pembuatan noise mapping adalah dengan melakukan pengukuran tingkat kebisingan pada beberapa titik pengukuran di sekitar sumber bising dimana terdapat pekerja yang terpapar bising. Titik-titik yang mempunyai tingkat kebisingan yang sama tersebut dihubungkan sehingga terbentuk suatu garis pada peta yang menunjukkan tempat dengan tingkat tekanan bunyi yang sama.

Tujuan dari dilakukannya noise mapping adalah:

1. Sebagai pedoman dalam mengambil langkah-langkah SMK3 (sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja) berdasarkan peta yang dibuat. Contohnya adalah membuat peraturan mengenai keharusan menggunakan alat pelindung diri berupa earplug maupun earmuff pada daerah tertentu, membuat batas berupa pengumuman dilarang masuk ke area kerja atau jika masuk ke area kerja yang tingkat kebisingannya tinggi wajib menggunakan alat pelindung diri, serta memberikan sanksi kepada operator yang melanggar ketentuan tersebut.

2. Untuk mengetahui dimana lokasi yang tepat dalam pemakaian alat pelindung diri berdasarkan sound intensity.

3. Mengetahui jumlah tenaga kerja yang terpapar kebisingan di area kerja sehingga manajemen dapat mengetahui operator yang berisiko tinggi menderita gangguan pendengaran, untuk keperluan treatment berupa pengadaan program konservasi pendengaran, asuransi kesehatan, maupun


(43)

pemberian santunan kepada operator yang mengalami penyakit pendengaran akibat kerja.

4. Kepentingan terhadap uji audiometri untuk mengetahui gangguan pendengaran yang dialami operator.

3.10. Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan

Bising di tempat kerja menyebabkan berbagai gangguan pada tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi, gangguan keseimbangan, dan ketulian.

1. Gangguan Fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (±10 mmHg), peningkatan denyut nadi, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

2. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu yang lama dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan lain-lain.

3. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya


(44)

kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi secara tidak langsung membahayakan keselamatan tenaga kerja. 4. Gangguan Keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.

5. Efek pada Pendengaran

Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising. Namun bila terus menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali.

3.11. Program Pencegahan/Program Konservasi Pendengaran

Program pencegahan yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi tingkat kebisingan di tempat kerja meliputi hal-hal sebagai berikut (NIOSH, 1996).

1. Monitoring paparan bising.

2. Kontrol engineering dan administrasif. 3. Evaluasi audiometer.

4. Penggunaan alat pelindung diri. 5. Pendidikan dan motivasi. 6. Evaluasi program.


(45)

Manfaat utama dari adanya program konservasi pendengaran ini adalah mencegah kehilangan pendengaran pekerja akibat kerja, karena kehilangan pendengaran akan mengurangi kualitas hidup seseorang dalam pekerjaannya. Selain itu, hubungan antara tenaga kerja dengan pengusaha akan lebih baik, serta angka turn-over karena lingkungan kerja akan menjadi rendah. Manfaat lainnya adalah:

1. Bagi Pengusaha

Taat hukum, hubungan baik dengan karyawan, menunjukkan niat baik, meningkatkan produktivitas, mengurangi angka kecelakaan, mengurangi angka kesakitan, mengurangi lost day, dan menaikkan kepuasan kerja karyawan.

2. Bagi Karyawan

Mencegah ketulian, karena ketulian akibat bising tidak terasa (tanpa sakit) dan bersifat menetap (irreversible). Selain itu dapat mengurangi stres kerja.

Dalam menyusun program konservasi pendengaran perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain:

1. Berpedoman bahwa pekerja tetap sehat dalam lingkungan bising.

2. Dilaksanakan oleh semua jajaran, dari pimpinan tertinggi sampai pekerja pelaksana.

3. Mengurangi dosis paparan kebisingan dengan memperhatikan tiga unsur: a. Sumber: mengurangi tingkat kebisingan (desain akustik, menggunakan


(46)

b. Media: mengurangi transmisi kebisingan (menjauhkan sumber bising dari pekerja, mengurangi pantulan kebisingan secara akustik pada dinding, langit-langit, dan lantai, serta dapat dengan menutup sumber kebisingan dengan barrier.

c. Tenaga kerja: mengurangi penerimaan bising (ruang isolasi, rotasi kerja, jadwal kerja, penggunaan alat pelindung diri, dan lain-lain).

4. Mempertimbangkan kelayakan teknis dan ekonomis.

5. Utamakan pencegahan bukan pengobatan, proaktif bukan reaktif, serta kesejahteraan bukan santunan.

6. NAB (nilai ambang batas) bukanlah garis pemisah antara sakit dan sehat, namun merupakan pedoman penilaian yang dilakukan dengan memantau kebisingan lingkungan dan kesehatan pendengaran tenaga kerja.


(47)

(48)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di perusahaan elektronik yang terletak di Jln. Raya Bogor km 29 Gandaria, Jakarta 13710. Lokasi khusus penelitian adalah pada Unit Produksi Guard Shop di Electric Fan Business Unit. Waktu pelaksanaan penelitian adalah selama 2 bulan pada periode Oktober s/d November 2010.

