Ambang Batas Kebisingan Dosis Kebisingan

bawah 100 Hz seringkali diabaikan hampir identik dengan 40 phon pada frekuensi 1 kHz. 2. Bobot B: skala yang diciptakan pada kondisi telinga merespons bunyi-bunyi sedang hampir identik dengan 70 phon pada frekuensi 1 kHz. 3. Bobot C: skala yang diciptakan ketika telinga seolah mendapat sensasi yang sama atau melakukan respons yang sama terhadap bunyi pada hampir semua frekuensi, sehingga kurvanya hampir mendatar. 4. Bobot D: skala yang diciptakan ketika telinga merespons bunyi-bunyi yang muncul dari kapal terbang pada frekuensi sensitif 2 sd 5 kHz. Pada pengukuran secara subjektif terhadap respons telinga tiap-tiap orang, ternyata ditemukan bahwa bobot B dan C seringkali tidak tepat. Hal ini terjadi karena grafik yang dijadikan acuan lebih cenderung untuk mengukur bunyi-bunyi dengan satu jenis tone penekanan saja, sementara dalam kehidupan sehari-hari, dalam waktu yang bersamaan, seringkali didengar bunyi-bunyi dalam bermacam- macam tone. Sebaliknya pada bobot A, hasil pengukuran sensasi tingkat kekerasan yang dirasakan orang umumnya tepat. Itu sebabnya, bobot inilah yang lebih banyak dipakai sebagai pedoman pengukuran.

3.7. Ambang Batas Kebisingan

Orang awam melihat kaitan antara bunyi dan kesehatan manusia hanya sebatas soal telinga. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemunculan bunyi secara terus-menerus selain mengganggu telinga juga dapat menimbulkan dampak psikologis, seperti mudah marah dan mudah lelah Nilsson, 1990. Untuk Universitas Sumatera Utara melindungi pendengaran operator dari pengaruh buruk kebisingan, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja. Ketentuan ini membahas jam kerja yang diperkenankan berkaitan dengan tingkat tekanan bunyi dari lingkungan kerja yang terpapar ke operator, yang diperlihatkan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Nilai Ambang Batas Kebisingan Waktu Paparan Per Hari Tingkat Kebisingan dBA 8 Jam 85 4 Jam 88 2 Jam 91 1 Jam 94 30 Menit 97 15 Menit 100 7,5 Menit 103 3,75 Menit 106 1,88 Menit 109 0,94 Menit 112 28,12 Detik 115 14,06 Detik 118 7,03 Detik 121 3,52 Detik 124 1,76 Detik 127 0,88 Detik 130 0,44 Detik 133 0,22 Detik 136 0,11 Detik 139 Catatan: Tidak boleh terpapar lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat Sumber: Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.51MEN1999 Selain itu, Occupational Safety and Health Administration OSHA juga menetapkan nilai ambang batas permissible noise exposure kebisingan bagi orang yang bekerja di industri. Tingkat yang diizinkan tergantung pada lamanya bekerja. Nilai ambang batas yang diizinkan OSHA dapat dilihat pada Tabel 3.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.4. Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan OSHA Sound Level dBA Waktu Paparan Jam 80 32 85 16 90 8 95 4 100 2 105 1 110 0,5 115 0,25 120 0,125 125 0,063 130 0,031 Sumber: Sanders and McCormick, 1987

3.8. Dosis Kebisingan

Dosis kebisingan menyatakan perbandingan jumlah waktu untuk kebisingan tertentu dengan lama waktu yang diizinkan untuk tingkat kebisingan tersebut. Dosis kebisingan dihitung dengan persamaan: dimana: D = dosis kebisingan harus ≤ 1 C i = waktu paparan kebisingan T i = waktu yang diizinkan untuk tingkat kebisingan tertentu. Apabila dosis kebisingan 1, maka kondisi tersebut sangat berisiko berbahaya bagi pendengaran operator. D = ∑ i i i T C Universitas Sumatera Utara

3.9. Noise Mapping