Latar Belakang Permasalahan PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan. Kebisingan dapat memberikan efek negatif bagi seseorang baik secara fisik seperti gangguan pendengaran maupun secara psikologis seperti frustasi dan perasaan terganggu. 1 Tidak semua pekerja dapat beradaptasi dengan baik terhadap kebisingan. Kebisingan yang berlangsung secara terus-menerus akan mengganggu konsentrasi pekerja terhadap suatu proses produksi dan akan meningkatkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Yulianti Hidayah, Latifah Dieniyah, dan Ratih Wulandhari 2008 dengan judul Analisis Pengaruh Faktor Kebisingan dan Tingkat Kesulitan Kerja Terhadap Produktivitas Line Assembling PT X diperoleh hasil bahwa faktor kebisingan berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Kebisingan ternyata meningkatkan kesalahan dalam melakukan pekerjaan karena mengganggu konsentrasi dan diindikasikan sebagai defisiensi performa kerja. Dengan kondisi kebisingan di line assembling 85-87.9 dBA dan 88-90.9 dBA secara signifikan terlihat adanya perbedaan hasil produksi. 2 1 Tim Ergoinstitute. Kebisingan di Tempat Kerja. www.ergoinstitute.com. 2009. 2 Nur Yulianti Hidayah, Latifah Dieniyah, dan Ratih Wulandhari. Analisis Pengaruh Faktor Kebisingan dan Tingkat Kesulitan Kerja terhadap Produktivitas Line Assembling PT X. Jurnal. Jakarta. 2008. Universitas Sumatera Utara Studi kasus yang pernah dilakukan di pabrik perakitan elektronika IBM di Austin, Texas yang memproduksi printed circuit board PCB untuk komponen komputer, melalui pemasangan isolasi suara pada berbagai mesin produksi di diperoleh pengurangan tingkat tekanan bunyi hingga level 75 sampai 60 dBA, sehingga komunikasi verbal dalam menerima perintah kerja diantara operator maupun mendengar sinyal bahaya menjadi tidak terganggu. Dengan perbaikan tersebut, kualitas kerja operator maupun kualitas hasil produksi meningkat secara signifikan. 3 Permasalahan kebisingan ditemukan pada unit produksi guard shop di salah satu perusahaan elektronik yang berlokasi di Jakarta. Sumber kebisingan berasal dari berbagai mesin produksi yang memproses front guard dan rear guard. Proses produksi menimbulkan kebisingan karena operasi welding dan cutting terhadap material menghasilkan suara yang sangat bising. Kebisingan yang terjadi di unit produksi guard shop berada pada rentang level 87 sd 93 dBA. Kondisi tersebut berlangsung selama 7.8 jamhari di setiap hari kerja. Hal ini telah melampaui nilai ambang batas kebisingan yang diizinkan berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.51MEN1999 dimana operator hanya diperbolehkan bekerja ± 5 jam untuk pemaparan tingkat kebisingan 87 dBA dan maksimal 1 jam 16 menit dengan pemaparan tingkat kebisingan 93 dBA. 3 Helander, Martin. A Guide to the Ergonomics of Manufacturing. London. 2001. pp. 7 −10. Universitas Sumatera Utara Akibat yang timbul terhadap operator dari keadaan ini adalah risiko kehilangan sensitivitas pendengaran hearing loss, ketidaknyamanan dalam bekerja, dan sulitnya operator menangkap informasi maupun perintah kerja secara verbal untuk mengganti model part yang akan diproduksi.

1.2. Perumusan Masalah