4.2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan deskriptif dengan menggunakan metode survei. Rancangan ini merupakan studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat dengan menggambarkan sifat-sifat dari beberapa fenomena, pengamatan yang intensif mengenai suatu fenomena, pemilihan responden, pemilihan alat untuk mengumpulkan data, prosedur-prosedur yang dilaksanakan, serta kondisi di lapangan.

4.3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian meliputi operator, mesin produksi, dan kondisi lingkungan kerja pada unit produksi guard shop. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah:


(49)

1. Jenis dan umur mesin 2. Tata letak mesin produksi 3. Tingkat kebisingan 4. Durasi paparan 5. Temperatur ruang.

4.4. Variabel Penelitian

Berbagai variabel yang digunakan dalam penelitian meliputi:

1. Variabel bebas, diantaranya jenis dan umur mesin, tata letak mesin produksi, durasi paparan, kecepatan udara, dan temperatur ruang,

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kebisingan dan dosis kebisingan.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian antara lain:

1. Sound Level Meter Integrating/Logging Model 2900, untuk mengukur tingkat tekanan bunyi (sound pressure level).

2. Meteran, untuk mengukur posisi kerja operator dan mesin.

3. Thermometer Digital Tipe Corona Model GL-89, untuk mengukur temperatur ruang.

4. Dokumentasi, meliputi file record perusahaan yang berisi data tingkat kebisingan masa lalu, kecepatan udara, serta data historis mesin produksi.


(50)

4.6. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menggambarkan alur berpikir/konsep dalam menyelesaikan permasalahan, yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Kebisingan Melewati standar/nilai ambang batas kebisingan

Durasi paparan kebisingan

Ketidaknyamanan kerja

Berkurangnya waktu kerja yang diizinkan

Rancangan Pengelolaan tingkat kebisingan untuk Mengurangi

Dosis Paparan Kebisingan Gangguan komunikasi kerja

dan risiko kerusakan pendengaran

Gambar 4.1. Blok Diagram Kerangka Konseptual

4.7. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dalam melakukan pengamatan dan pengumpulan data dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai berikut.

1. Pengamatan pendahuluan di unit produksi guard shop, yang memiliki permasalahan kebisingan.

2. Pengumpulan file record perusahaan sebagai data penunjang. 3. Pengukuran posisi kerja operator dan mesin.

4. Penentuan titik pengukuran tingkat kebisingan.

5. Melakukan pengukuran tingkat kebisingan di 8 titik pengukuran, 4 titik di sudut ruangan dan 4 titik di tengah ruangan. Untuk ke-8 titik, pengukuran dilakukan setiap 60 menit.

6. Melakukan pengukuran temperatur ruang pada ketinggian 1.5 meter.

Mekanisme dalam pengumpulan data penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2.


(51)

07:15 07:30 11:40 Persiapan

Pengukuran Tingkat Kebisingan dan Temperatur Ruang

12:40 15:55

Istirahat

Pengukuran Tingkat Kebisingan dan Temperatur Ruang

Gambar 4.2. Mekanisme Pengumpulan Data

4.8. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran maupun dari file record perusahaan diolah secara kuantitafif agar diperoleh gambaran data yang representatif untuk mendukung penyelesaian permasalahan kebisingan pada unit produksi guard shop.

4.9. Analisis Data

Data yang telah diolah selanjutnya dianalisis dan diinterpretasikan. Analisis yang dilakukan adalah analisis tingkat kebisingan secara keseluruhan pada unit produksi guard shop dibandingkan dengan standar kebisingan yang diizinkan oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.51/MEN/1999. Apabila tingkat kebisingan berada di atas ambang standar, maka dapat dilakukan usulan perbaikan kondisi kerja melalui rancangan pengelolaan tingkat kebisingan dengan metode yang sesuai sehingga dosis paparan kebisingan yang diterima operator dapat dikurangi.

Secara lebih ringkas, uraian metodologi penelitian disajikan dalam bentuk blok diagram yang dapat dilihat pada Gambar 4.3. dan urutan pengerjaan pengolahan data pada gambar 4.4.


(52)

Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan melalui:

1. Pengamatan pendahuluan pada unit produksi guard shop 2. Studi literatur

Latar Belakang Masalah

Kebisingan pada unit produksi guard shop di salah satu perusahaan elektronik Jakarta yang ditimbulkan melalui aktivitas mesin-mesin

produksi berdampak pada ketidaknyamanan kerja operator dan gangguan komunikasi kerja

Tujuan

Merancang teknik pengelolaan tingkat kebisingan agar dosis paparan kebisingan yang diterima operator dapat dikurangi

Pengumpulan Data Primer

- Tingkat kebisingan - Temperatur ruang

Pengumpulan Data Sekunder

- Kecepatan udara

- Tingkat kebisingan masa lalu - Data historis mesin

- Durasi paparan kebisingan

Analisis dan Pembahasan Hasil

- Perbandingan kondisi kebisingan aktual dengan standar kebisingan lingkungan kerja - Analisis penyebab kebisingan

- Usulan teknik pengelolaan tingkat kebisingan untuk mengurangi dosis paparan kebisingan yang diterima operator

- Perbandingan kondisi kerja kerja aktual dengan kondisi kerja yang diusulkan

Kesimpulan dan Saran Perumusan Masalah

- Tingkat kebisingan melewati nilai ambang batas kebisingan - Ketidaknyamanan kerja

- Gangguan komunikasi dan kesulitan dalam menerima perintah kerja secara lisan

Pengolahan Data


(53)

Perhitungan Tingkat

Kebisingan Rata-rata

Perhitungan Intensitas

Kebisingan

Pemetaan Kebisingan

Berdasarkan Area Kerja

Perbandingan Tingkat Kebisingan Aktual

dengan Tingkat Kebisingan Masa Lalu

Penentuan Tingkat

Kebisingan Ekuivalen

Regresi dan Korelasi Kecepatan

Udara dan Temperatur Ruang

Terhadap Tingkat Kebisingan

Penentuan Waktu Kerja Operator

Akibat Risiko Paparan Kebisingan

melalui Dosis Kebisingan


(54)

(55)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan

Pengukuran tingkat kebisingan pada unit produksi guard shop dilakukan terhadap 8 titik yang berbeda berdasarkan perbedaan distribusi tingkat kebisingan yang dihasilkan mesin-mesin produksi. Posisi titik pengukuran dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Pengukuran tingkat kebisingan pada setiap siklus dilakukan selama satu jam untuk setiap pengukuran. Alat yang digunakan dalam pengukuran yaitu Sound Level Meter Integrating/Logging Model 2900 untuk mengukur tingkat tekanan bunyi (sound pressure level).

Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada unit produksi guard shop dapat dilihat pada Tabel 5.1.

5.2. Tingkat Kebisingan Rata-rata

Data tingkat kebisingan yang diperoleh selama 3 hari pengukuran (3 subgroup), disederhanakan menjadi satu subgroup dengan menghitung nilai rata-rata tingkat tekanan bunyi pada masing-masing hari pengukuran pada jam dan titik yang bersesuaian, sehingga diperoleh penyajian data yang lebih sederhana dan representatif. Hasil penyajian data tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2.


(56)

PROJECTION WELDING FORMING

OUTER RING WELDING CUTTING

MIDDLE RING WELDING

FRONT GUARD ASSEMBLY

REAR GUARD ASSEMBLY PRESSING

BUTT WELDING ROLLING

1 2

3 4

KETERANGAN:

TITIK PENGUKURAN

6 7 8

5

Up

RING WIP

OPERATOR TAMPAK ATAS

1

2 3

4 5

6 7

8 9

10 11

12 13


(57)

Tabel 5.1. Tingkat Kebisingan (dB(A)) pada Unit Produksi Guard Shop

Hari

Pengukuran Jam

Sudut 1 Sudut 2 Sudut 3

LMIN LEQ LMAX TWA LPK LMIN LEQ LMAX TWA LPK LMIN LEQ LMAX TWA LPK

I

07:30-08:30 82.2 83.3 84.9 49.05 99.1 81.05 83.7 86.35 49.1 98.15 83.15 85.35 88.75 50.1 100.95

08:30-09:30 82.55 83.85 85.55 49.65 100.45 81.15 83.6 85.95 48.25 98.15 84 86.4 89.5 50.75 103.3

09:40-10:40 83.3 84.6 86.45 50.25 100.35 80.15 83.75 89.2 48.65 100.85 82.4 84.95 88.6 48.55 100.8

10:40-11:40 83.3 84.55 86.4 49.6 102.25 80.5 83.8 87.35 49.05 98.85 83 85.15 87.45 49.25 100.5

12:40-13:40 83.6 84.75 86.35 49.6 99.95 82.95 85.05 87.5 49.65 100.8 83.6 85.9 89.75 50.8 104.5

13:40-14.50 83.65 84.85 85.9 49.5 98.1 79.9 82.9 86.25 48.1 98.25 84.85 87.15 90.25 51 103.55

14:55-15:55 83.15 84.3 85.85 49.25 99.15 81.9 84.3 86.15 48.75 97.75 85.25 87.3 90.6 52 103.15

II

07:30-08:30 83.5 84.55 85.8 49.55 99.6 80.65 84.1 86.95 49.3 100 82.95 85.15 87.8 49.95 102.35

08:30-09:30 84 85.25 86.3 50 98.75 81.1 83.85 87.85 48.1 100 83.8 84.85 86.05 49.15 98.35

09:40-10:40 83.5 84.65 86.05 49.3 99.8 80.8 83.2 86.5 47.7 99.15 83.8 85.35 86.35 49.85 99.9

10:40-11:40 83.5 84.5 85.7 49.05 99 81.25 83.7 86.95 48.5 98.75 84 85.55 86.55 49.55 98.75

12:40-13:40 83.4 84.45 85.35 49.15 98.9 77.75 81.85 86.9 46.5 99.2 83.8 84.95 86.35 49.35 98.1

13:40-14.50 83.7 84.8 86.05 49.85 99.7 80.35 82.75 85.45 47.6 97.9 83.75 84.95 86 50.2 100.05

14:55-15:55 83.65 84.95 87.1 49.1 99.25 81.4 83.9 86.3 48.65 99.5 84.05 85.35 86.55 49.45 99.4

III

07:30-08:30 83.1 84.4 85.6 48.7 100.35 80.75 83.7 87.75 48.85 99.95 83.95 84.9 86 49.75 100.5

08:30-09:30 83.25 84.45 85.9 49.95 99.45 81.9 84.2 86.8 48.15 99.75 83.95 85.1 86.05 50.2 99.75

09:40-10:40 83.4 84.5 85.6 50.15 99.55 82.85 85.05 88.15 49.65 100.1 84.1 85.25 86.35 49.75 99.65

10:40-11:40 83.35 84.45 85.5 49.05 98.45 81.1 84.35 86.45 48.95 98.75 83.5 84.65 85.8 48.5 97.7

12:40-13:40 83.55 84.65 86.2 49.45 99.85 83.25 85.15 87.55 48.75 99.35 84.35 85.35 86.7 49.55 98.9 13:40-14.50 83.65 84.65 85.65 49.35 100.05 82.6 84.75 86.5 47.55 97.9 84.45 85.35 86.5 49.2 98.8


(58)

Tabel 5.1. Tingkat Kebisingan (dB(A)) pada Unit Produksi Guard Shop (Lanjutan)

Hari

Pengukuran Jam

Sudut 4 Titik 5 (Middle Ring Welding) Titik 6 (Cutting)

LMIN LEQ LMAX TWA LPK LMIN LEQ LMAX TWA LPK LMIN LEQ LMAX TWA LPK

I

07:30-08:30 75.15 76.35 77.95 39.2 90.25 79.95 86.05 88.95 50.85 102.45 90.65 92.25 94.65 56.75 108.7

08:30-09:30 74.9 76 77.4 38.35 90.3 80.05 87.1 90.65 51.4 101.8 91 92.2 94.55 54.7 108.35

09:40-10:40 74.85 76.65 79.05 39.95 91.4 82.75 86.45 88.75 49.85 101.4 91.4 93.6 95.15 56.5 108.2

10:40-11:40 77.1 79.25 83.05 42.1 92.5 79 86.5 88.95 49.6 103.35 86.7 91.85 93 55.5 107.45

12:40-13:40 77.8 79.55 82.6 42.35 95.6 80.65 86.05 89.05 48.85 101.5 84.95 87.7 90.35 51.25 105.25

13:40-14.50 77.1 79.05 80.95 41.5 92.7 79.2 83.2 86.95 47.5 101.8 81.05 86.45 90.5 50.9 104.55

14:55-15:55 76.8 78.1 79.35 40.6 91.45 80.8 86.5 88.6 49.05 103 83 86.45 89.5 50.55 102.1

II

07:30-08:30 77.85 79.15 80.3 42.2 92.2 75.75 84.95 89.85 48.2 103.6 84.8 88.55 92.35 52.1 106.05 08:30-09:30 79.05 80 80.9 42.55 92.5 80.75 85.25 88.3 49.3 102.05 91.25 93.6 95.15 55.95 107.1 09:40-10:40 77.65 79.05 80.25 41.7 92.45 87.55 90.05 92.3 54.35 104.35 90.5 92.5 94.95 55.4 108.15

10:40-11:40 76.7 78 79.15 40.3 91.95 87.45 90.1 93.4 54.05 104.95 91 93.35 94.75 56.35 109.2

12:40-13:40 76.25 77.5 79.45 39.4 92.05 88.15 90.25 92.2 54.15 104 91.05 93.2 94.95 57.25 107.45

13:40-14.50 74.25 75.65 77.4 38.1 89.8 85 89.9 91.95 54.35 104.4 91.35 93.1 95.3 56.55 108.2

14:55-15:55 74.55 76.2 77.9 39.9 89.95 86.75 89.5 92 54.55 103.95 91.7 93.75 95.45 56.65 107.65

III

07:30-08:30 74.4 76.4 77.95 39.35 90.2 85.75 89 90.95 54.45 102.85 90.6 93.05 94.6 56.7 108.05

08:30-09:30 76.65 77.6 79.1 40.05 91.05 86.25 89.25 90.55 52.65 103.5 90.55 92.65 94.65 55.05 106.65 09:40-10:40 76.95 78.15 80.3 40.55 92.55 85.3 89.05 92.25 54.35 104.6 90.75 92.5 94.95 56.25 108.25 10:40-11:40 72.8 75.35 79.25 37.8 91.15 85.55 90.1 92.55 55.2 105.05 86.85 92.45 95 56.1 108.15

12:40-13:40 72.1 74.45 76.65 36.95 89.55 85.75 88.6 91 54.25 106.4 90 92.05 94.65 55.05 105.95

13:40-14.50 74.7 76 77.75 38.4 90.35 85.75 89.45 92.25 53.55 106.45 90.6 92.85 95 57.65 108.85


(59)

Tabel 5.1. Tingkat Kebisingan (dB(A)) pada Unit Produksi Guard Shop (Lanjutan)

Hari

Pengukuran Jam

Titik 7 (Outer Ring Welding) Titik 8 (Projection Welding) LMIN LEQ LMAX TWA LPK LMIN LEQ LMAX TWA LPK

I

07:30-08:30 87.05 89.95 92.45 54.65 106.25 86.2 87.4 89.2 51.85 104.1 08:30-09:30 85.05 88.35 91.85 53.05 105.75 86.7 88.1 90.65 51.1 104.05 09:40-10:40 85.1 90.15 94.2 55.8 109.2 87.35 88.35 90.05 51.35 103.75 10:40-11:40 88.65 91.25 94.7 54.65 107.95 84.65 87.6 91.55 50.45 105.15 12:40-13:40 88.1 90.35 93.65 54.2 106.2 86.5 88 89.75 51.9 103.15 13:40-14.50 87.3 90.75 94.25 55.45 107.95 86.95 88.65 91.2 54.8 105.5 14:55-15:55 87.35 90.6 93.3 55.1 108.15 87.15 88.6 90.4 53.5 104.3

II

07:30-08:30 87.25 89.6 92.3 53.2 106.05 86.65 87.95 90.25 52.15 102.85 08:30-09:30 83.65 89.2 92.5 53.7 106.2 86.3 87.5 89.9 53.5 102.6 09:40-10:40 81.75 88.7 93.2 53.4 107.4 86.6 88.3 90.9 52.5 104.55 10:40-11:40 83.35 87.5 93.5 52.4 105.7 86.45 88.15 90.55 51.9 103.85 12:40-13:40 83.6 87.15 92.05 50.95 107.65 84.6 87.05 89.4 52.8 103 13:40-14.50 87.2 89.85 93 53.9 106.8 86.1 87.5 89.1 51.2 102.6 14:55-15:55 89.2 91.8 94.1 55.2 106.45 86.95 88.4 90.7 52.95 105.1

III

07:30-08:30 88.45 90.9 93.05 54.65 107.25 85.55 88.05 92.45 53 104.6

08:30-09:30 88.45 90.5 92.7 54.3 105.6 86 88.05 90.8 53 107.4 Keterangan:

09:40-10:40 88.95 91.15 93.35 56.15 106.1 85.2 87 90.1 50.75 104 LMIN : Minimum Level

10:40-11:40 89.15 91.15 93.85 54.95 107.25 86.1 87.6 90.65 51.05 105.15 LEQ : Equivalent Level

12:40-13:40 86.95 89.75 93.75 54.05 106.15 83.35 86.15 90.2 50.3 106.6 LMAX : Maximum Level

13:40-14.50 87.45 90.75 93.95 55.95 108.7 84.45 86.75 90.35 50.3 105.4 TWA : Time Weighted Average

14:55-15:55 87.35 89.35 92.05 53.75 106.3 85.15 87.2 90.4 50.9 103.4 LPK : Peak Level


(60)

Tabel 5.2. Tingkat Kebisingan Rata-rata (dB(A))

Sudut 1

Jam LMIN LEQ LMAX TWA LPK

07:30-08:30 82.93 84.08 85.43 49.1 99.68

08:30-09:30 83.27 84.52 85.92 49.87 99.55

09:40-10:40 83.4 84.58 86.03 49.9 99.9

10:40-11:40 83.38 84.5 85.87 49.23 99.9

12:40-13:40 83.52 84.62 85.97 49.4 99.57

13:40-14-50 83.67 84.77 85.87 49.57 99.28

14:55-15:55 83.4 84.6 86.3 49.27 99.07

Sudut 2

Jam LMIN LEQ LMAX TWA LPK

07:30-08:30 80.82 83.83 87.02 49.08 99.37

08:30-09:30 81.38 83.88 86.87 48.17 99.3

09:40-10:40 81.27 84 87.95 48.67 100.03

10:40-11:40 80.95 83.95 86.92 48.83 98.78

12:40-13:40 81.32 84.02 87.32 48.3 99.78

13:40-14-50 80.95 83.47 86.07 47.75 98.02

14:55-15:55 82.17 84.4 86.47 48.67 98.78

Sudut 3

Jam LMIN LEQ LMAX TWA LPK

07:30-08:30 83.35 85.13 87.52 49.93 101.27

08:30-09:30 83.92 85.45 87.2 50.03 100.47

09:40-10:40 83.43 85.18 87.1 49.38 100.12

10:40-11:40 83.5 85.12 86.6 49.1 98.98

12:40-13:40 83.92 85.4 87.6 49.9 100.5

13:40-14-50 84.35 85.82 87.58 50.13 100.8

14:55-15:55 84.6 86.08 87.95 50.45 100.72

Sudut 4

Jam LMIN LEQ LMAX TWA LPK

07:30-08:30 75.8 77.3 78.73 40.25 90.88

08:30-09:30 76.87 77.87 79.13 40.32 91.28

09:40-10:40 76.48 77.95 79.87 40.73 92.13

10:40-11:40 75.53 77.53 80.48 40.07 91.87

12:40-13:40 75.38 77.17 79.57 39.57 92.4

13:40-14-50 75.35 76.9 78.7 39.33 90.95


(61)

Tabel 5.2. Tingkat Kebisingan Rata-rata (dB(A)) (Lanjutan)

Middle Ring Welding

Jam LMIN LEQ LMAX TWA LPK

07:30-08:30 80.48 86.67 89.92 51.17 102.97

08:30-09:30 82.35 87.2 89.83 51.12 102.45

09:40-10:40 85.2 88.52 91.1 52.85 103.45

10:40-11:40 84 88.9 91.63 52.95 104.45

12:40-13:40 84.85 88.3 90.75 52.42 103.97

13:40-14-50 83.32 87.52 90.38 51.8 104.22

14:55-15:55 83.85 87.83 90.55 51.75 103.83

Cutting

Jam LMIN LEQ LMAX TWA LPK

07:30-08:30 88.68 91.28 93.87 55.18 107.6

08:30-09:30 90.93 92.82 94.78 55.23 107.37

09:40-10:40 90.88 92.87 95.02 56.05 108.2

10:40-11:40 88.18 92.55 94.25 55.98 108.27

12:40-13:40 88.67 90.98 93.32 54.52 106.22

13:40-14-50 87.67 90.8 93.6 55.03 107.2

14:55-15:55 88.42 90.92 93.12 54.37 105.73

Outer Ring Welding

Jam LMIN LEQ LMAX TWA LPK

07:30-08:30 87.58 90.15 92.6 54.17 106.52

08:30-09:30 85.72 89.35 92.35 53.68 105.85

09:40-10:40 85.27 90 93.58 55.12 107.57

10:40-11:40 87.05 89.97 94.02 54 106.97

12:40-13:40 86.22 89.08 93.15 53.07 106.67

13:40-14-50 87.32 90.45 93.73 55.1 107.82

14:55-15:55 87.97 90.58 93.15 54.68 106.97

Projection Welding

Jam LMIN LEQ LMAX TWA LPK

07:30-08:30 86.13 87.8 90.63 52.33 103.85

08:30-09:30 86.33 87.88 90.45 52.53 104.68

09:40-10:40 86.38 87.88 90.35 51.53 104.1

10:40-11:40 85.73 87.78 90.92 51.13 104.72

12:40-13:40 84.82 87.07 89.78 51.67 104.25

13:40-14-50 85.83 87.63 90.22 52.1 104.5

14:55-15:55 86.42 88.07 90.5 52.45 104.27


(62)

5.3. Tingkat Kebisingan Ekuivalen

Tingkat kebisingan ekuivalen (equivalent level, LEQ) merupakan representasi tingkat kebisingan yang paling banyak digunakan karena menunjukkan nilai ekuivalensi tingkat kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif) yang diukur selama waktu tertentu, yang besarnya setara dengan tingkat kebisingan steady yang diukur pada selang waktu yang sama. Oleh karena itu, besaran LEQ inilah yang digunakan dalam pengolahan data selanjutnya. Dari Tabel 5.2. diambil data LEQ dari masing-masing titik pengukuran dan dikelompokkan berdasarkan waktu pengukuran, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Tingkat Kebisingan Ekuivalen

Jam

Equivalent Level (LEQ) (dB(A))

Sudut 1 Sudut 2 Sudut 3 Sudut 4 Middle Ring Welding Cutting Outer Ring Welding Projection Welding

07:30-08:30 84.08 83.83 85.13 77.3 86.67 91.28 90.15 87.8

08:30-09:30 84.52 83.88 85.45 77.87 87.2 92.82 89.35 87.88

09:40-10:40 84.58 84 85.18 77.95 88.52 92.87 90 87.88

10:40-11:40 84.5 83.95 85.12 77.53 88.9 92.55 89.97 87.78

12:40-13:40 84.62 84.02 85.4 77.17 88.3 90.98 89.08 87.07

13:40-14-50 84.77 83.47 85.82 76.9 87.52 90.8 90.45 87.63

14:55-15:55 84.6 84.4 86.08 77.88 87.83 90.92 90.58 88.07

Sumber: Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 5.3., waktu pengukuran dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu pagi, siang, dan sore. Waktu pagi adalah pada rentang waktu 07:30 s/d 10:40, siang pada rentang waktu 10:40 s/d 13:40, dan sore pada rentang waktu 13:40 s/d 15:55, sehingga data pada Tabel 5.3. dapat disederhanakan menjadi data pada Tabel 5.4.


(63)

Tabel 5.4. Tingkat Kebisingan Ekuivalen Berdasarkan Pembagian Waktu

Waktu

Equivalent Level (LEQ) (dB(A)) Sudut 1 Sudut 2 Sudut

3 Sudut 4 Middle Ring Welding Cutting Outer Ring Welding Projection Welding Pagi

(07:30-10:40) 84.39 83.90 85.25 77.71 87.46 92.32 89.83 87.85

Siang

(10:40-13:40) 84.56 83.98 85.26 77.35 88.6 91.76 89.52 87.42

Sore

(13:40-15:55) 84.68 83.93 85.95 77.39 87.67 90.86 90.51 87.85

Sumber: Pengolahan Data

Selanjutnya, data dari Tabel 5.4. diplot sehingga menghasilkan grafik yang diperlihatkan pada Gambar 5.2.

5.4. Intensitas Kebisingan

Tingkat kebisingan dalam ambang batas untuk 8 jam kerja adalah sebesar 85 dB(A) berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.51/MEN/1999. Bila dinyatakan dalam bentuk intensitas kebisingan, maka 85 dB(A) akan setara dengan:

L = 10 log

0

I I

 85 = 10 log 12

10−

I

 8.5 = log 12

10−

I

8.5 = log I – log 10-12 log I = 8.5 + log 10-12

log I = 8.5 – 12 log I = -3.5 I = 10-3.5 W/m2

Intensitas kebisingan untuk berbagai titik pengukuran pada unit produksi guard shop dapat dilihat pada Tabel 5.5.


(64)

Gambar 5.2. Grafik Tingkat Kebisingan Ekuivalen Berdasarkan Pembagian Waktu


(65)

Tabel 5.5. Intensitas Kebisingan pada Unit Produksi Guard Shop

Waktu

Intensitas Kebisingan (W/m2) Sudut 1 Sudut 2 Sudut 3 Sudut 4 Middle Ring

Welding Cutting

Outer Ring Welding Projection Welding Pagi

(07:30-10:40) 10

-3.561

10-3.61 10-3.475 10-4.229 10-3.254 10-2.768 10-3.017 10-3.215 Siang

(10:40-13:40) 10

-3.544

10-3.602 10-3.474 10-4.265 10-3.14 10-2.824 10-3.048 10-3.258 Sore

(13:40-15:55) 10

-3.532

10-3.607 10-3.405 10-4.261 10-3.233 10-2.914 10-2.949 10-3.215 Sumber: Pengolahan Data

5.5. Kecepatan Udara dan Tingkat Kebisingan

Data kecepatan udara diperoleh melalui pendekatan hembusan udara oleh electric fan ke sekitar operator dan mesin-mesin produksi. Data tingkat kebisingan dan kecepatan udara pada unit produksi guard shop ditunjukkan pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Data Tingkat Kebisingan dan Kecepatan Udara

Pagi Area Kerja Tingkat Kebisingan

(dB(A))

Kecepatan Udara (m/s)

Rolling 77.72 2.48

Butt Welding 78.47 2.48

Pressing 78.85 2.48

Middle Ring Welding 87.85 2.48

Cutting 92.32 4.03

Outer Ring Welding 89.83 4

Forming 89.83 4

Projection Welding 87.85 4

Siang Area Kerja Tingkat Kebisingan

(dB(A))

Kecepatan Udara (m/s)

Rolling 78.47 2.48

Butt Welding 79.22 2.48

Pressing 79.6 2.48

Middle Ring Welding 88.6 2.48

Cutting 91.76 4.03


(66)

Tabel 5.6. Data Tingkat Kebisingan dan Kecepatan Udara (Lanjutan)

Siang Area Kerja Tingkat Kebisingan

(dB(A))

Kecepatan Udara (m/s)

Forming 89.52 4

Projection Welding 87.42 4

Sore Area Kerja Tingkat Kebisingan

(dB(A))

Kecepatan Udara (m/s)

Rolling 77.54 2.48

Butt Welding 78.29 2.48

Pressing 78.67 2.48

Middle Ring Welding 87.67 2.48

Cutting 90.86 4.03

Outer Ring Welding 90.51 4

Forming 90.51 4

Projection Welding 87.85 4

Sumber: Pengumpulan dan Pengolahan Data

Selanjutnya data dari Tabel 5.6. diolah dengan menggunakan Spreadsheet Microsoft Excel untuk mendapatkan scatter diagram, persamaan regresi, dan koefisien korelasi. Grafik pengolahan data hubungan kecepatan udara dan tingkat kebisingan dapat dilihat pada Gambar 5.3.


(1)

8. Corporate Planning, mempunyai tugas mencatat kegiatan-kegiatan apa saja

yang akan dilaksanakan oleh perusahaan. Contohnya adalah perlombaan yang diselenggarakan oleh perusahaan.

9. Quality Assurance, bertugas untuk memastikan produk yang dihasilkan oleh

Divisi Manufacturing telah sesuai dengan kualitas standar produk yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

10. EPPO dan OSH, bertugas khusus untuk lingkungan (sampah dan polusi), penanggulangan lingkungan kerja, serta kecelakaan pegawai dan keselamatan kerja.

Sedangkan pembagian tugas dan tanggung jawab di Electric Fan Business

Unit adalah:

1. Chief Operating Officer (COO)

Chief Operating Officer (COO) merupakan pimpinan tertinggi dalam Electric Fan Business Unit yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan

operasional pabrik dan untuk kegiatan pasar internasional. Tugas dari COO adalah:

a. Merencanakan, mengarahkan, menganalisis, mengevaluasi, serta menilai kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada Electric Fan Business Unit. b. Melaksanakan kontrak-kontrak atau kegiatan yang berhubungan dengan

pihak luar (internasional). 2. Manager Business Unit

Manager Business Unit bertanggung jawab atas kegiatan yang berlangsung di


(2)

Adapun tugas Manager Business Unit adalah sebagai berikut.

a. Mengawasi kebijaksanaan dan tindakan setiap manajer/kepala bagian. b. Mengendalikan kegiatan operasional pabrik secara internasional dan

hubungannya terhadap pasar domestik. 3. Manager Purchasing

Manager Purchasing bertanggung jawab atas persediaan bahan baku dan

kulitas dari bahan baku tersebut serta atas kegiatan penjualan dari produk. Tugas Manager Purchasing adalah mengawasi, mengevaluasi, dan mengarahkan setiap kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing seksi dari bagian Purchasing.

4. Manager Engineering

Manager Engineering bertanggung jawab atas perkembangan model dan

kualitas dari produk yang diproduksi. Tugas Manager Engineering adalah mengawasi, mengevaluasi dan mengarahkan setiap kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing seksi dari bagian Engineering.

5. Manager Production

Manager Production memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan produksi

berlangsung secara lancar dan efisien dalam memenuhi target produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tugas Manager Production adalah mengawasi, mengevaluasi dan mengarahkan setiap kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing seksi dari bagian Production.


(3)

6. Local

Tugas seksi Local adalah sebagai berikut.

a. Menyediakan part/komponen yang dibeli dari pasar local/domestik b. Menganalisis dan mengevaluasi setiap performansi dari supplier lokal c. Membuat perencanan kebutuhan pembelian part/komponen dan lead time

yang diperlukan berdasarkan rencana produksi dari bagian PPC. 7. Import

Tugas seksi Import adalah sebagai berikut.

a. Menyediakan part/komponen yang dibeli dari pasar internasional (import). b. Menganalisis dan mengevaluasi setiap performansi dari supplier

internasional.

c. Membuat perencanan kebutuhan pembelian part/komponen dan lead time yang diperlukan berdasarkan rencana produksi dari bagian PPC

8. Cost Control

Tugas seksi Cost Control adalah melakukan kegiatan pengendalian biaya, yaitu dapat berupa penggantian rute pembelian ataupun mengganti supplier berdasarkan performansi supplier dan kulitas part/komponen yang dihasilkan oleh supplier.

9. Warehouse

Tugas seksi Warehouse adalah mengendalikan produk akhir yang masuk ke gudang dan melakukan kegiatan shipping baik untuk pasar domestik maupun pasar internasional.


(4)

10. Mechanical

Tugas seksi Mechanical adalah merancang dan mengevaluasi bagian

mechanical part pada model baru, serta mengawasi bagian mechanical pada

model yang sedang berlangsung. 11. Engineering Control

Tugas seksi Engineering Control adalah melakukan kegiatan cost down (value

engineering), yaitu berupa penggantian material ataupun konstruksi part.

12. Final Assembly

Tugas seksi Final Assembly adalah untuk merakit berbagai part/komponen hingga membentuk produk akhir dan menjaga kualitas hasil rakitan.

13. Production Quality Engineering (PQE)

Tugas seksi PQE adalah sebagai berikut. a. Mengawasi fasilitas dan prosedur produksi

b. Mendata dan menganalisis masalah yang terjadi di lantai produksi. c. Mengendalikan kualitas proses dan produk.

d. Membuat aliran proses produksi untuk masing-masing model. e. Membuat serial number dan warranty untuk masing-masing model. f. Mengkoordinir analisis masalah pada lini produksi.

14. Material Control

Tugas seksi Material Control adalah sebagai berikut.

a. Melakukukan pengawasan, penyimpanan, dan pengeluaran part berdasarkan kode tanggal dari pabrikan/tanggal packing yang digunakan


(5)

b. Menyusun part/komponen berdasarkan sistem FIFO (first in first out). c. Melakukan perhitungan stock opname, yaitu sisa dari material yang masuk

dengan yang digunakan oleh bagian produksi di setiap akhir bulan

d. Melakukan identifikasi part, apakah part/komponen sudah berstatus

disposal (part/komponen sudah tidak digunakan lagi).

15. Incoming Quality Control (IQC)

Adapun tugas seksi IQC adalah melakukan inspeksi terhadap part/komponen dari supplier sebelum dibawa ke bagian material control.

16. Outgoing Quality Control (OQC)

Tugas seksi OQC adalah sebagai berikut.

a. Memeriksa kualitas produk akhir dari hasil produksi. b. Memeriksa kelengkapan aksesoris produk.

17. Production Planning and Control (PPC)

Tugas dari seksi PPC adalah membuat rencana produksi bulanan untuk masing-masing model produk.

18. Personnel

Tugas seksi Personnel adalah mengelola sumber daya manusia yang bekerja di Electric Fan Business Unit, yang mencakup kepangkatan, rotasi karyawan, perekrutan, penilaian kerja, absensi, mobilisasi karyawan, pemberhentian atas masa kontrak, dan sebagainya yang berhubungan langsung dengan karyawan.


(6)

19. Finance

Tugas seksi Finance adalah melakukan pengelolaan keuangan departemen, yaitu dengan mendata kas masuk dan kas keluar di Electric Fan Business

Unit.

20. Production Engineering (PE)

Tugas seksi PE adalah sebagai berikut.

a. Menyediakan fasilitas pendukung untuk bagian lini produksi, seperti jig,

dies, dan peralatan lainnya.

b. Pembelian instrument baru.

c. Melakukan kontrol dan kalibrasi instrument.